NovelToon NovelToon
Senyum Di Balik Apron

Senyum Di Balik Apron

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Bullying di Tempat Kerja / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Trauma masa lalu
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ningxi

Ciara Anstasya, wanita berusia 27. merantau demi kesembuhan emntalnya, dari luar jawa sampai akhirnya hanya sebatas luar kota.

di tempat kerja barunya ini, dia bertemu orang-orang baik dan juga seorang pria bernama Chandra. satu-satunya pria yang selalu mengikutinya dan menggodanya.

"Berbagilah, kamu tidak sendirian sekarang"

kalimat yang pernah dia katakan pada Cia, mampu membuat hati Cia berdebar. namun, tiba-tiba rasa insecure Cia muncul tiba-tiba.

mampukah Chandra meredam rasa insecure yang Cia alami? dan menjalin hubungan lebih jauh denganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ningxi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bersama Chandra

"CIA? TUNGGU DULU" Riko berteriak memanggil Cia yang sudah berlari di depannya.

Cia berhenti, karena sudah ada Chandra yang berdiri di depannya.

"Kenapa Ci? Bayu memarahimu?" Chandra sibuk mengusap air mata Cia dengan khawatir.

"Enggak mas. Ssh" Cia menjawab dengan meringis pelan.

"Terus kenapa kamu menangis seperti ini?" suara Chandra sangat lembut. Riko yang sudah sampai di dekatnya pun merinding.

"siku Cia kepentok pintu saat mau keluar dari ruangan pak Bayu. Rasanya sakit banget, kayak kesetrum" air matanya sudah berhenti.

"ok, kalau kamu nangis karena sakit. Tapi kenapa kamu malah lari?" Riko bertanya mendahului Chandra.

"karena Cia malu" ucapnya dengan polos. Riko dan Chandra yang mendengarnya menghela nafas dengan kasar.

"Sia-sia kita sudah panik dan khawatir bang Chan" Riko berbisik pelan di samping Chandra.

"kamu benar Rik" jawab Chandra.

"CIARA" Chandra berteriak dengan keras saat perempuan itu sudah berlari dengan kencang untuk pulang, tanpa menoleh ke belakang sekalipun. Dia tau jika Chandra akan meminta Riko untuk mengantarnya, dan tentu saja Riko akan menyetujuinya dengan cepat. Sedangkan dia ingin berjalan menikmati angin sore sendirian.

"Kok aku bisa suka sama cewek modelan begitu ya Rik?"

"seleramu terlalu luar biasa bang Chan"

Kedua pria dewasa itu menatap Cia yang sudah berbelok dan tak terlihat lagi. Keduanya menggeleng pelan dan memisahkan diri karena Chandra harus bekerja dan Riko harus pulang.

"HAH!" Cia menghela nafasnya dengan berat. Dia merasa sedikit lega karena mampu membela dirinya dengan baik di depan pak Bayu tadi.

Cia mengingat setiap kalimat yang di katakan Mita dan pak Bayu saat berada di ruangannya tadi.

"Siapa yang akan menjelaskannya?" tanya Bayu di depan Mita dan Cia yang di biarkan berdiri.

"Cia menyenggol nampan yang aku bawa pak. Padahal dia sudah tau kalau saya membawa banyak tumpukan piring kotor" Mita berkata lebih dulu, bahkan di saat Cia sudah membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu.

"enggak pak. Saya sudah minggir tapi Mita yang jalannya melenceng ke arah saya berdiri" Cia membela dirinya sendiri.

"Harusnya kamu membantu Mita, bukan malah menghindar" ucapan pak Bayu seakan membela Mita.

"loh! Saya juga harus membersihkan beberapa meja yang masih kotor pak. Jika memang dia tidak mampu, kenapa harus membawa sebanyak itu? Bukankah dia juga harus tau batas kekuatannya seberapa? Dan Bapak juga bisa cek cctv untuk memastikan kejadiannya" Cia nggak mau kalah. Karena sangat terlihat jika pak Bayu membela Mita, terlihat dari keduanya yang saling lirik-lirikan.

"kamu berani sama saya? Lagi pula tidak ada cctv di lorong sana" suara pak Bayu pelan namun menekan.

"kalau salah ngaku aja kali. Malah playing victim" Mita berujar dengan sinis tanpa melihat ke arah Cia.

"sekali lagi kamu membuat masalah. Kamu akan di pecat. Silahkan keluar" pak Bayu mempersilahkan Cia keluar tanpa melihatnya sedikit pun. Apalagi dia tidak mendapat jawaban atas pengecekan cctv yang dia usulkan.

Dengan kesal dia keluar dengan buru-buru hingga sikunya terbentur pinggiran pintu dengan kencang. Itu yang membuatnya menangis karena kesakitan, tapi orang lain mengira jika dia di marahi Bayu habis-habisan.

