NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Pangeran Terkutuk

Takdir Cinta Pangeran Terkutuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Beda Dunia / Mengubah Takdir / Kutukan / Menyembunyikan Identitas / Enemy to Lovers / Tumbal
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Piscisirius

Naina dijual ibu tirinya untuk menikah dengan pria yang tersohor karena kekayaan dan buruk rupanya, juga menjadi pemegang rekor tertinggi karena setiap tahunnya selalu menikahi ratusan wanita. Selain itu, Minos dikenal sebagai psikopat kejam.

Setiap wanita yang dinikahi, kurang dari 24 jam dikabarkan mati tanpa memiliki penyebab kematian yang jelas. Konon katanya para wanita yang dinikahi sengaja dijadikan tumbal, sebab digadang-gadang Minos bersekutu dengan Iblis untuk mendapatkan kehidupan yang abadi.

“Jangan bunuh aku, Tuan. Aku rela melakukan apa saja agar kau mengizinkanku untuk tetap tinggal di sini.”

“Kalau begitu lepas semua pakaianmu di sini. Di depanku!”

“Maaf, Tuan?”

“Kenapa? Bukankah kita ini suami istri?”

Bercinta dengan pria bertubuh monster mengerikan? Ugh, itu hal tergila yang tak pernah dibayangkan oleh Naina.

“... Karena baik hati, aku beri kau pilihan lain. Berlari dari kastil ini tanpa kaki atau kau akhiri sendiri nyawamu dengan tangan di pedangku?”

***

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Piscisirius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 26 - Dia Muncul Kembali

Berbekal kepercayaan yang diberi Tuan Minos, Naina melesat di antara pepohonan tinggi. Mulai menjajaki hutan dan melangsungkan rencananya di sana. Di bahunya ada Tora yang setia menemani, duduk bertengger di sana sambil sesekali terbang dan berceloteh riang.

Sementara Tuan Minos, seperti biasa duduk menunggu di depan perapian seraya mengamati bola sihir. Mencoba fokus, tak ingin kehilangan jejak Naina untuk kedua kalinya.

Karena entah ada firasat atau memang Tuan Minos sudah menaruh rasa curiga, dirinya merasa ada kejanggalan di sini. Rasa penasarannya belum tuntas mengenai para binatang berbulu putih yang kerap menghampiri Naina.

“Tora,” panggil Naina di sela-sela langkah kaki.

“Ada apa, Naina?”

Secara tiba-tiba, dalam pikirannya terlintas tentang cerita masa lalu milik Tuan Minos. Terkait kutukan ataupun penyihir sang pemberi kutukan, Naina merasa masih ada hal yang belum dirinya tahu.

“Malam tadi, Tuan Minos bercerita padaku mengenai kutukannya,” ungkap Naina yang membuat Tora di sampingnya langsung menoleh.

“Oh, ya? Syukurlah kalau Tuan sudah menceritakannya padamu,” balas Tora seadanya karena memang sebelumnya sudah tahu perihal itu.

“Tapi...” Naina menjeda ucapan, disusul helaan napas berat. Pandangannya tetap lurus ke depan, tapi pikirannya terbagi-bagi pada banyak hal.

“Ada yang masih belum kuketahui,” sambung Naina, nadanya terdengar lesu.

“Apa kau tahu bagaimana cara melepas kutukan itu? Tuan Minos berkata, bahwa melakukannya harus melalui perantara dariku. Dan Tuan juga bilang nanti aku akan tahu kalau sudah waktunya, tapi—”

“Maka kalau begitu tunggulah sampai waktunya tiba,” serobot Tora yang tampaknya tak mau membantu mengusir rasa penasaran gadis itu.

Naina langsung menggembungkan pipi, Pura-pura merajuk. “Ish, rupanya kau sama saja dengannya. Padahal aku ingin tahu!”

Alasan Naina ingin mengetahuinya bukan karena kasihan ataupun berniat untuk menolongnya. Naina hanya penasaran akan nasib pria itu jikalau dirinya benar-benar sudah berhasil kabur dan menetap di dunia lain.

Apakah mungkin nantinya ada sosok wanita lain yang akan menggantikannya dan bisa membebaskannya dari kutukan itu?

Dalam hati Naina menggerutu, padahal kebebasan sudah di depan mata, tapi pikirannya masih saja tertuju pada lingkaran penderitaan yang selama ini menjadi bayang-bayang menakutkan dalam dirinya.

Entahlah, rasanya seperti ada hal yang mengganjal dalam hati. Perihal kebahagiaan dan kebebasan yang tengah diusahakannya saat ini, selalu Naina pertanyakan berulang kali sebagai keputusan yang mutlak nantinya.

