SEKUEL : "MENIKAHI MAFIA"
Elard Frey Ardolph seorang mafia kejam terpaksa menikah dengan sahabat dari adiknya karena sebuah rencana gila dari mommynya.
Sedangkan seorang wanita cantik yaitu Aneisha Cheryl Adiguna harus menjadi seorang yatim piatu karena sebuah kecelakaan yang menimpa orang tuanya.
Tidak ada niatan untuk menikah dekat-dekat ini namun siapa sangka bahwa dia akan menikah dengan kakak dari sahabatnya sekaligus anak majikan dari orang tuanya.
Elard yang menganggap bahwa Neisha memanfaatkan keluarganya pun terus saja menggoreskan luka di hati Neisha padahal dia sudah menjadi istrinya.
"Ayah ibu, Neisha pingin ikut kalian!" batinnya karena tidak kuat dengan penyiksaan yang di alaminya.
Yukkk kepoinnnn ceritanya!!
🥕🥕🥕
Follow Instagram @lala_syalala13
Follow TikTok @Lala_Syalalaa13
Follow Facebook @Lala Syalala
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34_Mencari Kesempatan Dalam Kesempitan
Di sisi lain Berlin berada di ballroom acara tempat pestanya namun tidak melihat adanya Elard bahkan saat acara sudah hampir selesai.
"Ih, kemana sih Elard." ucapnya kesal tak menemukan sama sekali keberadaan calon suaminya. (ngarep banget sih.)
"Pi, tante Sheila sama Elard mana sih kok dari tadi aku cariin gak ada?" tanya Berlin ke sang papi.
"Oh tadi asisten tuan Elard ngasih tahu kalau mereka harus balik terlebih dahulu," jawab Daniel.
"Apa! Papi kok gak ngasih tahu aku sih." ucapnya sebal.
"Ya mana papi tahu sayang,"
Setelah itu Berlin pun pergi dari hadapan sang papi ke tempat teman temannya berada tadi.
"Ada apa muka lo kok di tekuk kayak gitu ber?"
"Kesel gw."
"Kesel kenapa?"
"Gimana gak kesel coba masa papi gak ngasih tahu gw kalau Elard udah pulang," ucap Berlin.
"Yah sayang banget ber," ucap salah satu temannya.
"Makanya kan kesel." ucapnya kesal.
"Oh ya ber gimana sama kabar tuh cewek yang elo jebak tadi?" tanya salah satu temannya lagi.
Mendengar pertanyaan itu membuat Berlin teringat bahwa dia baru saja menjebak seorang wanita yang membuat mood nya tidak enak.
"Gw lupa, mendingan kita lihat aja sekarang toh acaranya juga udah selesai." ucap Berlin dan mendapatkan anggukan dari yang lainnya.
Mereka segera menuju ke lantai tujuh dan mencari kamar tempat mereka menjebak Neisha, saat sampai di sana suasana sunyi bahkan pintu kamar tersebut pun terbuka.
Berlin segera mencari kemana pria sewaannya dan juga Neisha pergi namun nihil tak ada siapa pun.
"Kemana mereka?" ucap salah satu teman Berlin.
"Entah, apa jangan jangan tuh pria tua bangka membawa wanita itu ke rumahnya atau ke hotel lain." ucap Berlin dengan seringai jahatnya.
"Udah kita lebih baik gak udah urusin perempuan itu, lebih baik sekarang kita ke klub ngerayain pesta ulang tahu gw!" seru Berlin tanpa tahu akan ada bahaya apa yang sedang mengintainya.
🥕🥕🥕
Pagi harinya Neisha bangun terlebih dahulu, saat dia bangun betapa terkejutnya dia bahwa dia sedang memeluk erat tubuh kekar sang suami tanpa sehelai benang pun.
Tiba-tiba Neisha teringat bagaimana liarnya dia tadi malam, biasanya dia akan diam saja namun kemarin dia malah dengan berani menggoda Elard hingga dia mengingat percintaan panas mereka.
Mengingat itu membuat kedua pipi Neisha merah memanas, malu rasanya berhadapan dengan sang suami apa lagi mommy Sheila nantinya.
"Kak El, adakah sedikit rasa sayang atau bahkan cinta mu untuk ku. Sebenci itukah kamu sama aku?" tanya Neisha lirih hingga genangan air mata sudah hampir jatuh di pelupuk mata segera dia mengusap air matanya agar jangan sampai ada air matanya yang jatuh.
Neisha mengamati wajah tampan sang suami, tangannya mengabsen lagi seluruh wajah sangat suami hingga terakhir kecupan singkat dia berikan ke bibir seksi Elard.
Setelah itu dia pun memilih untuk beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sangat lengket ini.
Sedangkan saat Neisha di kamar mandi, Elard membuka matanya. Dia sebenarnya sudah bangun terlebih dahulu namun saat melihat sang istri bangun Elard berpura-pura tidur sehingga dia tahu semua apa yang di lakukan sang istri terhadap wajahnya hingga ciuman singkat itu pun Elard tahu.