"Hah! Gila" dengus Cia. Dia masih merasa kesal saat mengingat kembali kelakuan Mita dan pak Bayu. Bisa-bisanya pak Bayu membela Mita.

Saat sampai di kamarnya, Cia langsung pergi mandi dan merebahkan dirinya di kasur. Dia sangat lelah hingga tak lama matanya terpejam dengan pelan

.

.

Cia bisa bernafas lega karena hari ini dia ambil libur, bertukar dengan hari libur Riko. Dia akan sangat lelah jika harus menunggu hari liburnya jum'at nanti.

Ting..

"Turun Ci! Mas tunggu di depan"

Cia langsung turun setelah membaca pesan yang di kirim Chandra. Ternyata pria itu sedang duduk di teras rumah milik Nina, tentu saja ada Nina dan suaminya.

Cia duduk di kursi sebelah Chandra.

"oh iya mas. Ini jam tangannya milik siapa? Mas balikin sana" Cia mengulurkan smart watch di tangannya pada Chandra yang segera menerima barang itu.

"iya, tenang aja" Jawab Chandra dengan santai. Pria itu mengotak atik smart watch di tangannya hingga terdengar suara Bayu, Mita dan Cia dari jama tangan itu. Ternyata percakapan itu terekam dengan baik.

"Bagus Ci, kalau sampai dia mecat kamu, kamu laporin aja ke bosnya. Pemilik Restoran itu" ucap Nina dengan bangga. Dia juga melirik Chandra dengan senyuman jail.

"pemilik Restoran? Kan aku nggak tau siapa orangnya" ucap Cia dengan polos. Dia memang tidak tau kan.

"kan ada kotak saran Ci di Restoran, kamu tulis aja ntar juga bakalan di baca kok, soalnya tiap seminggu sekali surat-surat itu di ambil sama pak bos" Chandra ikut menjawab pertanyaan Cia.

"tunggu dulu, sebelum itu Cia mau tanya dulu" Cia terdiam sebentar hingga membuat ketiga orang di sana menunggu dengan penasaran.

"apa pemilik Restoran jatuh miskin? Mungkin dia bermain judi online hingga uangnya habis" tanya Cia.

"kenapa kamu bertanya seperti itu Ci?" Chandra sedikit syok dengan pertanyaan Cia. Tapi dia mencoba biasa saja. Sedangkan Nina dan Rudi menahan senyumnya saat melihat Chandra.

"Kok bisa-bisanya Restoran hanya memiliki beberapa cctv di sana. Harusnya kalau tempat besar dan mewah kan cctvnya banyak tiap sudut, apalagi lorong pendek yang terhubung dengan dapur." Cia masih kesal karena cctv ternyata.

"Iya, kamu bisa tulis di kotak saran juga mengenai cctv. Siapa tau nanti Bos kamu acc langsung di pasang tiap tembok Ci" jawab Rudi dengan senyum usilnya ke arah Chandra.

"ikuti aja saran dari Rudi Ci! Siapa tau beneran di terima saran kamu itu" Chandra menyetujui begitu saja. Dia akan mengirim bukti cctv itu pada Bayu nanti. Gara-gara dia, pemilik Restoran di anggap jatuh miskin karena judi online.

"iya Ci, lakuin aja" Nina juga mendukung.

"Ok, Cia bakalan tulis suratnya nanti dengan sejelas jelasnya" ucap Cia dengan semangat.

Selanjutnya mereka hanya mengobrol ringan, jam masih menunjukan jam 6 hingga membuat mereka sangat santai. Apalagi karamel yang masih tertidur.

Tak lama terdengar suara tangisan dari Karamel yang memanggil mamanya. Riko dan Cia pamit pulang karena Nina dan Rudi harus mengurus anaknya.

"nanti malam ikut mas jalan-jalan ya! Abis maghrib mas tunggu di depan pagar" ucap Chandra sebelum mendengar jawaban Cia.

Cia hanya pasrah, nggak ada salahnya kan jalan-jalan? Masalahnya mereka hanya berdua saja perginya.

Tuuut.. Tuuut.. Tuuut...

"Halo! Ibu? Ibu apa kabar?" sapa Cia saat terlihat wajah ibunya di layar ponsel.

"iya nak, Syukurlah ibu baik, kamu gimana?" tanya sang ibu balik. Wajahnya penuh dengan senyuman saat melihat wajah putrinya.

"aku baik juga bu. Ayah ke mana?" tanya Cia.

"Ayah pergi ke sawah tadi. Melihat padi yang di tanamnya sudah setinggi apa"

"Ibu sudah sarapan?"

