Dewasa 🌶
Hasha, putri bungsu keluarga Drake dijebak oleh temannya sendiri. Ia hampir diperkosa oleh laki-laki hidung belang. Namun malam itu, seorang pria dari masa lalunya tiba-tiba muncul menyelamatkannya dari laki-laki hidung belang tersebut.
Namun seperti kata pepatah, lolos dari lubang buaya, masuk ke lubang singa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 22
"Kalian ngobrol aja, kakak ke bawah dulu." ujar Gian pada Hasha dan Prisa. Dia ingin memberikan waktu pada kedua perempuan yang sudah lama tidak sempat bertemu itu. Prisa membutuhkan seseorang yang dapat membantunya bangkit dari keterpurukannya.
Gian yakin Hasha dapat membantu. Karena dari dulu adiknya pernah bilang kalau Hasha adalah sahabat terbaik yang dia punya. Mungkin dengan adanya Hasha dapat membuat Prisa kembali ceria.
"Aku boleh masuk?" tanya hanya meminta persetujuan Prisa masuk ke dalam kamar gadis itu. Prisa mengangguk.
Ketika mereka masuk, Hasha memandangi seluruh kamar. Aura kamar ini gelap, tidak seperti dulu. Pokoknya jauh dari aura ceria Prisa yang dulu. Hasha lalu menatap lagi ke Prisa.
"Pris, apa yang terjadi sama kamu? Setahun ini aku nggak bisa hubungin kamu, pas aku tanya ke kak Gian, kata Gian dia juga nggak bisa ngehubungin kamu. Sebenarnya ada apa Sa?"
Hasha ingin tahu. Dia ingin berbagi kesedihan dengan Prisa. Prisa berbeda dari semua teman-temannya. Kalau rata-rata temannya selalu datang meminta tolong ke dia, maka Prisa adalah kebalikannya. Gadis itu selalu bertanya apa yang perlu dia bantu hari ini.
Wajah Prisa menampakkan kesedihan yang amat mendalam. Hasha dapat merasakannya. Sesaat kemudian Prisa mulai berbicara.
"Aku ..." Prisa bercerita panjang lebar. Suara gadis itu bergetar menceritakan setiap permasalahan yang dia alami ke Hasha.
Intinya adalah dia di tuduh melakukan plagiarisme di tempat kerjanya di luar negeri, dipermalukan di depan umum, hingga di pecat, diputusin sama pacar bulenya yang sudah empat tahun berpacaran dengannya, dan lebih parahnya lagi mantan pacarnya itu berselingkuh dengan salah satu teman baiknya sudah lebih dari dua tahun.
Prisa baru mengetahuinya tahun lalu. Semenjak itu hidupnya hancur. Reputasinya sudah buruk di depan orang-orang seolah dirinya adalah pelaku kejahatan yang tak termaafkan. Karena itu Prisa memutuskan bersembunyi dari semua orang, ia terlalu takut bertemu dan melihat tatapan-tatapan penuh tuduhan itu.
Prisa mengurung diri di apartemennya sudah lebih dari satu tahun. Selama itu dia hanya hidup dengan uang dari hasil kerja yang dia tabung, sampai Gian, kakaknya datang dan membawanya pulang ke Indonesia.
"Laki-laki brengsek! Berani-beraninya dia menyakiti sahabatku seperti itu! Selingkuhannya juga betul-betul tidak tahu diri! Pengen aku bejek-bejek tuh dua orang, sekalian sama orang-orang yang nuduh kamu plagiat." Seru Hasha emosi.
Prisa tertawa pelan. Hasha selalu bertutur kata sopan, tidak pernah berkata kasar, ini pertama kalinya dia dengar sahabatnya ini berkata kasar. Prisa sedikit terhibur mendengar kata-kata Hasha, cuma gadis ini dan keluarganya yang akan percaya dan membelanya habis-habisan.
"Makasih ya Sha, cuma kamu sahabat yang aku percaya. Sahabat-sahabat aku yang lain semuanya ninggalin aku. Tapi aku tahu kamu nggak akan pernah ninggalin aku."
Kedua wanita itu saling berpelukan lagi. Hasha mengusap-usap punggung Prisa, memberi gadis itu kekuatan.
"Kamu harus kuat, jangan kalah sama mereka. Jangan bersembunyi dan ngurung diri dikamar terus. Itu hanya akan membuat mereka lebih senang dan merasa menang. Aku tahu sekarang kamu masih butuh waktu buat menenangkan diri kamu, tapi nanti kamu harus siap pas aku ajak jalan-jalan keluar, hm?"
