berkali-kali tertipu, sehingga membuat mereka terbiasa dengan hal tersebut,
karena sering kali kena tipu,Aya dan Jaka pun memulai bisnis mereka hingga akhirnya mereka pun bisa membedakan mana penipu dan mana orang yang benar-benar tulus,
mari baca novel pertama aku,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpisah setelah menikah
"Aya,,, selamat yah, semoga kamu bisa bertahan lama dengan Jaka,kalau benar jadi nikah sih,,,".
Ujar kak Nur yang tersenyum pada Aya.
"Iya, makasih doanya."
Jawab Aya yang tampak seperti kelelahan.
"Pengantin baru, sepertinya lelah, mana tidak ada cuti lagi."
Ujar Elin yang langsung mendekati Aya.
"Lelah hati, lelah pikiran, lelah badan juga."
Jawab Aya yang kurang suka saat menjawab semua pertanyaan dari teman-teman nya.
"Kenapa ini anak, baru sehari menikah, sudah tidak beres juga ini otak nya."
Ujar Elin yang melihat wajah Aya yang kurang bersahabat.
"Apa Jaka memaksa kamu semalam?."
Tanya kak Nur yang memang sudah berpengalaman dalam hal rumah tangga.
"Ya elah,,,,suka berkhayal yang tidak-tidak saja, aku berpisah semalam di jalan, jaka ke Bandung aku ke Bogor.
Jawab Aya yang membuat semuanya kaget.
"Apa kamu langsung bercerai Aya?."
Tanya kak Nur yang langsung mendekati Aya.
"Bukan bercerai, aku juga tidak tahu kalau Jaka sudah keluar dari pekerjaan nya, aku juga tidak tau ada apa dengan saudara nya."
Jawab Aya yang sedang mengerjakan tugas pekerjaan nya.
"Hmmmm, sepertinya ada yang tidak beres jika nada bicara kamu seperti ini."
Ujar Elin yang hanya menduga tentang Aya.
"Iya, banyak sekali yang terjadi saat aku menikah dengan Jaka, rasanya aku masih bermimpi jika saat ini aku sudah menjadi istri syah nya."
Jawab Aya yang langsung menunduk kan kepalanya di atas meja kerja nya.
"Owalah,,, sepertinya beban berat sedang kamu pikirkan, cerita lah sedikit."
Ujar kak Nur yang mencoba untuk membantu Aya.
"Sudah lah,,,aku tidak perlu lagi bercerita tentang masalah pribadi ku, apa lagi sekarang aku sudah berumah tangga."
Jawab Aya yang langsung pergi meninggalkan teman-temannya.
Waktu pun terus berjalan, hari demi hari telah berlalu, hari pun berganti bulan, Aya dan Jaka masih hidup terpisah.
Tiba-tiba, suara ponsel milik Aya berdering, panggilan dari Jaka yang membuat Aya terbangun dari tidurnya.
"Aya,, bagaimana dengan keadaan kamu."
Tanya Jaka yang berbicara pada telpon selulernya.
"Aku baik-baik saja, bagaimana dengan kamu?."
Tanya Aya yang berbalik bertanya pada Jaka.
"Jaka, aku sudah pindah kontrakan, kak Linda pindah kerja, jadi dia juga pindah ke dekat pekerjaan nya."
Ujar Aya yang memberi tau pada Jaka.
"Hmmmm,,, ya sudah, aku mau mengirimkan uang, meskipun sedikit, "
Ujar Jaka yang memberi tau pada Aya.
"Ya elah, tidak perlu juga, simpan saja uang kamu, gaji aku juga cukup untuk aku sendiri."
Jawab Aya yang menolak pemberian dari Jaka.
Setelah selesai berbicara, Jaka dan Aya pun memilih untuk menutup teleponnya.
Setahun kemudian Jaka dan aya pun berkunjung ke rumah orang tua Jaka,apa lagi saat itu bertepatan dengan hari raya idul Fitri.
"Jaka, sekarang kamu kerja dimana?."
Tanya ayahnya yang sudah tau jika Jaka berhenti bekerja pada kakak sepupu nya.
"Sementara, aku sedang menjadi kuli bangunan yah, dari pada menganggur."
Jawab Jaka yang melihat wajah Aya.
"Kapan kalian akan memiliki anak?."
Tanya ibu Jaka yang membuat Aya dan Jaka kaget.
Jaka pun langsung melihat ke arah Aya, bagaimana bisa punya anak, sedangkan mereka saja tinggal terpisah.
"Nanti bu, masih belum siap."
Jawab Aya yang menjawab pertanyaan ibu Jaka.
Tiba-tiba , saudara Jaka yang bekerja bersama pun datang, dan kaget saat mendengar jika Jaka sudah menikah.
Masalah pun terjadi kembali, ayah Jaka mata marah saat mendengar Jaka yang selama ini tinggal di Bandung, sementara Aya masih tinggal di Bogor.
"Sebenarnya, apa yang sedang kalian berdua pikir kan, kenapa tidak tinggal bersama saja."
Ujar ayah Jaka yang langsung marah pada Jaka dan Aya.
