TRANSMIGRASI QUEEN AZURA

Setelah meninggalkan mension Nadine, Alexander tidak ingin membuang waktu lagi. Dia segera mengurus perceraiannya, Alexander tidak sabar lagi untuk segera bercerai dari Nadine.

Dia ingin segera terbebas dari wanita licik seperti Nadine, walau dia harus kehilangan banyak uang tapi itu tidak masalah. Dia kaya raya begitu juga dengan keluarganya. Uang 100 triliun bisa di dapatkannya lagi dengan mudah. Tapi kebebasannya dari Nadine tidak gampang dia dapatkan.

Dengan begini Alexander bisa menikahi Sofia secara sah, dan bukan siri lagi. Sofia pasti akan sangat bahagia. Memikirkan reaksi Sofia saat tau perceraian Alexander dan Nadine, membuat Alexander tidak berhenti tersenyum.

Usai mengurus perceraiannya, Alexander segera ke rumah sakit. Dia sangat merindukan istri tercintanya itu. Rasanya dia sudah tidak sabar lagi menemui Sofia dan memberitahu istrinya itu bahwa dia sudah mengurus perceraiannya dengan Nadine. Kalau untuk syarat perceraian dirinya dan Nadine, Alexander rasa dia tidak perlu memberitahu Sofia. Bisa marah Sofia jika mengetahui dia memberikan uang sebanyak itu pada Nadine sebagai bentuk kompensasi.

Membayangkan Sofia marah saja membuat Alexander merinding. Percayalah kalau marah, Sofia akan sangat mengerikan. Dia akan di suruh tidak di luar kamar selama dua minggu, dan tentu saja tidak ada jatah juga untuknya.

Itulah sebabnya dia sering pergi ke Mension Nadine untuk meminta jatah jika Sofia sedang dalam mode marahnya.

Sebagai pria hyper *** sepertinya, akan sangat menyiksa jika dia tidak melakukan itu dalam waktu 2 Minggu. Jangankan dua Minggu, 1 hari tidak melakukannya saja Alexander tidak tahan. Rasanya hal itu begitu menyiksanya.

Itulah sebabnya dia selalu melampiaskan hasratnya pada Nadine, dan Nadine yang bodoh tentu saja menuruti keinginan Alexander itu. Walau yang di bayangkan Alexander sepanjang percintaan mereka adalah wajah Sofia.

Alexander tidak pernah peduli dengan apa yang dirasakan oleh Nadine. Baginya itu tidak perlu dan buang-buang waktu saja.

Lagi pula Nadine tidak sepenting itu untuknya, dia hanya menganggap Nadine sebagai wanita pelampiasan hasratnya saja.

Bajingan memang, tapi Alexander tidak peduli atas semua itu.

Tidak ada yang mengetahui fakta bahwa dirinya adalah pria hyper ***. Dia menyembunyikan itu semua dari semua orang termaksud istrinya Sofia.

Bahkan Sofia tidak pernah tau kalau Alexander sering menemui Nadine untuk melayani hasratnya. Bisa-bisa sofia akan meninggalkan dirinya jika mengetahui fakta itu. Alexander tidak ingin hal itu terjadi. sedangkan untuk Nadine, Alexander akan selalu mengancamnya agar tidak memberitahu Sofia atas apa yang sudah mereka lakukan. jika Nadine sampai memberitahu Sofia maka Nadine akan di tinggalkan, Nadine tentu saja tidak ingin itu terjadi. Jadi dia memilih menutupi semua itu dari siapapun. Mungkin hanya para pekerja di mension Nadine saja yang tau tapi mereka juga sudah di minta tutup mulut.

Setelah sampai di rumah sakit, Alexander segera menuju kamar rawat Sofia. Ternyata semua keluarga besar mereka sedang berkumpul di sana. Sofia juga sudah tersadar dari pingsannya.

Alexander sangat bahagia melihat wanita pujaannya akhirnya bangun. Dia merasa lega mengetahui bahwa istri dan bayinya baik-baik saja.

Dia segera menghampiri Sofia lalu memberikan bunga di tangannya pada Sofia. Senyum mengembang di wajah Alexander membuat Sofia dan seluruh keluarganya sedikit heran sebenarnya.

Mungkin saja Alexander bahagia karena Sofia sudah sadar. pikir seluruh keluarganya.

Sedangkan Sofia hanya mendengus melihat Alexander yang terus tersenyum cerah seperti itu. Terlebih saat dia mengingat kejadian sebelum dia mengalami pendarahan, rasanya Sofia semakin kesal saja. Bolehkan dia mencakar wajah Alexander saat ini.

"Mau apa kamu kesini mas?" Tanya Sofia menatap dingin Alexander. Dia masih kesal pada Alexander karena sudah berani menemui Nadine kemarin. Sofiakan tidak terima hal itu, Sofia semakin membenci Nadine. Baginya Nadine selalu saja merebut miliknya, sepertinya Nadine harus di beri pelajaran setelah ini.

ckkk" Sofia berdecak kesal melihat Alexander yang berlutut padanya dengan tangan Yang masih menggenggam bunga mawar merah kesukaan sofia. Tapi sofia masih sangat marah pada Alexander. makanya Sofia memilih mengabaikan Alexander.

