RUMOR NONA TERTUA
Hai readers, jumpa lagi di karya terbaru author. Jangan lupa dukungannya ya, klik like, subscribe dan komentar. Jika berkenan, silahkan lemparkan gift dan vote nya. Untuk yang tidak suka, mohon agar tidak meninggalkan jejak rating buruk, mari saling menghargai satu sama lain. 🙏
...----------------...
Malam itu, langit gelap menggantung di atas istana megah keluarga perdana menteri, seolah-olah menyesali nasib Jiang Jiyun yang sedang terperangkap dalam badai emosi. Di dalam ruang tamu yang megah, aroma lilin yang menyala bersaing dengan wangi bunga melati.
Prang!
Prang!
Suara pecahan porselen menggema ketika ia melemparkan piring ke dinding, serpihan-serpihan putih berkilau berjatuhan seperti harapannya yang hancur. Jiang Jiyun, dengan mata merah membara, terengah-engah seolah setiap napasnya dipenuhi racun. Selama empat tahun, ia mengukir cinta yang dalam untuk Li Chen, namun kini semua itu sirna, tak lebih dari sekadar ilusi.
Kakinya menghantam lantai marmer dengan keras, setiap langkahnya menandakan kekacauan yang melanda jantung. Di sudut ruangan, adik tirinya, Jiang Mei, berdiri kaku, wajahnya pucat seperti bulan purnama. Betapa ironisnya, Jiang Mei yang seharusnya menjadi sahabatnya, kini malah menghianatinya.
“Bagaimana dia bisa melakukan ini padaku?” suara Jiang Jiyun pecah, di antara terisak dan teriakan, menembus keheningan malam yang penuh kesedihan.
“Dia tidak mencintaiku! Dia tidak menginginkanku! Apa salahku? Aku telah melakukan segalanya untuk dia! Badjingan itu! Kenapa dia mencintai adikku sendiri? Kenapa?"
Angin berhembus kencang di luar, seolah ikut ketakutan. Jiang Jiyun merasakan peluh dingin mengalir di pelipisnya, bibir bergetar menahan ledakan kemarahan yang membara. Setiap detik berlalu, rasa sakit itu semakin menyengat, menyesakkan dada hingga membuat detak jantungnya semakin cepat.
Di dalam kepalanya, bayangan Li Chen yang tersenyum hangat kini menyakitkan, seperti duri yang mengakar.
"Aku akan menghancurkan semua yang kau cintai," bisiknya ke bayangannya, menyalakan api balas dendam yang tak pernah padam.
Dalam kegelapan malam yang menakutkan itu, jiwa Jiang Jiyun seolah terjebak dalam labirin kesedihan dan kemarahan, menunggu untuk lepas dari belenggu cinta yang menyakitkan.
"Aku membencimu, Li Chen! Aku sangat membencimu! Jika bukan karena mencintaimu, aku tidak akan pernah merasakan sakit seperti ini!" teriak Jiang Jiyun sambil berlari, dia membenturkan kepalanya ke tembok, hingga tetesan darah membasahi hadiah pertunangan yang baru saja dikirimkan oleh keluarga Li untuk Jiang Mei.
Duagh!
Tubuh Jiang Jiyun merosot, matanya perlahan-lahan tertutup, dengan senyuman dingin yang terukir di bibirnya, dia tersungkur di antara perhiasan indah yang baru saja melewati pintu.
"Yun'er!" perdana menteri berteriak, memanggil putri tertuanya yang telah menghembuskan nafas terakhir.
"Kakak! Apa yang kau lakukan? Bangun! Kakak!" Jiang Mei juga bergegas, dia memeluk tubuh saudara tirinya sambil menangis.
"Tuan, apa yang terjadi?" selir Wen terlihat kaget, dia tak menyangka jika Jiang Jiyun akan melakukan tindakan bodoh seperti itu. Bahkan Mak comblang yang di kirim oleh keluarga Li tak bisa berkata-kata, air mata mengucur di pipinya.
Jiang Jiyun, seorang gadis cantik berusia 17 tahun yang merupakan putri tertua dari keluarga perdana menteri, dikenal sebagai seorang gadis yang licik dan sangat kejam. Dia jatuh cinta pada seorang pemuda tampan bernama Li Chen yang baru saja dianugerahi gelar sebagai seorang jenderal muda, setelah berhasil memenangkan peperangan.
