NovelToon NovelToon
Buku Merah Maroon : Pembunuhan Di Perkemahan

Buku Merah Maroon : Pembunuhan Di Perkemahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Dendam Kesumat
Popularitas:18.1k
Nilai: 5
Nama Author: bung Kus

Buku Merah Maroon seolah menebar kutukan kebencian bagi siapapun yang membacanya. Kali ini buku itu menginspirasi kasus kejahatan yang terjadi di sebuah kegiatan perkemahan yang dilakukan oleh komunitas pecinta alam.

Kisah lanjutan dari Rumah Tepi Sungai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bung Kus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jas Hujan Hitam

Hutan memang selalu menyimpan misteri. Langit yang semula berwarna biru cerah secara tiba-tiba mulai berubah gelap. Gumpalan-gumpalan mendung hitam tampak berderet, bergerak cepat seperti gelombang air. Angin bertiup, terasa lembap dan beku.

Setelah nyaris lima belas menit berteriak memanggil nama Bastian dan Rana, suara Pak Nafi' terdengar serak. Sesekali guru BK itu berdehem. Namun percuma, suaranya semakin menghilang.

"Kita sampai di bagian ujung kawasan lahan milik Bu Anggun," ujar Pak Dolah kala di hadapannya pagar kawat besi membentang.

"Apa mungkin mereka melompat keluar pagar?" Suara Pak Nafi' nyaris tak terdengar saking seraknya.

"Kurasa tidak. Memanjat pagar ini cukup merepotkan. Lagipula tidak ada yang menarik di luar sana. Kurasa murid-muridmu tidak bod*h untuk melakukan hal itu," sambung Pak Dolah santai.

"Lalu kemana kira-kira perginya dua bocah itu? Lihatlah cuaca tiba-tiba saja berubah," keluh Pak Nafi'.

Pak Dolah berjongkok memperhatikan rerumputan di sekitarnya. Dia mengernyit. Dua alisnya nyaris bertemu.

"Sepertinya mereka berdua tidak berada di sekitar sini," ucap Pak Dolah kemudian. Pak Nafi' ikut berjongkok, tetapi tidak memahami apa yang dilihat Sang Survivor.

"Rumput di area sekitar cukup tinggi. Lihatlah bekas jejak kaki kita, tertinggal di beberapa bagian. Rumput rusak terinjak. Dan sayangnya tidak ada jejak lain kecuali jejak kita. Artinya dua muridmu itu tidak datang ke area ini," jelas Pak Dollah. Pak Nafi' manggut-manggut. Dia akhirnya paham.

Pak Nafi' kemudian mengajak Pak Dolah untuk kembali ke tenda melewati jalur lain. Dia tak lagi berteriak. Suaranya sudah benar-benar habis. Jalan setapak yang ditempuh, kini membawa mereka sampai pada tepian sungai.

Ada sebuah batu besar di tepi sungai. Dan di atasnya tampak sepasang sepatu tergeletak. Pak Dollah yang melihatnya segera memberitahu Pak Nafi'.

"Sepertinya muridmu itu sempat ke tempat ini," ucap Pak Dolah mengambil sepatu di atas batu. Masih terasa hangat, artinya belum terlalu lama sepatu itu dilepas dari kaki sang pemilik.

"Hanya satu pasang. Apa mungkin Bastian dan Rana berpisah?" gumam Pak Nafi'.

Pak Dolah tidak menyahut. Dia menyandarkan punggungnya pada batu berwarna biru kehijauan itu. Kemudian merogoh saku jaket dan mengambil sebungkus rokok yang masih utuh. Pak Dolah menyodorkan rokok itu pada Pak Nafi' setelah dirinya mengambil sebatang.

"Merokoklah, udara sedang dingin. Lagipula muridmu tidak ada yang melihat," ujar Pak Dolah.

Pak Nafi' menghela napas, lalu menerima pemberian Sang Survivor. Keduanya menyalakan rokok kini. Menghisap asap penuh nikotin itu dalam-dalam kemudian menghembuskannya dengan nikmat.

"Kulihat salah satu muridmu yang bernama Aldo berlagak seperti bos. Kenapa sebagai guru kamu mendiamkannya?" tanya Pak Dolah tiba-tiba.

"Apa terlihat sejelas itu? Kupikir aku sudah berusaha bersikap adil," balas Pak Nafi' tersenyum masam.

