Sinta Ardila,gadis ini tidak perna menyangka jika ia akan di jual oleh sahabatnya sendiri yang bernama Anita,kepada seorang pria yang bernama Bara yang ternyata seorang bos narkoba.Anita lebih memili uang lima puluh ribu dolar di bandingkan sahabatnya yang sejak kecil sudah tumbuk besar bersama.bagai mana nasib Sinta.apakah gadis sembilan belas tahun ini akan menjadi budak Bara?apakah akan muncul benih cinta antara Bara dan Sinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alesya Aqilla putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
"Resikonya bisa mengalami kelumpuhan, koma dan meninggal dunia,"
Bara hanya bisa menghembuskan napas pelan. Haruskah ia membuang Sinta dan membiarkanya mati? Tapi tidak bisa di bohongi jika hati Bara sudah mencintai istrinya.
Bara keluar dengan langkah lesuh, kedua matanya tanpa terasa mengeluarkan air mata, ia yang perna menyiksa Sinta demi memuaskan hatinya,pada kenyataannya Harus menelan rasa bersalah atas kejadian ini.
"Sinta hamil,dia benar hamil anakku karena saat aku menyentuhya dia masih perawan,"ucap Bara yang sadar akan perbuatannya.
Bara duduk sambil termenung,ia belum kembali ke ruangan istrinya.
"tidak mungkin aku membuang anakku meskipun dia masih segumpal janin. Dia darah dagingku,tapi tidak mungkin aku membiarkan Sinta menderita penuh kesakitan seperti ini.
Harus kah aku ambil resiko?"
Bara benar-benar pusing sekarang,sekalipun ia mengadu pada ketiga sahabatnya sudah pasti akan di salahkan atas kondisi Sinta saat ini.
"Top cara,juga burung ku ini,sekali tembak langsung jadi,tapi seharusnya jangan masa seperti ini juga,"ucap Bara sembari mengusap wajahnya kasar.
Bara kembali ke ruangan,yang ia lihat hanya Brian yang duduk menjaga Sinta.
"Apa dia ada bicara padamu?"tanya Bara pada Brian.
"Sinta justru menganggap ku sebagai dokter,dia mengeluh sakit kepala,"jawab Brian. Bara,maaf,Maaf jika aku menyentuh Sinta, tadi aku mengusap kepalanya ternyata ada benjolan yang lumayan besar di kepala Sinta,apa kau sudah melihatnya?
"belum,aku tidak berani. Maksudku aku tidak tega,"jawab Bara.
Brian mendengus kesal,kemudian berkata, menyiksanya saja kau berani.
"Sinta hamil,"ucap Bara memberi tahu sahabatnya.
Brian tersentak kaget mendengar ucapan Bara.
"Bara,kau benar-benar pembawa penderitaan buat Sinta, bagaimana bisa dia hamil?"
Jelas aku sudah melakukanya beberapa kali,"jawab Bara jujur.
"Rakus juga,"seru Brian yang bingung ingin tertawa atau sedih.
"Sakit,keluh Sinta yang saat ini sedang memejamkan kedua matanya menahan rasa sakit yang menggerogoti kepalanya.
Bara hendak menyentuh Sinta tapi dengan cepat tanganya di tepis.
"kenapa kau selalu mengganggu aku,"protes Sinta yang sangat kesal.
Sinta memang lupa siapa Bara,hanya saja rasa benci ke pria ini tidak bisa ia lupakan.
"aku muak melihatmu,"ucap Sinta.
"Apa kau ingat jika kita ini suami istri?"tanya Bara.
Aku belum menikah kenapa kau selalu bilang jika kamu adalah suamiku?
Bara hanya diam tidak menjawab,pria ini menatap ibah pada Sinta. Tubuhnya yang semula kurus dalam waktu singkat bertambah semakin kurus. Lingkar matanya menghitam, rambutnya terlihat sangat tipis seperti orang gizi buruk.
"Istirahatlah sahut Bara kemudian keluar.
Bara duduk di samping Danil,kadang kala pria ini datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi Sinta.
"Danil haruskah aku mengambil keputusan yang berat ini?"
"Keputusan apa?
"Dibanding anak yang sedang dikandung Sinta, aku akan menyetujui oprasi pengangkatan tumor tapi aku harus siap kehilangan anakku karena itulah resikonya,"ucap Bara membuat Danil menyimpan ponselnya.
"Ada baiknya kita berdoa agar keduanya selamat. meskipun yang terlihat baru kantong janin,tapi dia ada. Aku yakin mereka akan selamat,kau tau sendiri seberapa kuat Sinta," ucap Danil yang berusaha menangkan pikiran Bara.