Selama 4 tahun, dia belajar berbagai hal, bermain musik untuk menyenangkan pemuda yang dicintainya, memasak dan menjahit, bahkan beberapa kali tangannya sempat terbakar ataupun tertusuk oleh jarum, namun gadis itu dengan keras kepala masih terus berusaha. Dia ingin terlihat sempurna di mata pemuda yang di cintainya.
"Panggil tabib!" teriak perdana menteri sambil menggendong tubuh Jiang Jiyun. Meskipun anak pertamanya itu selalu bertindak kasar dan semberono, dia tidak bisa mengabaikannya begitu saja.
Para pelayan berlarian, meskipun tidak menyukai perangai gadis itu, namun Jiang Jiyun masih tetap majikan mereka.
"Nona! Apa yang terjadi? Nona! Bangun nona!" teriak Qian Qian, satu-satunya pelayan di sisi Jiang Jiyun. Gadis itu menangis tersedu-sedu sambil menggoyangkan tubuh tuannya.
"Yun'er! Bangun!" ucap perdana menteri, dia berdiri di samping tempat tidur putrinya. Tak lama kemudian beberapa orang tabib datang, mereka segera memeriksa kondisi gadis itu.
"Tabib, bagaimana keadaan putriku?'' tanya perdana menteri, namun tabib itu menggelengkan kepalanya.
"Tuan perdana menteri, anda dan keluarga harus mempersiapkan diri, nona tertua sudah tiada." ucap tabib itu.
Mata perdana menteri terlihat merah, dia menatap anak pertamanya yang terbujur kaku di atas tempat tidur. "Yun'er! Apa pun yang kau inginkan, selama kau bisa bangun dan kembali hidup, ayah akan melakukannya."
Kelopak mata Jiang Jiyun tiba-tiba saja terbuka, membuat semua orang yang ada di dalam kamar itu langsung terlihat kaget. Perdana menteri segera meminta tabib untuk memeriksanya.
"Selamat tuan, nona tertua telah terlepas dari maut, dia kembali! Dia kembali!" ucap tabib itu.
Perdana menteri menganggukkan kepala, dia melirik ke arah Qian Qian. "Jaga nona mu dengan baik, jika dia menginginkan sesuatu, segera beritahu aku!"
Qian Qian menganggukkan kepala, dia segera mengambil kain basah untuk menyeka wajah Jiang Jiyun, sekaligus membantu nona nya untuk membersihkan luka.
"Nona! Syukurlah anda kembali! Qian Qian sangat takut!" ucap gadis pelayan itu, sementara Jiang Jiyun mengerutkan dahi, dia merasa sangat kaget karena terbangun di tempat yang sangat asing.
'Bukankah aku baru saja terkena ledakan besar saat berada di markas? Mungkinkah aku masih bisa di selamatkan?'
Jiang Jiyun melirik ke kiri dan ke kanan, kemudian menatap gadis pelayan yang berlutut di lantai, dahinya sedikit berkerut. "Dimana ini?"
"Nona? Apa yang terjadi? Apakah anda tidak mengingatnya? Ini kamar anda, kediaman perdana menteri." ucap Qian Qian.
Jiang Jiyun memegangi kepala, dia merasakan sakit yang sangat hebat, tak lama kemudian gadis itu menggertakan giginya.
'Sial! Sepertinya aku telah terlempar ke masa lalu dan menjadi nona tertua kejam dari kediaman perdana menteri! Baiklah, karena tuhan telah memberikanku kesempatan kedua, aku tidak akan pernah menyia-nyiakannya!'
"Nona, apakah anda lapar atau haus? Qian Qian akan mengambilkan nya untuk anda." ucap gadis pelayan itu.
"Bangunlah, lantainya dingin!" ucap Jiang Jiyun, membuat Qian Qian terlihat sangat kaget. Dia merasa ada yang berbeda dengan tuannya.
"Nona!"
"Duduk di sini!" ucap Jiang Jiyun sambil menepuk tempat tidurnya. Qian Qian terlihat ragu, namun dia tidak ingin membuat tuannya marah, sehingga bergegas untuk bangkit dan duduk di atas tempat tidur Jiang Jiyun.