"sudah nak. kamu juga jangan lupa makan yang teratur, apalagi jauh dari orang tua. Kalau sakit nggak ada yang merawat" ujar Ibunya dengan cerewet. Cia suka dengan kecerewetan sang Ibu.

"iya ibu. Cia di sini punya banyak teman yang sangat baik sama Cia bu. Jadi ibu nggak perlu terlalu mikirin Cia bakalan kesusahan" Cia tidak bohong untuk teman yang di ceritakan. Tapi Cia bohong akan kesusahan yang di alaminya.

"Syukurlah kalau begitu. Udah dulu ya? Ibu mau manggil Ayahmu dulu, soalnya ada tamu di depan." kata sang Ibu masih dengan senyumnya.

"iya Ibu" Cia membalas senyuman sang ibu sebelum mematikan sambungan video call itu.

Seharian itu Cia hanya menghabiskan waktunya untuk tidur. Bahkan dia hanya makan mie yang dia rebus siang tadi dengan susu kotaknya. Dia malas beli makan keluar.

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, dan sekarang. Cia dan Chandra sudah berada di dalam mobil untuk menuju ke Sarinah. Tempat perbelanjaan modern tertua di Indonesia.

"Ngapain kita ke sini mas? Kamu mau belanja?" tanya Cia saat mereka berdua sudah mulai berkeliling di mall itu.

"kita lihat-lihat saja Ci, kalau ada yang cocok nanti kita beli" jawab Chandra. Tangan Cia memegang kaos Chandra bagian belakang dengan kuat.

"Ci, kamu kenapa sih?" Chandra menghentikan langkahnya yang di ikuti Cia.

"kenapa apanya mas?" tanya Cia dengan wajah polosnya.

"kita bisa bergandengan tangan Ci, kenapa kamu suka banget pegang baju mas bagian belakang sih?" Chandra memegang tangan Cia yang masih menggenggam baju belakang Chandra dengan kuat.

"Gini aja ya mas?" Cia berpegangan pada tas yang berada di bahu Chandra.

Chandra menyerah, biarkan saja perempuan itu melakukan apapun yang dia mau. Mereka berdua kembali berjalan beriringan. Chandra membawanya ke Sate & Seafood Senayan untuk makan malam terlebib dahulu.

Chandra memesan ayam taliwang, plecing kangkung, cumi telur saus madu, tahu tumis tauge, dan bawal bakar saus madu. Dengam minum dua teh hangat.

"mas yakin mau makan sebanyak ini?" tanya Cia saat melihat makanan yang tersaji di meja depan mereka.

"yakin dong, ayo buruan habisin terus kita jalan-jalan lagi" Chandra dengan semangat mulai memakan apa yang sudah tersaji di depannya.

Mereka makan dengan lahap, bahkan Cia dengan terpaksa menerima lauk yang di berikan Chandra di dalam piringnya. Dia sudah sangat kenyang tapi tetap memakannya. Saat Chandra akan menambahkan lauk lagi, Cia menarik piringnya karena sudah sangat kenyang.

Setelah makan, mereka melanjutkan jalan-jalan. Chandra hanya membeli dua kemeja hitam dan merah hati. Chandra menawarkan banyak barang pada Cia, namun perempuan itu menolaknya dengan tegas. Chandra tidak berani memaksanya karena dia takut jika nantinya Cia akan menolak saat di ajak jalan lagi. Jadi dia hanya membelikan beberapa jajanan dan minuman yang di jual di mall, yang untungnya itu permintaan Cia.

Setelah puas berjalan-jalan. Chandra mengajak Cia pulang karena sudah jam 9.

"Loh! Ngapain kita ke sini mas?" tanya Cia dengan cemas.

Gimana nggak panik, Chandra membawanya ke hotel Mercure Jakarta Sabang. Apa yang mau pria itu lakukan.

"nggak usah mikir yang aneh-aneh, kita masuk, jemput Zaki" Chandra mengacak rambut Cia karena gemas.

Cia malu tapi tetap berjalan mengekor di belakang Chandra. Mereka naik ke lantai tujuh dan mengetuk pintu sebuah kamar. Nampak Zaki yang kelaur daei kamar hotelnya dengan ransel di punggungnya.

"ngapain kamu nginep di Hotel Ki?" tanya Cia.

"Dia marah sama mama dan kabur" jawab Chandra sebelum Zaki memberi alasan. Cia ber oh ria, tak bertanya lebih jauh dan segera masuk ke dalam mobil untuk segera pulang, dia merasa lelah.

.

.

...****************...

1
Difani Roni
ceritanya sangat menarik
Camila Llajaruna Cornejo
Sudah berapa lama nih thor? Aku rindu sama ceritanya
Ningxi
terima kasih
Miu miu
Aku sempet nggak percaya sama akhir ceritanya, tapi bener-bener bikin terkagum-kagum.💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!