“Kau mau memasak menu makanan seperti hari itu lagi?” Tora membuka topik pembicaraan karena melihat Naina yang mendadak melamun.

Ditanyai seperti itu, Naina mengangguk pelan. “Yang penting harus ada ikan. Karena Tuan Minos sangat menyukainya.”

Tora tertawa kecil. “Wow, aku terharu kau bisa peduli dan selalu perhatian dengannya meski itu hal kecil sekalipun.”

Bukannya senang karena diberi pujian seperti itu, Naina justru merasa terbebani. Karena tahu dirinya saat ini sedang menyembunyikan kebohongan, dan dalam hitungan menit ke depan dirinya akan melancarkan aksinya.

Tapi Tuan Minos yang tak jemu mengamati bola sihirnya, mendadak merasakan sesuatu dalam hatinya. Tiba-tiba berderak kencang, aliran darahnya pun seketika memanas, menjalar hingga rasanya bergumul di kedua pipi.

Jika dalam wujud normal, mungkin kedua pipi pria itu tengah merah merona saat ini. Dan apa yang dirasakannya sekarang murni muncul bukan kebetulan. Entah didukung oleh rasa kemanusiaan yang tumbuh kembali, atau memang dalam hatinya Tuan Minos sudah menerima perasaan tersebut.

Perlahan Tuan Minos menyandarkan punggungnya, matanya terpejam sembari menengadahkan kepala beberapa saat. “Aku tidak percaya perasaan yang telah lama hilang dan selalu kubenci, hari ini aku bisa merasakannya kembali.”

Kembali duduk membungkuk, sebelah tangannya mengusap wajahnya. “Sepertinya aku bisa memulai ritual dalam waktu dekat ini. Aku tidak tahu hasilnya akan seperti apa, tapi mungkin dia juga sedang merasakan hal yang sama denganku,” sambungnya.

Kembali pada Naina, gadis dengan surai panjang yang dibiarkan terurai itu sudah hampir sampai di tempat biasa yang dirinya pakai untuk mencari bahan masakan.

Dalam jarak yang hanya tersisa beberapa meter lagi, Naina berulang kali menoleh ke kanan dan kiri secara samar-samar. Dirinya takut rencananya untuk kabur terendus ataupun dicurigai.

“Ada apa?”

Dan benar saja, gelagat Naina yang aneh berhasil menumbuhkan rasa penasaran pada gagak tersebut. Beberapa kali tertangkap sedang celingukan seperti sedang mencari sesuatu, tentu saja Tora punya alasan untuk bertanya.

Sambil pura-pura meringis nyeri dengan tangan yang mengusap bagian leher, Naina pun menjawab, “Akh, ini—mendadak leherku terasa tegang dan kaku. Sepertinya aku salah posisi tidur.”

Tidak tahu apakah alasan yang dibuatnya terlihat natural atau tidak, tapi hanya alasan itulah yang muncul dalam kepalanya. Dan nampaknya Tora tidak mempermasalahkan, tapi entah Tuan Minos yang melihat dari bola sihir akan menaruh curiga atau tidak.

“Dan juga ... Belakangan ini aku sulit tidur. Aku masih dilanda mimpi yang sama. Seperti kataku hari itu, dalam mimpi seringkali aku mendatangi tempat dan orang-orang di dalamnya selalu sama. Meskipun kadang kala mimpi itu terlihat tidak begitu jelas.”

Naina jadi teringat soal kejadian beberapa hari lalu, tidak tahu kenapa tiba-tiba dirinya seperti mendapat dorongan untuk mengatakan hal itu. Seolah tak ada beban ketika ingin mengatakannya. Dan barangkali jika dengan mengatakannya, Naina bisa mendapat petunjuk.

“Aku bermimpi bertemu dengan perempuan yang sama. Lagi dan lagi, perempuan itu muncul dalam mimpiku. Tapi di satu mimpi, aku melihatnya dengan jelas bagaimana rupanya. Dan yang paling menarik perhatian adalah pakaian yang sedang dikenakannya,” papar Naina dengan tatapan kosong, seolah pikirannya sibuk menjelajahi ingatan pada kejadian hari itu.

“Memangnya apa yang dikenakannya?”

“Gaun merah yang amat dibenci oleh Tuan Minos,” balas Naina sambil menjatuhkan pandangan pada Tora, tatapannya seperti mengisyaratkan bahwa dirinya yakin kalau gagak tersebut tahu perihal itu.

“Eh, kau serius?” Tora mengerjap-ngerjap tak percaya.

“Apa ekspresiku yang sekarang ini terlihat sedang berusaha melucu?” Naina menunjuk wajah datarnya yang terlihat dingin.