"Bagaimana mau siap, jika kalian masih tinggal terpisah."
Ujar ibu Jaka yang ikut berbicara.
"Aku masih memikirkan kedepan nya bu, Jaka belum bertanya pada Aya."
Jawab Jaka yang langsung menunduk kan kepalanya.
"Bertanya bagaimana?, kalian berdua kan sudah menikah, tidak baik jika masih hidup terpisah."
Ujar ibu Jaka yang tersenyum pada Jaka dan Aya.
"Apa Aya yakin, jika dia mau hidup bersama dengan Jaka, setidaknya aku belum pernah menyentuh nya, jadi aku tidak merugikan Aya jika Aya tidak mau hidup bersama ku."
Jawab Jaka yang membuat semua mata tertuju pada nya.
Sementara itu, aya pun hanya terdiam, masih berpikir tentang apa yang sebenarnya Jaka maksud.
"Aku tahu, kita menikah tanpa di dasar apapun, mungkin itu yang membuat Jaka masih berpikir."
Jawab Aya yang akhirnya berbicara.
"Itu kamu tau Aya, aku tidak mau kamu menyesal nanti nya, jadi sebelum kita punya anak, sebaiknya kita pikirkan kembali."
Ujar Jaka yang juga berbicara tentang apa yang mereka inginkan.
Sementara itu, ada Zaki adik Jaka yang ada di sana, memang saat lebaran, semuanya pasti berkumpul di rumah orang tua mereka.
"Kalau tidak niat, kenapa juga harus menikah."
Ujar Zaki yang bertanya pada Jaka.
"Kalau tidak mau, setidaknya jangan di paksa."
Jawab Jaka yang sedikit menyinggung perasaan Zaki.
"Lah, kamu sendiri yang memaksa menikah dengan Aya, kenapa jadi aku yang salah."
Ujar Zaki yang langsung berdiri dan berjalan ke arah Jaka.
Melihat anaknya saling berdebat, ayah Jaka dan ibu Jaka pun langsung menarik ke duanya, ternyata orang tua mereka pun tau jika ada hubungan di antara mereka bertiga.
"Sudah, biarkan saja Jaka dengan cara nya sendiri, lagi pula apa yang dikatakan oleh Jaka juga benar."
Ujar ibu Jaka yang menarik tubuh Zaki.
Berbeda dengan cara ibu Jaka yang lembut, ayah Jaka justru langsung menghajar Jaka.
"Anak tidak tau diri, dari dulu kerja mu hanya cari masalah saja."
Ujar ayah Jaka yang tidak henti-henti nya mencaci maki Jaka.
"Ayah yang selalu membela Zaki, ayah yang selalu menyalahkan aku, bahkan apa pun yang Jaka lakukan, pasti selalu salah dimata ayah."
Jawab Jaka yang langsung membela diri nya sendiri.
Tidak mau ada keributan yang panjang, saudara Jaka pun langsung memisahkan Jaka dan ayahnya.
"Aya, sebaiknya kita pulang, percuma jika terus disini."
Ujar Jaka yang langsung menarik tangan Aya dan berlalu pergi tanpa pesan.
"Terserah kamu saja Jaka, urus saja keluarga mu sendiri, dan jangan pernah kembali lagi, atau pun meminta tolong pada ku."
Teriak ayah Jaka yang masih marah pada Jaka saat itu.
Sementara itu, Jaka dan Aya pun langsung bergegas menuju Bogor, mau bagaimana lagi, tidak ada tempat lain untuk mereka berdua.
Sesampainya di kontrakan Aya.
"Kamu pindah ke sini?."
Tanya Jaka yang melihat kontrakan Aya yang dekat dengan tempat kerjanya.
"Iyah, aku sengaja mencari tempat yang lebih dekat, karena aku sering kesiangan."
Jawab Aya yang tersenyum pada Jaka.
Sudah menikah, tapi masih ada rasa canggung diantara mereka, terlihat seperti orang yang sedang pacaran jika dilihat dari cara mereka berbicara.
" Maaf Aya, jika aku dan keluarga ku membuat kamu tidak nyaman."
Ujar Jaka yang berbicara pada Aya.
"Tenang saja, aku sudah bisa mengerti sekarang."
Jawab Aya yang tersenyum pada Jaka.
Meskipun sudah menikah, Jaka dan Aya tidur terpisah, padahal sudah satu tahun mereka menikah, tapi masih juga belum bisa saling menerima.
"Tidur lah, hari sudah malam, besok kita akan pergi mencari hiburan."
Ujar Jaka yang menyuruh Aya untuk tidur.
"Mau kemana?, aku tidak suka keramaian Jaka?."
Tanya Aya yang memberi tau jika dirinya tidak suka dengan keramaian.
"Ya sudah, nanti kita ke kuburan, disana pasti sepi."
Jawab Jaka yang langsung pindah ke tempat tidur nya.
Malam itu adalah malam pertama kali mereka bersama, setelah setahun menikah, meskipun masih terpisah tempat tidur.
Bagaimana bisa mereka mempunyai dua orang anak?,
Kita lanjutkan di bab berikutnya.