"Pembelaan pada kenakalan remaja bagaikan bom waktu. Bocah-bocah itu tidak akan pernah bisa membedakan mana tindakan yang boleh dan tidak untuk dilakukan. Padahal kejahatan seharusnya tetap dianggap kejahatan meski itu dilakukan oleh manusia yang belum dewasa. Hitam tetaplah hitam, dan putih akan selalu putih. Jangan mencampurkannya menjadi abu-abu. Karena mereka yang tinggal di bagian abu-abu hingga tua nanti tidak akan tahu yang putih dan hitam," gumam Pak Dolah. Matanya mengawang jauh menatap hutan. Pak Nafi' diam tidak menyahut. Guru BK itu kehabisan kata-kata.

Rokok di tangan Pak Dolah padam. Dia kembali merogoh saku jaketnya untuk mengambil korek api. Tanpa sengaja Sang Survivor menjatuhkan dompet kecil miliknya. Terlihat sebuah poto gadis berseragam SMA pada bagian dalam dompet.

"Seorang pacar? Masih SMA?" tanya Pak Nafi' saat mengamati poto di dompet Pak Dolah.

"Hah? Kenapa menyimpulkan aku berpacaran dengan gadis SMA? Kita seumuran, sudah berumur lebih dari 30 tahun. Apakah masih cocok berpacaran dengan gadis SMA?" sahut Pak Dolah sambil tersenyum. Dia buru-buru memungut dompet yang jatuh.

"Bukan hal mustahil. Malah aneh jika kutebak gadis SMA itu anakmu. Kita terlalu muda untuk memiliki anak sebesar itu. Bahkan aku pun belum menikah," sambung Pak Nafi' tersenyum. Dia mencoba bergurau, tetapi lawan bicaranya tidak menimpali. Pak Dolah tiba-tiba saja tampak muram.

"Hah? Jadi dia anakmu?" pekik Pak Nafi'. Pak Dolah menggeleng cepat.

"Bukan. Tentu saja bukan." Pak Dolah mengibaskan tangannya.

Guntur mulai terdengar. Sesekali langit tampak terang kala kilat menggertak di balik mendung hitam. Pak Dolah berdiri dari duduknya.

"Sebaiknya kamu kembali ke tenda, atau menyusul bocah-bocah itu ke rumah Bu Anggun. Biar aku saja yang menunggu dua muridmu disini. Atau nanti kucoba untuk mencarinya di sekitar sini. Aku yakin mereka tidak jauh, dan pasti akan mengambil kembali sepatunya," ucap Pak Dolah.

"Bagaimana jika sebenarnya terjadi sesuatu? Misalkan salah satu dari mereka jatuh ke sungai?" tanya Pak Nafi' khawatir.

"Kemungkinan itu selalu ada. Tapi misalpun ada yang jatuh ke sungai tentu tidak sulit untuk bangun dan keluar dari dalam air. Sungai di bagian hulu seperti ini dangkal dengan arusnya yang pelan. Manusia tidak mungkin hanyut ataupun tenggelam," sanggah Pak Dolah. Pak Nafi' mengangguk membenarkan. Tetapi dia tetap merasa aneh dengan sepatu di atas batu yang hanya sepasang.

"Aku membawa jas hujan di ranselku. Dan sudah terbiasa berada di hutan dalam kondisi hujan sekalipun. Berbeda denganmu. Jadi kumohon, kembalilah ke tenda," perintah Pak Dolah sekali lagi.

"Baiklah jika begitu. Sayangnya di tempat ini tidak ada sinyal handphone. Bisa saja dua muridku sudah kembali ke tenda dan meninggalkan sepatunya disini," sahut Pak Nafi' kemudian.

"Yah, mungkin saja. Aku akan memeriksa area sekitar sini sebentar. Dalam satu jam aku akan menyusul kalian."

Pak Nafi' pun akhirnya setuju untuk kembali ke tenda. Dia meninggalkan Pak Dolah sendirian. Guru BK itu melangkah dengan cepat, khawatir hujan lebih dulu turun sebelum dirinya sampai di tempat berteduh.

Setelah kepergian Pak Nafi', Pak Dolah mengambil jas hujan berwarna hitam di dalam ranselnya. Dia bersiap menyambut datangnya hujan. Tetapi sebelum memakai jas hujan berbahan karet PVC itu, Pak Dolah kembali mengeluarkan dompetnya.

