NovelToon NovelToon
Mengasuh Cinta Duda Kaya

Mengasuh Cinta Duda Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Kaya Raya / Pengasuh / Ibu Tiri
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Cherryblessem

Caca, seorang mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa di London, terpaksa bekerja sebagai pengasuh anak CEO kaya, Logan Pattinson, untuk mencukupi biaya hidup yang mahal. Seiring waktu, kedekatannya dengan Logan dan anaknya, Ray, membawa Caca ke pusat perhatian publik lewat TikTok. Namun, kisah cinta mereka terancam oleh gosip, kecemburuan, dan manipulasi dari wanita yang ingin merebut Logan. Ketika dunia mereka dihancurkan oleh rumor, Caca dan Logan harus bertahan bersama, menavigasi cinta dan tantangan hidup yang tak terduga. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk mengalahkan segalanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherryblessem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Limosin

...Jangan lupa klik like dan komentar ya teman-teman! Mohon dukungannya untuk cerita ini! Terimakasih banyak semua! ❤️❤️...

...****************...

Malam sudah menjelang larut ketika Caca menyelesaikan tugasnya di kamar Ray. Anak kecil itu telah terlelap di tempat tidurnya, wajahnya terlihat tenang di bawah cahaya lampu malam. Caca tersenyum tipis, membereskan mainan-mainan yang berserakan dan merapikan selimut Ray dengan lembut.

Logan, yang sempat pulang untuk makan malam bersama Ray, telah kembali ke kantornya. Kini, hanya ada keheningan yang menyelimuti rumah megah itu. Caca memutuskan sudah waktunya untuk pulang ke flat kecilnya di Kings Cross.

Saat hendak melangkah keluar kamar Ray, seorang pria paruh baya dengan setelan jas hitam yang rapi muncul di pintu. "Nona Calista," panggilnya, suaranya sopan namun tegas.

Caca menoleh, sedikit terkejut. "Ya? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.

Pria itu membungkukkan sedikit badannya. "Tuan Pattinson meminta saya untuk mengantar Anda pulang. Nama saya David Monroe, saya sopir pribadi keluarga Pattinson."

"Oh," ujar Caca, sedikit terkejut tapi tetap tersenyum. "Terima kasih banyak, Pak David."

Setelah memastikan semuanya rapi di kamar Ray, Caca mengikuti David menuruni tangga besar rumah itu. Tangga berlapis marmer yang mewah dengan karpet Persia merah tua membuat setiap langkahnya terasa seperti di istana. Di lantai bawah, bagian foyer rumah itu yang dihiasi lampu gantung kristal dan vas-vas bunga segar semakin memukau dirinya. Meski sudah beberapa kali ke sini, keindahan rumah keluarga Pattinson selalu berhasil membuatnya terpana.

"Silakan masuk," kata David, membukakan pintu mobil limosin hitam yang terparkir di depan pagar rumah mewah itu.

Caca melangkah keluar dari gerbang besar berlapis emas dengan inisial "LP" yang terpampang di tengahnya—tanda kepemilikan keluarga Pattinson. Ia melirik ke arah David yang berdiri tegak di samping pintu mobil. Senyum tipis tersungging di bibirnya. Rasanya aneh diperlakukan dengan begitu hormat, seperti seorang bangsawan.

Ketika Caca memasuki limosin itu, ia hampir tak percaya. Kursi kulit mewah, pencahayaan lembut, dan berbagai fasilitas di dalamnya terasa seperti mimpi. Ia tersenyum sendiri, merasa seperti sedang hidup di dunia orang kaya. Ia tak pernah membayangkan, pekerjaannya sebagai pengasuh Ray akan memberinya pengalaman seperti ini.

David memecah keheningan. "Semua ini adalah perintah Tuan Pattinson. Beliau ingin memastikan Anda merasa nyaman," katanya sopan.

Caca mengangguk, masih tersipu. Ia mengambil segelas minuman dari minibar kecil di dalam limosin. Matanya berbinar saat melihat ada kaleng bir di sana. Dengan cekatan, ia mengambil satu untuk dibawa pulang. Dalam hati, ia membayangkan betapa iri teman-temannya jika tahu dirinya diantar pulang dengan limosin mewah.

Namun, di saat yang sama, di sudut jalan yang gelap, sebuah mobil lain terparkir tanpa menyalakan lampu. Di dalamnya, seorang wanita duduk diam, memperhatikan dengan saksama. Tatapan matanya tajam dan penuh amarah. Rambut cokelatnya tergerai, namun bibirnya yang berlipstik merah mencerminkan ketegangan.

