Allesia Cestaro adalah gadis seorang siswi kutu buku sekolah yang mengalami sebuah tragedi di malam perpisahan sekolah. Ia sengaja di beri racun gairah oleh teman-temannya untuk sekedar menjadikan momen perpisahan yang unik.
Tidak di duga ia akan di selamatkan oleh pria nomor 1 di sekolah dengan kekayaan keluarga mencapai triliunan, ia adalah Zigga Wirelless Allison.
Zigga membawa Allesia menjauh dari anak-anak nakal menggunakan mobilnya ke sebuah pinggiran sungai besar yang berada di sudut kota.
"Kamu tidak pernah minum, kenapa minum?" tanya Zigga.
"Calista bilang kalo ingin mendapatkan kamu aku harus bisa minum!" jawabnya malu-malu.
"Tolong aku?" lanjutannya dengan lirih gelisah.
"Dasar wanita bodoh!" Zigga melepaskan kemeja putihnya. "Alle, ingat satu hal, aku akan menolong mu tetapi aku tidak akan bertanggung jawab apapun yang terjadi ke depan!?" tegas Zigga.
Bagaimana nasib Alle selanjutnya, tragedi kenikmatan akankah membawa malapetaka atau keindahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamaperi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegilaan keluarga Allison
Alle nampak bingung harus ngapain setelah tidak diizinkan untuk memasak. Alle tersenyum dan berfikir sesuatu.
"Aku akan menyiram tanaman saja di halaman depan, aku rasa itu tidak akan jadi masalah?" Alle menatap pelayan yang juga menunjukan mimik ragu.
"Nyonya, kami belum mendapatkan izin dari Tuan Zigga, maaf?" Pelayan benar-benar tidak berani membiarkan Alle melakukan apapun yang akan membuatnya lelah.
"Aku akan memberi tahu Zigga kalo aku yang menginginkannya. Aku akan katakan padanya kalo semua ototku akan layu kalo tidak di gunakan."
Alle tidak mau mendengarkan apapun dan langsung berjalan menuju halaman depan.
Pelayan pun langsung berlari untuk memanggil pelayan lainnya untuk mengikuti Alle.
Allessia benar-benar merasa sangat kesal karena hanya menyiram bunga saja harus di jaga ketat oleh beberapa pelayan.
"Ayolah aku hanya menyiram bunga, kalian tidak perlu menjaga ku seperti ini, aku bukan anak kecil!?" Alle benar-benar tidak percaya. Apakah ini rasanya menjadi Nyonya Allison, tidak bisa berbuat apa-apa.
Namun para pelayan tetap diam dan terus berdiri di belakang Alle membuat Alle merasa sangat kesal.
"Baiklah, kalo kalian gak mau pergi aku akan mengatakan pada Zigga kalo kalian tidak becus bekerja dan membuat aku harus turun tangan menyiram bunga."
Alle tersenyum kecil mengancam pelayan.
Para pelayan pun saling memandang dan akhirnya. " Baik nyonya, kami akan sedikit menjauh."
Beberapa pelayan akhirnya pindah ke sudut ruangan di bawah balkon. Alle pun menghela nafas kesal namun ini lebih baik dari pada mereka berdiri belakangnya seolah-olah dia akan merusak tanamannya.
Di dalam kamar Zigga menggeriap dan mencari sosok wanita di sampingnya. "Di mana dia?" Zigga terlihat panik dan langsung terjingkat dari kasurnya. Baru 15 menit memejamkan mata namun ia tidak dapat melanjutkan tidur jika tidak ada wanita di sampingnya.
Zigga mencari Alle ke seluruh kamar, dari kamar mandi, kamar salin, dan akhirnya ia mencari ke balkon.
Zigga melihat ke bawah dan menemukan wanitanya sedang menyiram bunga di taman. Melihat hal tersebut membuat Zigga sangat panik dan buru-buru turun kebawah. Sungguh Zigga sangat trauma ketika mengingat kejadian di mana Alle yang sedang menyiram bunga malah kejatuhan kelapa di tambah ada ular yang keluar dari semak-semak bunga.
Sesampainya di taman Zigga tanpa basa-basi langsung merebut selang dan langsung membuangnya.
Alle sangat terkejut melihat sikap Zigga yang tiba-tiba kasar seperti ini.
Beberapa pelayan yang selalu menjaga dari kejauhan pun langsung mendekat.
"Apa yang kamu lakukan? Apa kamu berniat ingin mati di depanku!?" sentak Zigga terlihat menahan cemas, marah dan khawatir secara bersamaan.
"Zigga, kamu kenapa, aku hanya menyiram bunga bukan mau bunuh diri?" jawab Alle mencoba untuk tersenyum meskipun hatinya merasa sangat sakit melihat sikap Zigga saat ini.
"Apa kamu tidak pernah pikir jika akan ada ular lagi yang keluar dari semak-semak bunga, apa kamu tidak ingat itu? Kamu hampir mati gara-gara menyiram bunga, dan sekarang kamu mau mengulanginya lagi!" Zigga terlihat menggila dengan traumanya.
"Zigga?" Air mata menetes begitu saja, Alle tidak percaya jika Zigga akan menyentaknya sampai seperti ini dan meremas pundaknya sedikit keras.
Melihat air mata yang jatuh membuat Zigga pun tersadar dari rasa khawatirnya yang berlebihan.
"Alle, maafkan aku, aku tidak maksud menyakiti mu, aku hanya sedikit khawatir, sungguh aku tidak mau kamu kenapa-napa lagi?" Zigga memeluk erat wanitanya yang kini nampak delima dan bingung dengan sikap Zigga yang bisa berubah secepat kilat.