"Apa kita bercerai aja ya mas, aku capek terus hidup sebagai istri siri kamu kayak gini. Aku capek kalau setiap hari kita harus berantem hanya karena Nadine dan anaknya." Isak Sofia,

Jderrrrr

Mendengar kata perceraian keluar dari mulut Sofia tentu saja Alexander melotot terkejut. Jantungnya berdetak kencang, Alexander menggeleng ribut. Air matanya mulai berjatuhan seperti hujan. Tidak masalah dia di katakan cengeng, tapi dia sungguh tidak ingin berpisah dari Sofia.

Dia bisa gila jika sofia meninggalkan dirinya, membayangkan saja Alexander tidak sanggup apalagi jika itu menjadi kenyataan.

"nggak sayang, mas nggak mau cerai. Mas sayang sama kamu, mas cinta sama kamu. Di hati mas hanya ada kamu satu-satunya, maaf kalau kemarin mas udah nyakitin kamu dengan nemuin Nadine." Mohon Alexander terisak sambil menggenggam tangan Sofia. Bunga mawar yang di bawa Alexander tadi sudah tergeletak mengenaskan di lantai, karena yang Alexander pikirkan saat ini hanyalah mendapatkan maaf dari Sofia.

"Tapi mau sampai kapan terus kayak gini mas? aku capek." ujar Sofia memalingkan wajahnya. Alexander semakin merasa panik, dia segera berdiri dan memeluk Sofia yang kini terisak.

"Setelah perceraian mas sama Nadine resmi kita langsung nikah secara resmi sayang. Nadine sudah mau menandatangani surat perceraian, mas juga udah urus semuanya. Sidang pertamanya Minggu depan. Mas mohon tarik lagi kata-kata kamu tadi, mas nggak mau pisah sama kamu." jelas Alexander sambil terisak pilu di pelukan Sofia.

Mendengar hal itu, Sofia terkejut. Bukan hanya Sofia tapi seluruh keluarga mereka yang sejak tadi duduk manis di sofa menikmati drama suami istri itu juga terkejut mendengar semua yang di ungkapkan Alexander tadi. Mereka tersenyum lega mendengar berita bahagia itu.

"Akhirnya mereka cerai juga, jadi sia-sia kan akting aku tadi. Air mata aku juga jadi terbuang percuma kan. Kalau tau mas Alexander dan Nadine sudah akan bercerai, malas aku lakuin itu. Aku juga lakuin akting itu biar mas Alexander cepat nentuin sikap atas Nadine Nadine itu. Mana mau aku cerai sama mas Alexander." batin Sofia

"sayang jawab dong, jangan diam aja. Jangan bikin mas takut." mohon Alexander sambil menatap mata Sofia.

"Kamu nggak bercanda kan mas? kamu beneran udah mau ceraikan sama Nadine? nggak lagi prank aku kan?" Tanya Sofia bertubi-tubi sambil membalas tatapan Alexander.

"mas serius sayang, mas nggak lagi bercandain kamu." ucap Alexander sambil tersenyum hangat membelai kepala Sofia.

"Akhirnya wanita murahan itu mau juga bercerai dari kamu. Mama bahagia dengarnya." Ujar mama Karen, ibu kandung Nadine. Tiba-tiba sudah berada di samping ranjang Sofia.

"dengan begini tidak ada lagi yang akan menghalangi kebahagiaan kamu dan Alexander." ucap mama Karen sambil tersenyum hangat.

Bukankah mama Karen ini adalah sosok ibu angkat yang paling berhati malaikat. Mungkin kalau ada penghargaan sebagai ibu angkat terbaik maka mama Karen akan mendapatkan penghargaan itu. Tapi jika ada penghargaan sebagai ibu kandung terburuk maka dia juga akan mendapatkan penghargaan itu.

Dia ibu yang baik bagi Sofia tapi ibu paling buruk untuk Nadine.

"Iya ma Sofi juga bahagia banget dengar ini." ujar Sofia sambil melepas pelukan Alexander dan merentangkan tangannya meminta pelukan dari mama Karen.

mengerti bahwa putrinya sedang menginginkan pelukan hangat darinya, Karen segera merangkul Sofia dengan lembut. Di usapnya punggung Sofia dengan penuh cinta dan kasih sayang, rasanya sekarang Karen lega putri tercintanya akhirnya tidak akan di bayang-bayangi lagi dengan status sebagai istri kedua Alexander.

"Mama akan selalu sayang sama kamu, mama akan selalu ada di samping kamu apapun yang terjadi." Lirih mama Karen masih mendekap Sofia di dekapan hangatnya.

BERSAMBUNG.