Iva merupakan anak dari pengusaha yang kaya raya. Dia justru rela hidup susah demi bisa menikah dengan lelaki yang di cintainya. Bahkan menyembunyikan identitasnya sebagai anak dari turunan terkaya di kota sebelah.
Pengorbanannya sia-sia karena ia di perlakukan buruk bukan hanya oleh suami tapi juga oleh ibu mertuanya.
Di jadikan sebagai asisten rumah tangga bahkan suami selingkuh di depan mata.
Iva tidak terima dan ia membuka identitas aslinya di depan orang-orang yang menyakitinya untuk balas dendam.
Lantas bagaimana selanjutnya?
Yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10
Dugaan Mamah Ila memang benar, Damar pergi bukan untuk mencari pekerjaan tapi ia ingin menemui sendiri mantan istrinya. "Jika Mamah tidak berhasil membujuk Iva, mungkin aku harus bergerak sendiri. Semoga saja usahaku berhasil supaya aku bisa bersama dengan Iva lagi. Hanya dengannya saja, aku bisa hidup enak dan memiliki pekerjaan yang meyakinkan. Entah kenapa setelah berpisah dengannya, aku justru menyesal apalagi setelah tahu identitas aslinya. Nggak boleh, Iva nggak boleh boleh bersama lelaki lain karena hanya aku yang pantas menjadi pendamping hidupnya saja. Aku yakin masih ada rasa cinta di dalam hati Iva. Dulu saja, dia rela pergi dari keluarganya yang kaya raya demi menikah denganku."
Dengan begitu percaya dirinya, Damar mengemudikan mobilnya menuju rumah Iva. Sama halnya dengan Mamah Iva ia pun sempat terperangah saat melihat rumah mewah Iva. "Pantas saja Iva enggan menuntut rumahku karena rumah yang ia tempati justru sangat mewah bak istana putri. Alangkah bahagianya jika usahaku untuk bisa rujuk dengan Iva tercapai."
Pada saat Damar akan memencet bel yang ada di pintu gerbang. Mendadak pintu gerbang terbuka lebar dan muncullah sebuah mobil. Hampir saja mobil tersebut menabrak Damar jika ia tidak lekas menyingkir.
Melihat pintu gerbang terbuka begitu lebar, kesempatan ini tidak di sia-siakan oleh Damar. Ia nyelonong masuk saja, tapi langkahnya sempat terhenti di saat seseorang menarik kerah bajunya dari belakang. "Heh, lancang banget masuk rumah orang!"
Wajah Damar berubah pias apalagi tahu siapa yang menarik kerah bajunya. "Mas Cakra?"
"Mas, jangan panggil seenaknya ya? Apalagi Iva sudah berpisah darimu. Untuk apalagi kamu datang kemari setelah apa yang kamu perbuat pada Iva, hah? Pergi sana, jangan usik Iva!" bentak Cakra dengan suara yang menggelegar.
Dengan tubuh gemetaran sembari menangkupkan kedua tangannya di dada, Damar berusaha untuk tersenyum. "Maaf Tuan. Saya datang bukan untuk maksud yang buruk kok. Justru saya datang untuk meminta maaf pada Iva dan bertujuan ingin kembali padanya. Tolong jangan marah-marah, Tuan. Saya berjanji kali ini tidak akan mengecewakan Tuan. Saya akan menjaga Iva dengan baik dan juga setia mendampinginya dalam suka dan duka. Jika berkenan, tolong bantu saya untuk meyakinkan Iva ya, Tuan."
Mendengar hal itu, sontak saja Cakra menjengitkan bibirnya. "Kamu pikir, aku akan membantumu hingga dengan percaya dirinya kamu mengatakan semua ini, hah? Setelah apa yang kamu perbuat pada Iva, jangan harap bisa kembali lagi. Aku dan Aditya akan menentang keras. Iva juga tidak akan mau kembali pada lelaki modelan seperti dirimu. Cepat pergi dan jangan pernah datang lagi! Jika kamu masih keras kepala, aku akan bertindak lebih tegas dari ini!"
Hingga akhirnya Damar berlalu pergi begitu saja karena ia tidak ingin berurusan dengan Cakra atau Aditya.
"Mungkin memang sudah tidak ada kesempatan bagiku untuk memperbaiki hubunganku dengan Iva. Terpaksa aku mencari Danti saja. Hanya dia saja yang bisa aku andalkan saat ini. Benar juga apa yang di katakan oleh Mamah. Ya sudahlah, sebaiknya aku segera kr rumah Danti. Ponselnya juga tidak pernah aktif sejak kejadian di gedung itu," gumam Damar.
Tak berapa lama, Damar sudah sampai di rumah Danti. Senyumnya seketika hilang tatkala seorang lelaki paruh baya yang menemui dirinya. "Untuk apa kamu datang kemari, hah? Sudah cukup kamu mempermalukan Danti. Sejak Danti berhubungan denganmu justru membawa dampak buruk bagi masa depannya. Nggak usah ganggu anakku lagi, paham!" cecar Ayah Dari Danti.
"Om, apa salah kami? Kami saling mencintai satu sama lain, tolong restui hubungan kami ya? Saya janji akan menjadi suami yang baik bagi Danti. Saya akan memberikan kebahagiaan padanya, Om."
Damar berusaha membujuk Ayah Dari Danti. Tapi justru hinaan yang ia terima.
"Bagaimana caramu memberikan kebahagiaan? Kamu saja hidup tergantung pada Iva, bukan? Tanpa Iva, kamu tidak punya apa-apa. Kamu pikir, aku percaya dengan janji palsumu itu, hah? Kamu saja bisa berkhianat dari Iva, apalagi kelak jika sudah bersama dengan Danti, banyak kemungkinan kamu menduakan anak saya. Nggak usah obral kata di depanmu, karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah merestui hubungan kalian. Sayang sekali jika Danti menikah dengan lelaki mis kin seperti dirimu yang ada cuma menderita bukan bahagia."
Kecewa lagi kecewa lagi. Ya inilah yang sedang di rasakan oleh Damar. Dua wanita yang pernah singgah di hatinya sudah tidak mungkin bisa ia miliki salah satunya.
Dia pun berlalu pergi dari rumah Danti dan kembali ke rumah.
"Malang benar nasibku ini, tidak bisa bersama dengan wanita yang kucintai. Tapi memang aku pantas untuk mendapatkan perlakuan seperti ini. Ya, hukum tabur tuai akan selalu berlaku baik di kehidupan dulu maupun di kehidupan sekarang. Aku akan fokus menata hidupku lagi yakni mencari pekerjaan," oceh Damar sembari menyandarkan punggungnya di sandaran kursi yang ada di teras halaman.
"Damar, kamu darimana saja? Mamah rasa kamu telah berbohong, tidak mencari pekerjaan bukan? Untuk apa sih berbohong pada Mamah? Coba....
"Mah, aku capek mau langsung mandi setelah itu tidur. Tolong jangan ganggu istrahatku ya."
Damar sengaja memotong perkataan Mamah Ila dan ia memutuskan untuk pergi dari hadapan mamahnya.
Mamah Ila terus saja menatap heran ke arah Damar. "Kamu kenapa sih Nak? Kok memperlakukan Mamah seperti orang asing? Apa salah Mamah sama kamu?" ucap lantang Mamah Ila tapi sama sekali tidak di hiraukan oleh Damar.
Damar sendiri juga tidak tahu kenapa dirinya sangat sakit bila dekat dengan Mamah Ila. Bawaan inginnya marah pada Mamah Ila.
gak mau orang jahat yang datang