Para pelayan pun nampak bergetar melihat aura panas yang di keluarkan oleh Zigga. Mereka juga benar-benar tidak percaya jika tuannya akan semarah ini.
Setelah memeluk sang kekasih, kini Zigga menatap para pelayan. Zigga menahan rasa amarahnya yang dapat di lihat oleh Alle.
"Mereka sudah melarang ku, tetapi aku yang memaksanya, jangan pecat mereka, aku mohon?" Alle memegang tangan Zigga mencoba meredam amarahnya.
"Hanya kali ini, aku tidak akan memberikan kesempatan kedua?" Zigga tegas menatap Alle. Jika sampai Alle tidak mendengarnya maka akan ada orang lain yang menanggung konsekuensinya.
"Iya, aku janji." Alle hanya bisa pasrah kali ini. Sungguh Alle masih syok dengan sikap ganda yang Zigga miliki.
Zigga pun menggandeng tangan Alle untuk masuk ke dalam mansion. Namun sebuah mobil berhenti di depan pintu utama membuat Zigga dan Alle tertahan.
Terlihat seorang wanita khas tuan putri turun dari mobil mewahnya.
Prilliya berjalan mendekati Alle dan juga Zigga.
"Hay sepupu, bagaimana kabarmu, akhir-akhir ini sangat sulit menemui, apa kamu sesibuk itu?" sapa Prilli bergaya sangat centil nan anggun.
"Ada keperluan apa kamu ke sini?" tanya Zigga menatap tajam Prilli.
"Zigga, ayahmu rela rugi demi agar kamu bisa belajar untuk membuang sampah pada tempatnya, tetapi sepertinya peringatan itu tidak dapat kamu pelajari dengan baik." Prilli dengan lirikan sinisnya menatap Alle ketika ia mengatakan kata sampah.
"Prilli, aku peringatkan kau untuk tidak lagi mengusik hidupku dan juga Alle. Sudah cukup kamu membohongiku dan mengadu domba keluargaku, jika tidak, aku akan tidak akan memandang mu sebagai saudaraku lagi."
Zigga memperingati Prilliya dengan sangat jelas.
"10 tahun sudah berlalu tetapi kamu malah terjebak oleh rayuan sampah ini."
Prilli semakin tegas menatap Alle dan menyebutnya sampah.
PLAK!
Allessia dengan keras menampar wajah Prilliya yang sangat ia benci sekali. Semua kehancuran di dalam hidupnya semua berawal dari wanita bengis ini.
"Kamu! Berani kamu menampar aku?" Prilli mendelik ke arah Alle yang kini nampak percaya diri.
"Aku tidak akan pernah melupakan berbuat mu padaku 10 tahun lalu. Kamu menjadikan aku boneka di malam perpisahan dan juga kamu memfitnah jika aku sudah mati. Prilli, aku tidak tahu apa masalahmu padaku sehingga kamu sangat membenciku!?" Alle menginginkan penjelasan dari Prilli.
"Hahahaha... tidak ada alasan, tidak akan ada alasan karena orang macam kalian adalah hiburan bagi kami!" Prilli sangat arogan sekali.
"Prilli, sekali lagi aku peringatkan padamu, jaga ucapanmu!" tegas Zigga menekankan suaranya.
Prilli tidak mendengarkan Zigga dan terus tersenyum menatap Alle.
"Alle, apa kamu tahu, ayahnya Zigga sampai rela merusak markasnya Zigga yang ada di selatan demi untuk memperingati Zigga agar dia segera membuang sampah pada tempatnya. Kamu tahu berapa kerugian Zigga hanya dalam semalam, ia rugi 10 milyar. Jika sampai kamu tidak segera pergi, aku tidak tahu berapa banyak kerugian yang akan Zigga terima." Prilli tersenyum licik.
"Dan, apa kamu tahu apa yang lebih gila lagi, paman Dutro bahkan sampai membakar suami kak Jennifer yang seorang mantan narapidana. Kalian adalah sampah, sampah memang harus di buang dan di bakar agar tidak menjadi hama di bumi ini." lanjutnya membuat Alle langsung terlihat lemas dan ketakutan, seketika kepercayaan dirinya lenyap.
Zigga yang sudah tidak tahan langsung mencekik leher Prilli dan menekannya ke sampai ke mobil.
Namun bukannya takut Prilli malah tersenyum sarkas dan berkata. "Zigga, kita mewarisi gen gila dari leluhur kita, apa kamu ingin Alle melihat kegilaan keluarga kita?" ucap Prilli dengan lirih membuat Alle tidak dapat mendengarnya.
Alle hanya terdiam melihat Zigga semakin mempererat cekikannya kepada Prilli. Alle sangat ketakutan sampai-sampai ia tidak bisa bergerak, mulut dan tubuhnya seketika terkunci oleh rasa takutnya.
Ketika Prilli hampir kehabisan nafas barulah Zigga melepaskan cengkramannya.
"Uhuk uhuk!" Prilli terlihat membungkuk karena kesulitan bernafas. Namun bukannya takut, ia justru menoleh ke Alle dan menyeringai membuat Alle semakin gemetar ketakutan.
Prilli tidak mengatakan apapun dan langsung masuk ke dalam mobilnya lalu pergi meninggalkan mansion.
Zigga merasa lega setelah kepergian Prilli. Zigga menoleh kebelakang dan melihat raut wajah ketakutan Alle sampai tubuhnya bergetar.
Zigga pun langsung memeluknya dan mencoba untuk menenangkannya.
"Kamu jangan takut, aku akan selalu ada untukmu?" Zigga semakin mempererat pelukannya.
.......
JANGAN LUPA LIKE DAN FAVORIT.. DUKUNG TERUS AUTHOR KESAYANGAN KALIAN AGAR SEMANGAT UP UP UP... MAKASIH.