"Qian'er, mulai sekarang kau tidak boleh memanggilku nona. Aku telah menganggapmu seperti adikku sendiri, kau harus memanggilku kakak!" ucap Jiang Jiyun sambil menepuk punggung tangan Qian Qian dua kali.
"Nona, itu tidak pantas, Qian Qian hanyalah seorang pelayan!" jawabnya sambil menunduk.
Jiang Jiyun menatapnya, "Aku selalu bersikap kasar padamu selama ini, namun kau tidak pernah meninggalkanku. Qian'er, terima kasih."
Mata Qian Qian terlihat merah, "Nona, apa yang anda katakan, Qian Qian tulus ingin mengabdikan hidupnya untuk anda."
"Dasar gadis bodoh! Mulai sekarang, kau akan memakan apapun yang aku makan, meminum apa pun yang aku minum, kita akan menjadi saudara." ucap Jiang Jiyun sambil mengusap air mata di pipi Qian Qian.
Tok...
Tok...
Tok...
Terdengar suara ketukan di pintu, tak lama kemudian Jiang Mei masuk, dia membawakan semangkuk bubur dan segelas air putih.
"Kakak! Senang rasanya melihatmu kembali. Lihatlah, aku membuat bubur ini sendiri sebagai permintaan maaf. Kakak, anda tidak perlu khawatir, aku tidak akan menerima lamaran dari jenderal Li, aku akan berbicara kepada ayah secepatnya!" ucap Jiang Mei sambil meletakkan nampan di atas meja.
Jiang Jiyun menggelengkan kepala, "Tidak perlu! Kau bisa menikahinya, adik. Aku tidak akan merusak kebahagiaanmu. Di masa depan, aku juga pasti akan bertemu seseorang yang mencintaiku dengan tulus."
"Kakak, apa yang anda katakan? Kebahagiaan anda adalah kebahagiaan ku." ucap Jiang Mei sambil tersenyum tipis.
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Jiang Mei segera keluar dari kamar Jiang Jiyun, dia tidak ingin berlama-lama berada di sana.
"Nona, apakah anda benar-benar akan melepaskan kesempatan untuk menjadi istri dari jenderal Li?" tanya Xuan Yi, pelayan setia Jiang Mei.
"Menurut mu? Aku baru saja mendengar kabar bahwa Kaisar mencurigai jenderal Li akan melakukan pemberontakan, sehingga dia akan segera di asingkan ke hutan. Apakah menurutmu gadis berbakat sepertiku pantas untuk memiliki suami seorang rakyat jelata seperti itu? Tentu saja aku tidak menginginkannya!" jawab Jiang Mei dengan sombong.
"Nona, anda benar-benar sangat pintar, nona tertua pasti berpikir bahwa anda sangat tulus terhadapnya." ucap Xuan Yi.
Jiang Mei tertawa, "Aku sudah tidak menyukainya sejak kecil, dia selalu di manjakan oleh semua orang, bahkan jika dia melakukan kesalahan, aku harus mengakuinya sebagai kebodohan ku. Saat ini, semua orang juga mengetahui bagaimana perangai buruk dari kakak tertuaku, sedangkan aku, menjadi seorang gadis yang sangat polos dan baik hati, penuh bakat dan sangat sopan. Ini sepadan,"
Jiang Mei tidak mengetahui bahwa pembicaraannya itu di dengar oleh Jiang Jiyun. Dia terus mengoceh, menumpahkan kebenciannya pada kakak tirinya.
'Heh! Apakah menurutmu aku sebodoh itu! Jiang Mei, kau selalu berpura-pura sebagai seorang gadis yang anggun dan bermartabat, padahal kau hanyalah teratai putih!'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Widia
Jiang Jiyun ini punya ruang dimensi ga thor? klo punya ya seharusnya sebelum di asingkan kudu ngerampok dulu 😎🤪🤣
2024-10-23
15
han han
wah..cerita baru salam jumpa kembali thor...tetap semangat n support selalu💪💪💪💪
2024-10-24
2
Lina Zascia Amandia
Wah udah ada yg baru lagi nih.... gas terus Say.
2024-10-24
2