Bara hanya diam saja.
"Tapi setelah Sinta sembuh nanti jangan lagi kau siksa dia apa lagi menyakitinya. Itu artinya percuma saja kau membuat dia bertahan hidup,"ucap Danil yang mengingatkan.
"Tidak mungkin,"seru Bara.
"apanya yang tidak mungkin? Apa pun bisa jadi mungkin selama kau tidak bisa mengontrol emosimu.
Belum sempat Bara menjawab, tiba-tiba saja datang Brian dan Chris yang meminta untuk tidak turun sekarang.
"ada apa?"tanya Bara yang merasa heran.
"Sofia di rawat di rumah sakit ini,"ucap Brian memberitahu.
"Kenapa?tanya Danil yang penasaran.
"Aku dan Chris mencari tahu sebelum kami naik ke sini. Katanya Sofia sudah beberapa hari ini tidak mau makan dan minum sampai dia dehidrasi,"jawab Brian.
"Bodoh!"hardik Bara,kenapa perempuan itu sangat bodoh?"
"Jelas dia bersikap bodoh. Perempuan seperti Sofia akan melakukan apa saja demi mendapatkan cintamu apa lagi kau kaya,"ujar Danil yang merasa jengkel.
"Keberadaan Sinta yang sedang di rawat di rumah sakit ini jangan sampai ketahuan Sofia dan tuan Bram. Bisa saja mereka mencari cela untuk menyakiti Sinta.
Danil benar,kita harus berhati-hati jika keluar masuk rumah sakit ini,"sahut Chris yang setuju dengan pendapat Danil.
"Ada saja masalah,belum selesai satu ada lagi satu,"kesal Bara.
"dan setiap masalah yang kau alami sudah pasti ada kaitannya dengan perempuan,"ujar Brian membuat kedua sahabatnya tertawa kecuali Bara.
"Bara,kita harus menghentikan pengedaran untuk sementara waktu sebab dua kurir ke ta tertangkap polisi,"ucap Chris memberitahu dengan nada pelan.
"kenapa bisa tertangkap?dasar bodoh. Tutup semua akses,"titah Bara yang ada saja masalahya.
Sejauh ini bisnis barang haram mereka belum pernah terendus oleh pihak kepolisian. Paling kecil masalah paling kurir-kurir baru yang tertangkap oleh pihak kepolisian.
"kalian selesaikan saja dulu, aku akan melihat Sinta lagi,"ucap Bara.
Baru saja masuk, Bara mendengar suara Sinta yang muntah-muntah hingga membuatnya panik.
Mendengar suara Bara yang panik membuat ketiga sahabatnya langsung masuk.
Chris memencet bel untuk memanggil perawat,tak berapa lama dia orang perawat masuk ke dalam ruang rawat Sinta.
"kenapa istriku sampai muntah kuning seperti ini?"tanya Bara yang tegang.
"pengaruh kehamilan dan tumor,jadi bereaksi seperti ini. Kami akan membersihkan muntahnya,"ucap perawat tersebut.
"Biar aku saja,"sahut Bara.
Bara menyiapkan pakaian ganti untuk Sinta, mengambil air hangat lalu membersihkan wajahnya. tidak lupa meminta ketiga sahabatnya untuk keluar.
"sakit sekali,aku ingin mati saja,"keluh Sinta lalu menangis.
Berulang kali Bara mengusap air mata yang membasahi pipi Sinta. Tanpa terasa pria ini juga meneteskan air matanya,sambil membersihkan sisa muntahan.
Bara kembali membayangkan ketika ia menghukum Sinta di gudang dan menggantungnya di atas tangga.
"Aku yang sakit,kenapa kau yang menangis?" sembari mencubit dada bidang suaminya.
Bara hanya diam saja,di bantu seorang perawat ia menggantikan pakaian Sinta. Setelah kembali bersih, Bara duduk di samping Sinta sedangkan kedua perawat tersebut sudah keluar.
"Sinta maafkan aku,"ucap Bara dengan mata berair.
"Seandainya kau berada di posisiku, Bara."sahut Sinta yang kembali mengingatkan Bara.
Bara hendak meraih tangan Sinta langsung saja di tepiannya.
Kenapa harus aku yang menerima kesakitan ini?"ujar Sinta yang pada akhirnya mengeluh juga."rasa sakit mana lagi yang belum aku rasai sebelum kematian?
"Maafkan aku, aku janji tidak akan menyakitimu. Aku minta maaf,"ucap Bara yang tak bisa mengucapkan kata-kata lain selain kata maaf.