Sepasang mata Tora menyipit. “Bisa kau jelaskan ciri-ciri ataupun hal lain yang kau ingat tentangnya? Atau mungkin—”

Tanpa diduga, dalam seperkian detik yang telah terlewat, kabut tebal sekonyong-konyong datang. Memenuhi hutan, memperpendek jarak pandang, sehingga dalam perubahan singkat itu Tora dibuat kebingungan.

“Lho, kenapa tiba-tiba kabut muncul?”

Gagak yang perhatiannya sudah teralihkan dan sibuk celingukan itu langsung tersadarkan saat mendapat peringatan yang diberikan oleh Tuan Minos. Gendang telinganya seketika dipenuhi oleh suara milik pria itu yang menggelegar penuh penekanan.

“Perhatikan ke mana matamu melihat, dasar bodoh!”

“Kau baru saja kehilangan jejaknya! Dia menghilang bersamaan dengan kabut yang datang. Cepat cari dan temukan dia secepatnya!”

Tora yang menyadari bahwa ucapan Tuan Minos benar adanya terjadi, langsung merasa bahwa saat ini posisinya berada di ujung tanduk.

“Gawat! Aku baru saja melakukan kesalahan fatal!” Dengan gesit Tora terbang menembus kabut.

Entah ke mana tujuannya terbang, saat ini yang bisa dirinya lihat hanyalah sekumpulan kabut yang sudah memenuhi seluruh penjuru di hutan. Sementara Naina benar-benar hilang tanpa jejak.

Membiarkan Tora yang masih sibuk mencari keberadaan Naina, Tuan Minos yang untuk kedua kalinya kehilangan jejak istrinya, tentu saja langsung naik pitam. Firasat buruknya ternyata terbukti, bahwa ada yang tidak beres dengan gadis itu.

Tubuh jangkungnya sudah beringsut dari kursi, tetap mengamati bola sihir di tangannya yang hanya menampilkan sosok Tora—terbang tanpa arah. Tapi dalam sekelebat, Tuan Minos melihat sesuatu.

Matanya menyipit, telunjuknya bergerak mengambang pada bola sihir, membuat sorotan kejadian yang ditampilkan dalam bola tersebut bukan lagi tertuju pada Tora. Melainkan pada suatu hal yang tak sengaja dirinya temui.

Jubah kabut dengan material yang tidak berwujud penuh, tidak bisa dilihat hanya dengan sekilas, terselip di antara tebalnya kabut. Jubah kabut itu tentunya hanya milik seseorang, yang Tuan Minos sendiri tahu betul siapa pemiliknya.

“Tidak mungkin!” Tuan Minos mendesis, mata keunguan itu berubah nyalang. Dadanya berdentum-dentum akibat amarah yang kian menggebu.

“Ternyata selama ini aku keliru. Dan aku baru saja kecolongan. Bajingan itu telah membawa istriku pergi!” Napas Tuan Minos memburu, ngap-ngapan seiring dengan amarah yang sudah mencapai ubun-ubun.

“Kurang ajar! Kali ini, sampai ke ujung dunia pun pasti akan kukejar! Kau tidak akan bisa lari lagi dariku, Ysandre!” murka Tuan Minos sambil mengepalkan tangan kuat-kuat.

Ysandre Hellsong, penyihir yang membuat Tuan Minos berada dalam kutukan ini. Penyihir itu telah menjadi buronan selama ratusan tahun lamanya, tepatnya setelah kejadian yang membuat Tuan Minos kehilangan gadis yang dicintainya.

Dan kini, kenapa dia tiba-tiba menampakkan diri lalu seperti sengaja menculik Naina dari sisi Tuan Minos? Entah apa yang menjadi tujuannya, tapi jelas hal itu membuat posisi Tuan Minos semakin terancam.

Atau mungkin ... Kejadian di masa lalu akan kembali dialami lagi oleh Tuan Minos?

***

1
Sandy Aulia Putri
👍👍👍👍👍
Cha Sumuk
bagus ceritanya tp ga suka krna MC ceweknya bodoh jg lemah,penakut jg cengeng,trs MC cw nya terlalu arogan bnr2 ga enk bngt di BC nya
Nona Bulan 🌜: Terima kasih karena sudah mampir dan membaca sampai di bab ini, Kak. Untuk pembangunan karakter antara Naina dan Tuan Minos memang sengaja dibuat seperti itu ya, Kak. Tentunya bukan hanya asal-asalan, ada alasan dibalik kenapa mereka dibuat mereka begitu. Kalau kakak berkenan masih mau baca, di bab-bab selanjutnya mungkin kakak akan tau jawabannya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!