Prisa berpikir lama, tetapi kemudian mengangguk setuju. Benar kata Hasha, dia tidak boleh terus mengurung diri seperti ini.
Drrtt ... Drrtt ...
Hape Hasha bergetar. Telpon dari abang pertamanya. Langsung Hasha angkat.
"Iya bang?"
"Kamu di mana?"
"Di rumah temen Hasha. Abang ingat Prisa nggak? Sahabat Hasha dari SMP yang selalu bareng Hasha dulu."
Hening sebentar.
"Oh, yang tomboy itu?"
Flynn ingat kalau teman adiknya yang tomboi dulu. Bagaimana tidak ingat coba, di sekolahnya, Hasha dan gadis itu selalu bersama. Pernah main ke rumah mereka beberapa kali juga.
Prisa dulu memang tomboy tapi hanya cara berpakaiannya. Aslinya dia cewek banget.
"Hasha lagi di rumah Prisa sekarang bang."
"Bukannya kata kamu teman kamu itu kuliah dan lanjut kerja di luar negeri?"
Hasha menatap Prisa, gadis itu juga sedang menatapnya sekarang.
"Panjang ceritanya. Abang nggak perlu tahu, nggak penting juga buat abang tahu."
"Cihh, kerjaan kamu gimana, udah selesai belum?"
"Udah, kenapa abang nanya-nanya?
"Abang sama bang Suho pengen ajakin kamu ke suatu tempat."
"Kemana?"
"Rahasia dong. Bisa nggak?"
Hasha belum menjawab, ia mengangkat wajahnya menatap Prisa lama.
"Pergi saja, aku nggak apa-apa." gumam Prisa pelan seolah tahu apa maksud dari tatapan Hasha.
"Bisa." jawab Hasha pada abangnya kemudian.
"Ya udah, abang jemput kamu sekarang ya. Di rumah temen kamu yang tomboy itu kan? Rumahnya masih sama kan?"
"Mm."
Flynn memang sering sekali anterin Hasha ke rumah ini waktu Hasha masih sekolah. Jadi dia masih ingat rumah ini. Sambungan terputus. Hasha menatap Prisa.
"Maaf ya, aku belom bisa lama-lama karena abang aku." gumam Hasha merasa nggak enak.
Prisa tersenyum,
"Nggak apa-apa Sha, kita masih banyak waktu ketemu kok. Tadi yang nelpon bang Flynn?" balas Prisa lalu bertanya kemudian. Hasha mengangguk.
"Bang Flynn gak berubah-berubah ya, dari dulu posesif terus sama kamu." Prisa ingat dulu waktu ada yang nembak Hasha waktu mereka SMA, cowok itu langsung mundur begitu tahu Hasha adalah adiknya Flynn. Bisa jadi Hasha nggak pernah pacaran dari dulu karena bang Flynn juga.
"Bener nggak berubah-berubah, selalu nyebelin kayak biasa."
Balas Hasha. Ia dan Prisa tertawa kemudian.
"Tapi yang aku bilang tadi bener loh, nanti aku bawa kamu keluar. Kamu nggak boleh di dalam kamar terus, kamu harus bangkit. Jangan takut ngadepin orang-orang di luar sana. Apalagi kamu sekarang udah di Indonesia lagi, nggak ada yang bisa nindas kamu." Hasha mengatakan itu dengan wajah serius.
Prisa menarik nafas. Dia memang sudah punya pemikiran itu. Tapi masih ragu. Namun ucapan Hasha membuatnya tertantang untuk menghadapi dunia ini kembali. Dia dulu sangat pemberani, bukan pengecut. Betul, dia harus bangkit.
Sesaat kemudian mobil Flynn telah berhenti di depan rumah Prisa. Pria itu tidak masuk, hanya menelpon dan menyuruh Hasha turun. Hasha pamitan ke Prisa dan Gian. Orang tua mereka tidak ada di rumah jadi Hasha hanya pamitan pada kakak beradik itu.
Prisa menatap ke bawah dari jendela kamarnya. Ia penasaran bagaimana penampakan abang pertama Hasha sekarang. Dulu tampan sekali, entah sekarang masih sama atau tidak. Begitu ia melihat seorang laki-laki tinggi dengan wajah mempesona yang sedang duduk bersandar di mobil sambil melipat dadanya, Prisa tertegun.
Laki-laki itu berubah jauh lebih tampan dibanding dulu. Prisa ingat dulu dia nge-fans banget sama abang Hasha yang itu.