Sebuah pengkhianatan seorang suami, dan balas dendam seorang istri tersakiti. Perselingkuhan sang suami serta cinta yang belum selesai di masa lalu datang bersamaan dalam hidup Gladis.
Balas dendam adalah jalan Gladis ambil di bandingkan perceraian. Lantas, balas dendam seperti apa yang akan di lakukan oleh Gladis? Yuk di baca langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua mahluk terkutuk
"Sayang. Minggu ini kamu beneran'kan akan memgajakku jalan-jalan? Sudah lama aku tidak pergi jalan-jalan keluar, rasanya aku seperti mau gila." Amelia menyandarkan kepalanya pada dada bidang kekasihnya yang tak lain adalah Evan. Seorang suami brengsek yang tega mengkhianati istrinya sendiri demi nafsu sesaat nya.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, namun Evan masih saja berada di tempat perempuan laknat itu. Menikmati surga dunia yang haram, dan melupakan rasa bersalah terhadap istrinya di rumah.
Memeluk Amelia, lalu menciumnya dengan mesra, "tentu saja, sayang. Aku tidak pernah mengingkari janjiku sendiri." Kata pria brengsek itu sambil membelai lembut tubuh polos selingkuhannya.
Tidak pernah mengingkari janjinya sendiri? Heh! Dia tidak sadar bahwa dia telah mengingkari janji suci pernikahannya dengan Gladis. Dasar pria badjingan!
Mengecup leher Amelia, lalu menyesapnya, hingga meninggalkan jejak merah keunguan di leher putih itu. Tidak hanya satu saja jejak merah yang di tinggalkan oleh pria brengsek itu, tetapi sangat amat banyak. Bahkan, hampir seluruh leher Amelia penuh dengan jejak merah yang di lukis oleh bibir laki-laki badjingan tersebut.
"Hmm benarkah? Lalu, apa yang akan kamu katakan kepada istrimu?" sengaja Amelia bertanya seperti itu, ia ingin mendengar alasan apa yang akan di berikan oleh Evan kepada istrinya nanti. Tidak mungkin bukan, jika Evan akan mengatakan yang sesungguhnya kepada Gladis, itu sama sekali bunuh diri.
"Tentu saja pekerjaan. Memangnya apa lagi yang bisa ku buat sebagai alasan?" Evan memicingkan sebelah matanya, menatap Amelia yang kini nampak tersenyum lebar hingga menampilkan deretan giginya yang putih bersih.
"Ya, siapa tahu kamu mau berkata jujur sama istrimu." Kekeh Amelia seraya membelai dada Evan, membuat lingkaran dengan jari jemarinya yang tidak lancip itu. Sedikit gemuk, namun Evan menyukainya.
"Itu sama saja aku bunuh diri, sayang." Evan mencubit gemas hidung Amelia yang tidak mancung itu. Lalu, mengecup bibirnya beberapa kali membuat wanita yang kekurangan belaian itu merasa kenikmatan. Apalagi tangan Evan kini mulai bergerilya kembali, mengelus setiap inci tubuhnya membuat hasrat Amelia kembali menyelimuti dirinya.
"Aaahhh, Evan... Hentikan!" Lirih Amelia ketika tangan Evan menyentuh bagian sensitifnya. Bibirnya menyuruh Evan untuk menghentikan aksinya, namun tubuhnya malah meminta lebih, membuat Evan tersenyum puas.
"Apanya yang di hentikan sayang? Tubuhmu jelas meminta lebih dari sekedar ini," bisik Evan tanpa menghentikan aktifitasnya, membuat tubuh Amelia menegang sempurna.
"Ka,,, kamu sudah membangkitkan hasrat ku lagi, Evan. Kamu harus bertanggung jawab," ucap Amelia dengan nafas terengah-engah akibat ulah tangan pria sialan itu.
"Memang itu yang aku.... " Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja ponsel yang ia letakkan di atas nakas berbunyi, menandakan adanya panggilan masuk dari seseorang.
"Abaikan saja, sayang. Ayo kita lanjutkan permainan kita," ucap Amelia sedikit kesal karena permainan yang baru di mulai kembali terganggu oleh suara yang berasal dari ponsel kekasihnya.
"Sebentar, sayang. Biarkan aku menjawabnya. Itu pasti dari Gladis. Aku tidak mau dia curiga." Kata Evan sembari memberikan kecupan di kening Amelia. Lalu setelah itu, ia pun langsung meraih benda pipih itu. Menatap nama sang istri dengan lekat, kemudian ia pun menggeser tombol berwarna hijau dan menempelkan benda pipih itu pada telinganya.
"Ya, sayang. Ada apa?" tanyanya dengan begitu lembut, membuat Amelia yang mendengarnya merasa kesal sekaligus cemburu.
"Kamu pulang jam berapa? Biar aku tidak menunggumu seperti malam kemarin," kata Gladis terdengar dingin di telinga Evan.
Sejenak, Evan terdiam saat ia mendengar nada bicara istrinya. Merasa aneh, karena tidak biasanya sang istri berbicara dengan nada yang dingin seperti barusan. Sungguh aneh sekali.
klo dah sampe rumah liat anak bukan nya senang hbis main perselingkuhan tapi sedih mau dbawa kmna RT ini suaminya selingkuh trus dibalas sm istri selingkuh.... kasihan anak lebih baik lepas ajukan perceraian secara diam-diam...