Anastasia Johnson. Nama itu tidak asing di dunia keluarga Pattinson. Wanita itu adalah seseorang yang dikenal ambisius, manipulatif, dan berbahaya. Kini, ia menatap dengan penuh rasa penasaran dan cemburu.

"Siapa gadis itu?" gumam Anastasia, matanya memperhatikan Caca yang melangkah keluar dari rumah Pattinson. Limosin itu seperti menambah bahan bakar pada api kemarahannya. "Apa hubunganmu dengan Logan, nona kecil?" lanjutnya dengan nada dingin.

Anastasia menghela napas panjang, namun matanya tidak lepas dari limosin yang mulai bergerak pergi. Perasaan cemburu menguasai dirinya, membuatnya merasa terancam. Logan Pattinson adalah miliknya, dan ia tidak akan membiarkan siapapun, terutama wanita muda seperti Caca, mengambil tempat yang seharusnya miliknya.

Di dalam limosin, Caca menyandarkan tubuhnya ke kursi kulit yang empuk, matanya menatap ke luar jendela. Ia tak sadar bahwa sebuah mobil telah mengikuti mereka sejak meninggalkan rumah keluarga Pattinson. Di sudut matanya, bayangan gelap itu muncul dan menghilang di antara lampu jalan.

Caca merasakan sesuatu yang ganjil, namun ia mencoba mengabaikannya. "Hanya kebetulan," pikirnya. Tapi perasaan itu tak kunjung hilang. Ada sesuatu yang tidak beres malam ini. Dan ia belum tahu, bahwa dirinya tengah berada dalam bahaya yang bahkan tidak pernah ia bayangkan.

-

“Kau akan naik limosin lagi?” tanya Yeji, teman sekamarnya yang berasal dari Korea, sambil menoleh ke arah Caca. Mereka sedang berjalan cepat menuju kampus, menyusuri trotoar yang dingin di tengah pagi kota London.

Caca tertawa kecil, membetulkan tali tasnya yang melorot. Ia masih mengingat bagaimana malam itu, para mahasiswa di flat tempat tinggalnya berkerumun di jendela untuk melihat sebuah limosin hitam mengilap berhenti di depan bangunan mereka. Bahkan beberapa orang berbisik-bisik saat Caca turun dengan santai dari kendaraan mewah itu.

“Bukan naik limosin. Aku biasanya naik kereta. Mereka hanya mengantarku pulang, itu saja,” jawab Caca dengan nada gemas, mencoba meredakan rasa penasaran sahabatnya.

Yeji mendesah panjang, lalu memeluk buku catatannya lebih erat. “Astaga! Betapa beruntungnya kau bisa bekerja untuk keluarga Pattinson. Aku masih tidak percaya ini nyata. Kamu tahu, kan, limosin itu pasti mahal banget!”

Caca tersenyum kecil. Di dalam hati, ia merasa sedikit bangga. Tapi ia memilih untuk tidak membesar-besarkan hal ini. “Yah, itu cuma pekerjaan. Kebetulan saja mereka butuh pengasuh anak.”

Yeji berhenti melangkah sejenak, menatap Caca dengan mata penuh rasa ingin tahu. “Kau tahu tidak? Gara-gara aku lihat kau turun dari limosin itu, aku jadi penasaran dan mencari tahu tentang keluarga Pattinson!”

Caca menahan tawa. Ia tahu Yeji tipe orang yang selalu ingin tahu segalanya. “Oh ya? Jadi, apa yang kau temukan?” tanyanya sambil melanjutkan langkah.

Yeji mengejarnya, lalu mulai berbicara penuh semangat. “Keluarga Pattinson itu bukan orang sembarangan! Aku baca mereka punya perusahaan global—Pattinson Global Enterprise—yang menguasai banyak bidang. Properti, teknologi, energi terbarukan, bahkan fashion! Mereka bahkan lebih kaya dari Samsung!”

“Samsung? Maksudmu perusahaan elektronik dari Korea itu?” Caca mengerutkan kening, sedikit terkejut.

“Ya! Perusahaan terbesar di negaraku. Dan keluarga tempatmu bekerja lebih kaya dari itu!” Yeji mengangkat ponselnya, memperlihatkan logo Samsung di belakang casingnya. “Lihat ini! Bahkan ponselku ini kalah kelas dibandingkan kekayaan mereka.”

Caca tertawa kecil, menggelengkan kepala. Namun, di dalam hatinya, ia merasa malu karena baru tahu fakta ini.