"Dia mencari kesepakatan dalam kesempitan." gumam Elard.
Tak lama dering telepon pun berbunyi menandakan telepon masuk yang ternyata adalah Jimi sang asisten, segera Elard mengangkat nya.
[Halo.]
[Tuan, kami sudah menemukan siapa pelaku intinya,]
[Kau tunggu di markas, aku sebentar lagi akan ke sana.] ucap Elard dari sebrang dan langsung menutup begitu saja telepon nya.
"Dasar tuan dingin, udah punya istri tapi tetep aja dingin, cuek." gumam Jimi kesal lama-lama.
"Sabar, elo kan tahu sendiri gimana tegasnya Elard. Elo juga harus ingat mungkin saja dia sedang menemani istrinya," ucap Nelson karena memang Jimi sedang berada di markas.
"Iya juga sih."
🥕🥕🥕
Elard setelah bersiap-siap segera turun ke bawah menemui semua orang yang sudah siap di meja makan, bahkan Neisha juga sudah berada di sana.
Sarapan terlihat tenang, padahal semuanya sedang kalut dalam pikiran masing masing, dimana Neisha masih trauma dengan kejadian kemarin sedangkan keluarga Ardolph malah sedang marah, murka dan penasaran siapa sih yang sudah berani mencelakai menantu keluarga Ardolph.
"Kak El, hari ini aku ke kampus boleh?" tanya Neisha meminta izin.
"Jangan sayang lebih baik kamu tetap di rumah aja lagian kan hari ini kamu harus pindahan," ucap mommy Sheila sebelum Elard berbicara.
"Oh iya ya, ya udah deh mik, aku gak ikut ke kampus deh." ucap Neisha.
"Aku juga gak deh nei, males juga lebih baik bantu bantuin kamu sekalian curcol." ucap mikaila tanpa malu dan Neisha juga sudah menganggap hal seperti itu biasa.
"Kita pindahan nanti saja siangan, aku ada urusan mendesak." tutur Elard yang dari tadi diam membuat Neisha cemberut padahal dia sudah membatalkan agenda ke kampusnya tapi sang suami malah bilang nanti siang saja.
"Udah gak papa mik, lebih baik kan kita ke kamar aku aja, yukkkk." seru mikaila sangat senang.
"Bentar kak El belum berangkat," sahut Neisha saat mikaila ingin menariknya.
"Oh iya, kak El buruan berangkat sana." ucap mikaila mengusir sang kakak.
"Dasar adek gak tahu diri." ucap Elard dengan nada kesal dan dinginnya karena dia seperti di usir dari sana.
Namun dia juga tidak ingin berlama lama di sana karena tangannya sudah sangat gatal sekali ingin menembakkan peluru jenis terbarunya dan juga telinga nya sudah sangat merindukan jeritan minta tolong hingga suara tembakan.
Elard segera pergi dari sana dengan daddy Brian, daddy Brian memilih untuk menaiki mobil sang anak agar lebih cepat saja karena jujur daddy Brian juga sangat penasaran siapa dalang dari semua ini.
Sampai di markas mereka langsung di sambut oleh para anak buahnya, mereka menuju ke ruangannya dan bertemu dengan Jimi, Nelson dan juga uncle Yoga.
"Bagaimana?" tanya daddy Brian.
"Jadi tuan yang merencanakan semua ini adalah Berlin anak dari tuan Daniel," ucap uncle yoga.
"Apa!" dengan keras Elard menggebrak meja di depannya.
Jangan tanyakan daddy Brian yang juga sangat terkejut saat mendengar informasi yang di sampaikan oleh asisten pribadi nya itu.
"Sabar son, kita dengarkan dulu apa sebabnya dia sampai membuat jebakan seperti itu kepada istrimu." ucap daddy Brian.
Elard berusaha untuk tenang walaupun dia sangat ingin langsung membunuh wanita kurang ajar itu yang sudah berani beraninya bermain-main dengan nya.
"Dari yang kami dapatkan nona Berlin tidak suka dengan nona muda karena nona muda mengalihkan perhatian di pesta kemarin, tuan. sehingga banyak kaum adam yang tidak memperhatikan nona berlin," jeda uncle Yoga.
"Dan juga karena melihat nona muda datang dengan nyonya sehingga membuat dia berfikir kalau nona muda akan di jodohkan dengan tuan muda tuan dan menjadi lawan nya untuk mendapatkan tuan muda Elard tuan." ucap uncle yoga.
"Ternyata karena itu dia sampai membuat menantuku dalam bahaya," ucap daddy Brian.
"Iya tuan."
"El, bagiamana selanjutnya rencanamu? Ingat tuan Daniel adalah rekan kerja dari Ard company jadi daddy mau kau menangani semuanya dengan baik dan berhati-hati." ucap daddy Brian.
"Iya dad, Daddy tenang saja tapi Elard tidak menjamin kalau keluarga tuan Daniel akan utuh seperti sekarang ini." ucap Elard dengan senyum devil nya seperti sudah membayangkan bagaimana nasib dari Berlin itu.
.
.
TBC