Dokter Buta Dan Perawat Antik

" Orang itu adalah EIDA!"

" Eida!"

Alex dan Han mengucapkan nama Eida bersamaan. Han sedikit terkejut saat mendapatkan fakta bahwa apa yang Alex ingin ucapkan ternyata sama.

Setelah menyebutkan nama Eida, Alex menceritakan apa yang ia dengar waktu tidak sengaja melewati departemen bedah. Sebenarnya bukannya tidak sengaja, tapi dia memang berniat kesana untuk mencari sesuatu yang siapa tahu dapat dijadikan petunjuk.

Siapa sangka Alex mendengar saat Eida, Hasim dan yang lainnya tengah mengobrol. Disaat ia rasa cukup, siapa sangka Alex bisa mendapatkan sesuatu yang membuatnya menaruh kecurigaan terhadap Eida. Senyuman yang menandakan sebuah kepuasan akan sesuatu hal.

" Dia senyum, senyuman jahat. Lo tahu kan apa itu senyuman jahat. Dan pas dia belain Hasim tuh bukan kayak yang bener-bener gitu lo Han. Pas anak-anak yang lain curiga ke Hasim, dia cuma bilang jangan buruk sangka. Dah gitu doang."

" Itu juga yang dibilang sama Gista, nah Gis coba jelaskan apa yang waktu itu kamu lihat.

Tak tak

Gista yang baru saja kembali dari dapur meletakkan dua buah cangkir berisi teh dan juga beberapa camilan. Gista memilih berdiri, tapi Han memintanya untuk duduk.

Tidak ada yang sadar kenapa Han yang tidak bisa melihat meminta Gista untuk duduk saja. Fokus Alex dan Gista adalah tentang apa yang saat ini mereka bahas.

" Kemarin itu ... "

Gista memulai ceritanya. Dia mengungkapkan apa saja yang terjadi pada kunjungan dari rekan Han kemarin. Mulai dari kedatangan, hingga apa yang mereka bicarakan. Gista juga menceritakan secara detail ekspresi wajah yang diperlihatkan Eida ketika Han berbicara tentang dirinya yang buta dan mungkin tidak akan kembali lagi ke rumah sakit.

Ekpresi wajah itu terlihat sangat puas, senyuman tipis juga terlihat walau sebentar dan samar. Disaat yang lain tampak sedih dan murung, Eida tidak melakukan hal tersebut.

" Hmmm, jadi Han. Bisa saja orang yang ngelakuin itu adalah Eida. Tapi sosok yang gue lihat waktu itu jelas lebih tinggi. Perawakannya kayak cowok. Aaah dia bisa jadi nyuruh orang ya kan?"

" Bener, kayak gitu. Kalau itu Eida, coba cek seluruh kamera cctv didalam rumah sakit, tepatnya di departemen bedah dan sekitanya pada hari dimana gue kecelakaan."

" Tunggu!"

Gista yang sedari tadi belum memahami akan arah pembicaraan ini seketika berucap lebih keras. Dia melakukan interupsi yang membuat dua pria itu menoleh ke arahnya.

" Maaf, saya menyela. Jadi apa maksudnya Pak Han dan Pak Alex itu adalah kecelakaan yang terjadi pada Pak Han adalah hasil perbuatan seseorang?"

Reflek Han dan Alex menganggukkan kepala mereka. Mulut Gista langsung menganga tanpa ia sadari. Gista pun segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

Ia sungguh tidak menyangka bahwa apa yang ia pikirkan saat berbicara dnegan Victor itu ternyata benar. Ya sebelumnya Gista juga memiliki dugaan bahwa Han tidak murni mengalami kecelakaan.

Meskipun dia menduga itu karena terkontaminasi dengan drama korea yang sering ia tonton, tapi sungguh dia tidak menyangka bahwa hal itu benar adanya.

" Terus, gimana kondisi mobil Pak Han?"

" Sayangnya dari laporan pihak bengkel nggak ada keanehan. Semua normal. Makanya akhirnya itu disebut dengan kecelakaan murni dan kecelakaan tunggal."

Gista sama sekali tidak terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Han. Teori konspirasi seketika menyerbu kepalanya. Gista memikirkan dengan serius, dan akhirnya sebuah kesimpulan muncul di kepalanya.

" Pak, bisa saja kan pihak bengkel disogok, atau ... orang itu ada di lokasi kejadian dan memulihkan kondisi rem seperti semula. Ya apapun itu jelas si pelaku tidak ingin apa yang dilakukannya ketahuan."

Han dan Alex saling pandang. Mereka yang memiliki otak cerdas diatas rata-rata malah tidak berpikir hingga ke sana.

Kalau untuk disogok, jelas mereka sudah ada dugaan disana. Tapi untuk pelaku juga ada dilokasi kejadian, baik Han maupun Alex sama sekali tidak pernah terpikirkan.

" Coba katakan pendapatmu?" ucap Alex dengan penuh keseriusan.

" Gini pak, saya rasa ya. Orang itu ngikutin mobil Pak Han. Entah dimulai dari rumah sakit entah menunggu di suatu tempat. Yang jelas orang itu tidak jauh dari lokasi Pak Han. Tentu saja apa yang dilakukan adalah menghilangkan barang bukti. Coba Pak Alex cari tahu siapa yang pertama kali menemukan Pak Han. Dan coba tanya gimana posisi dari mobil dan juga kondisi Pak Han. Soalnya Pak, jika rem mobil di sabotase maka pasti akan kelihatan kan?"

Alex sepenuhnya mengerti ucapan Gista, begitu juga Han. Memang kemungkinan itu ada. Akan tetapi, berada di lokasi kejadian itu adalah sesuatu yang menurutnya sangat riskan.

Terlebih dia harus kembali memperbaiki kabel rem dalam kondisi mobil yang sudah rusak. Tapi apapun kemungkinannya, mereka harus mencari tahu.

" Lex, coba kita lihat kembali aja. Siapa tahu ada petunjuk kan."

" Oke, kalau gitu sekarang gue balik ke rumah sakit. Gue juga bakalan nyuruh orang buat nyelidikin kembali, gue juga bakalan naruh orang buat merhatiin Eida. Dan buat lo Gista, ternyata lo pinter juga. Gue acungin jempol buat lo."

Alex tersenyum simpul, dia lalu melenggang pergi. Banyak hal yang perlu Alex lakukan sekarang. Hasil pembicaraan dengan Han dan Gista membuahkan banyak hal.

Bagaimanapun juga apa yang terjadi pada Han tidak bisa ia biarkan. Dia akan mengejarnya hingga dapat.

Han adalah temannya, dan calon abang iparnya. Ya meskipun akan sulit sepertinya untuk mendapatkan hati Han, tapi dia tidak akan menyerah.

" Sialan lo, berani-beraninya berbuat kayak gitu ke temen gue. Bakalan gue kejar sampai ujung dunia sekalipun." Alex mencengkram setir kemudi mobilnya dengan begitu erat. Dia amat sangat marah. Meskipun dia terkadang menjadi orang yang menyebalkan dan tidak menyukai orang yang memiliki status rendah, tapi Alex tidak pernah suka dengan cara licik orang terlebih hingga mengancam nyawa.

" Gue pastiin bahwa lo bakalan nerima apa yang udah lo perbuat. Dasar nggak tahu diri, dasar serakah. Bajingaan bener dia."

TBC