Mata Pak Dolah memerah. Ia memandangi poto kecil di dalam dompet. Wajahnya kembali murung. Kakinya yang berpijak pada pasir sungai itu terlihat goyah. Pak Dolah kembali terduduk.

"Mas belum tahu siapa di antara mereka yang telah jahat padamu. Meski awalnya Mas ragu, tetapi saat melihat ekspresi mereka saat melihat sapu tanganmu Mas jadi yakin mereka semua mengenalmu. Mereka bocah-bocah yang nakal. Terutama yang bernama Aldo. Apa Aldo yang menyakitimu? Bagaimana caranya Mas bisa tahu, Nduk?" gumam Pak Dolah dengan jari-jari tangannya yang gemetar. Air matanya jatuh mendahului air langit yang tak kunjung turun ke bumi.

Jas hujan hitam akhirnya dipakai oleh Pak Dolah. Bersama dengan rintik gerimis yang mulai mengguyur hutan. Kabut pun tidak mau kalah, menyusul keluar dari balik perbukitan.

1
Nur Hidayah
cepattt update kak🐣
홍시아
Buka aja dulu stiker di pohon
Rika Iftakul
bner na memang pak dollah sengaja
Rika Iftakul
pasti pak dollah sendiri yg sengaja mutus kabel
Rika Iftakul
kuku putra atau rana
Yuli a: kuku putra ada di dalam perut aligator ...😭
total 1 replies
Hidayah Hanan
lnjut kakak😍😍😍
Desyi Alawiyah
Itu bukan kukunya mak Ijah, Nana...

Wah, ada kuku? Kuku siapa yah 🤔🤔🤔
Ai Emy Ningrum: kuku manusia yg kelepas waktu daging nya lg dimasak mak Ijah 😳
total 1 replies
Desyi Alawiyah
Lalu dimana Aldo? Giliran kamu Gery sakit, si Aldo malah ninggalin...hadeehhh 🤭
Yuli a
bisa jadi pak Dollah si pembunuh itu... minta bantuan sama Mak Ijah... jadi tuan Zainul nya Mak Ijah yang baru... Mak Ijah hidup hanya untuk mengabdi kan...
Yuli a
kok nggak muntah sih na ngeliat ada kuku dimasakan... aku aja kalau beli nasi uduk ada rambutnya pingin muntah Lo...🤢🤮
Yuli a
sengaja itu mah... hujan reda, WiFi mati. biar terisolasi mereka tu...
Mak Ijah kali ya yang grubak-grubuk mutusin kabel..
Yuli a: wah multi talenta banget Mak Ijah ya... kadang-kadang cosplay jadi tukang jagal, kadang-kadang jadi chef handal, sekarang malah cosplay jadi wonder woman...
Yuli a: berarti Suga nya nggak asli dong ya .. 🤣🤣🤣
total 6 replies
Yuli a
duh... jangan lama-lama dong ninggalin Gerry nya... entar hilang Lo...
Yuli a
aku tadi udah deg degan banget... takut kalau yang berjas hujan itu sang pembunuh... ternyata pak Dollah...
Ai Emy Ningrum
bisa2 jurinya yg dijadiin sop sama Mak Ijah kalok dia ikut kompetisi Master Sop 🙈🙈 apalagi jurinya modelan chef Juna 🤣🤣🤣
Yuli a: cius....🤣🤣🤣
Ai Emy Ningrum: btw ,liontin deh yg bnr 😹😹
total 12 replies
Maymayarni
lanjut thor
𝙿𝚊𝚞𝚕𝚘`Nia🔮_♑︎
kenapa aku menduga Rana belum tewas ya ⊃ο<*, dugaan aja sih, soalnya biasanya plot twist hehe 😁
𝙿𝚊𝚞𝚕𝚘`Nia🔮_♑︎: maka dari itu, kepalanya pecah kan belum tentu itu rana atau bukan, tapi yo ga tau sih
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩: Rana yg tewas di sungai kan? yg kepalanya pecah ditindih batu?
Anggoro sama Pak Nafi liat itu Rana.
jadi sepertinya klo menurutku Rana tewas kak
total 2 replies
Nur Hidayah
setiap hari nungguin KK upload👀
Sulastri
Bagus sekali
Maymayarni
lanjut thor
Isnaaja
kasian putra. datang ke perkemahan hanya untuk makanan ikan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!