“Jujur, aku tidak pernah menyangka mereka sebegitu kayanya,” gumamnya sambil merenung.

Yeji menatapnya dengan tatapan tajam. “Tunggu. Jangan bilang, kau tidak pernah mencari tahu tentang mereka sebelum menerima pekerjaan itu?”

Caca tersenyum kikuk, menundukkan kepala. “Ehm… iya, sih,” jawabnya akhirnya.

Yeji berhenti berjalan lagi, lalu menepuk jidatnya dengan keras. “Astaga, Caca! Serius? Bagaimana mungkin kau menerima pekerjaan tanpa mencari tahu siapa mereka? Bagaimana kalau mereka bukan orang baik?”

Caca hanya bisa tertawa kecil, merasa semakin bersalah. Yeji benar. Ia memang terlalu santai saat menerima pekerjaan itu.

“Waktu itu aku terlalu sibuk mencari pekerjaan. Jadi aku cuma fokus pada fakta bahwa mereka butuh pengasuh, dan aku butuh uang,” jawabnya dengan nada defensif.

Yeji mendesah panjang, lalu melanjutkan langkahnya dengan ekspresi frustrasi. “Oke, satu pertanyaan lagi. Kau tahu tidak siapa yang memberikan kita beasiswa ini?”

Caca berhenti sejenak, mencoba mengingat. Namun, ia akhirnya hanya menggeleng.

“Caca!” Yeji mendesah keras sambil menatap sahabatnya dengan ekspresi tak percaya. “Pattinson Global Enterprise! Perusahaan itu yang memberikan kita beasiswa untuk kuliah di UCL! Dan kau bahkan nggak tahu?”

Caca terbelalak, tidak percaya. “Serius? Jadi… Logan Pattinson, bosku, adalah orang yang mendanai pendidikanku?” tanyanya dengan suara pelan.

“Ya! Dan dia juga bosmu sekarang! Kamu benar-benar clueless, tahu?” Yeji melipat tangan di dada, menggeleng-gelengkan kepala.

Caca menggigit bibirnya, merasa bersalah sekaligus bingung. Ia tidak menyangka semua ini saling terkait.

“Jadi, selama ini aku bekerja untuk orang yang sudah begitu banyak membantuku…” gumamnya.

Yeji mengangguk tegas, lalu mendekati Caca sambil menunjuk-nunjuk dengan jarinya. “Kau harus lebih menghargai kesempatan ini, tahu? Mereka memberikanmu beasiswa, pekerjaan, dan sekarang kau tinggal di London, kota terbaik di dunia. Tapi kau bahkan tidak tahu apa-apa tentang mereka!”

Caca menundukkan kepala, merasa semakin malu. “Iya, iya, aku tahu sekarang. Terima kasih sudah memberitahuku,” jawabnya pelan.

“Tentu saja aku harus memberitahumu! Kalau tidak, kau akan terus hidup di bawah batu seperti itu,” balas Yeji dengan nada gemas.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan langkah cepat, menyusuri jalanan yang mulai ramai dengan mahasiswa lain. Caca memandang ke depan sambil merenung. Dalam hati, ia berjanji akan mencari tahu lebih banyak tentang keluarga Pattinson. Tidak hanya karena rasa terima kasih, tetapi juga untuk memahami lebih baik dunia yang kini ia masuki.

“Ngomong-ngomong, bagaimana anak yang kau asuh? Aku dengar anak-anak konglomerat sering manja dan susah diatur,” tanya Yeji, mengalihkan pembicaraan.

“Oh, dia baik sekali! Namanya Ray. Umurnya tiga tahunan, tapi dia pintar dan mandiri. Jujur, aku belajar banyak dari cara mereka mendidiknya,” jawab Caca sambil tersenyum.

Yeji mengangguk pelan. “Ya ampun, Caca. Aku benar-benar iri padamu. Tapi aku juga bangga. Kamu beruntung bisa bekerja di sana.”

Caca tersenyum kecil. “Aku juga bersyukur, Ji. Tapi aku akan lebih berhati-hati di masa depan. Terima kasih sudah mengingatkanku.”

Yeji tertawa kecil sambil merangkul sahabatnya. “Sudah, ayo cepat! Kita hampir terlambat untuk kelas Sosial!”

Mereka berdua berlari kecil menuju gerbang kampus, meninggalkan pagi yang penuh obrolan menarik di belakang mereka.

1
seftiningseh@gmail.com
semngat berkarya
oh ya cerita ini menurut aku sangat menarik. apalagi judul nya jangan. lupa dukung aku di karya ku judul nya istri kecil tuan mafia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!