Plakk
suara tamparan terdengar menggema di ruangan tersebut.
"Amelia"
"Diamm"
Teriak wanita dengan nama Amelia itu ketika melihat suaminya ingin membela adiknya.
"Ini urusan antara kakak dan adiknya, dan kau tidak berhak untuk ikut campur"
Amelia menunjuk wajah pria itu, menatapnya dengan dingin, tidak ada lagi tatapan cinta untuk suaminya seperti dulu, kini tatapan itu hanya memancarkan sakit, kecewa, dan benci yang menjadi satu.
"Kakak"
"Jangan panggil aku Kakk"
Amelia kembali berteriak dengan keras, wanita itu seolah kehilangan kendalinya.
"Kau ingat? dengan tangan ini aku membesarkanmu, membesarkan adikku dengan penuh cinta dan air mata"
Amelia menatap kedua tangannya dengan berkaca kaca.
"Tapi siapa sangka jika selama ini yang ku anggap adik ternyata seekor landak yang menusuk orang yang memeluknya"
Pandangannya kembali jatuh pada Liliana adiknya.
"Kau adik yang ku besarkan dengan segala perjuanganku, ternyata menusukku tanpa ampun"
"Kau bermain dengan suamiku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pio21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke club bersama pria
Dan satu tahun berlalu semenjak kelahiran bayi mungil milik Amelia dan Noah yang kini di beri nama William Aubrey suasana manshion menjadi lebih ramai.
Bahkan orang tua dari Noah yakni mama Lena dan Felix pindah ke manshion pasutri muda itu karna tidak sanggup berpisah dengan cucu mereka terlalu lama, bahkan Mauren pun sama dia ingin lebih lama melihat cicitnya di usianya yang tidak muda lagi.
Pagi harinya, Amelia tampak memasangkan dasi di leher suaminya, Pria itu menatap istrinya penuh cinta.
Cupp
Noah mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang yang membuat pipi Amelia bersemu.
"Terima kasih sayang"
Amelia hanya menganggukkan kepalanya
"Kakak"
Sebuah suara terdengar dari luar kamar mereka, itu adalah suara Liliana karna merasa penasaran dengan apa yang terjadi pada gadis itu Amelia segera mengeceknya.
"Ada apa Liliana?"
Amelia bertanya dengan heran ke arah adiknya.
"Paman Yoga tidak masuk hari ini, katanya dia sakit, sedangkan Om Felix sudah berangkat sejak tadi, dan supir di rumah mengantar nenek Mauren ke rumah sakit, Kakak bagaimana ini aku akan terlambat"
Pekik Liliana dengan panik.
"Nenek sakit?"
Kini Amelia yang bertanya dengan panik.
"Tidak, Kata nenek dia akan mengecek kesehatannya karna dokternya akan pergi ke london, jadi dia mengeceknya lebih awal"
Jelas Liliana cepat.
Amelia menganggukkan kepalanya mengerti.
"Berangkat bersamaku saja"
Noah muncul dari arah belakang istrinya, dia tidak sengaja mendengar percakapan kakak beradik itu.
"Itu benar, berangkat bersama kakak iparmu saja, Sekolahmu dan perusahaan satu arah bukan"
Ucap Amelia yang menyetujui perkataan suaminya.
"Ahhh iya bagaimana aku melupakannya, Kalau ayo kita pergi sekarang kak Noah, atau aku benar benar di hukum karna terlambat"
Seru Liliana yang kini langsung berlari ke lantai bawah.
Amelia hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya itu.
"Kalau begitu aku pergi"
Noah mengecup kening istrinya kemudian segera menyusul Liliana.
Setelah melihat kepergian suaminya, Dia bergegas ke kamar putranya William yang berada tepat di samping kamarnya.
Saat pintu itu terbuka dilihatnya William tampak sedang bermain dengan Anisa, dia kemudian segera mendekati anak kecil itu dan menghujaninya ciuman di pipinya yang terlihat seperti bakpao
"Wiliam sudah mandi"
Anak kecil itu tampak menganggukkan seolah mengerti dengan apa yang dikatakan oleh mamanya, anak kecil itu kemudian memeluk leher mamanya.
"Anisa kau bisa berisitirahat, aku akan bermain dengan Wiliam"
Ucapnya pada Anisa yang sedari tadi memperhatikan mereka.
"Ahh tidak nyonya, terasa begitu membosankan jika hanya sendiri lebih baik aku di sini bersama nyonya dan Wiliam"
Jawab gadis itu yang menolak dengan halus.
"Baiklah kalau begitu"
Amelia tidak lagi mempermasalahkannya, lagi pula dia senang Anisa bersamanya gadis itu sangat baik padanya dan juga Wiliam, hanya saja dia tidak ingin gadis itu terlalu lelah.
"Kau ingin mengatakan sesuatu Anisa?
Ucap Amelia yang kini menatap gadis itu yang terlihat begitu gelisah sejak tadi seolah ingin mengatakan sesuatu.
"Ahhh tidak nyonya, hanya saja aku penasaran apakah nyonya dan nona Liliana saudara kandung?"
Tanya gadis itu dengan ragu, Tangannya tampak cekatan merapikan mainan Wiliam yang sedikit berantakan
"Hanya itu"
Amelia terkekeh ringan.
"Kami bersaudara, Satu ayah dan satu ibu"
Ucap Amelia kembali.
Anisa menganggukkan kepalanya mengerti, dia ingin mengatakan sesuatu tapi mulutnya seolah tidak ingin mengatakannya.
Amelia tidak terlalu memikirkan pertanyaan Anisa, dia hanya berfikir mungkin Anisa hanya penasaran saja jadi dia memilih kembali bermain dengan putranya.
"Nyonya aku harap semuanya akan baik baik saja, Anda terlalu baik untuk di sakiti"
Batin Anisa yang menatap Amelia dengan Wiliam dengan tatapan sendu.
Di sisi lainnya.
"Liliana, Kakak perhatikan belakangan ini kau sering keluar bersama seorang laki laki"
Ucap Noah tanpa mengalihkan perhatiannya, saat ini dia tengah mengemudikan mobil miliknya.
Liliana melirik sebentar ke arah kakak iparnya itu, dia sedikit terkejut ketika kakak iparnya mengetahui jika belakangan ini sia sering keluar bersama Heri, kekasihnya.
"Kami hanya mengerjakan tugas kelompok kakak"
Jawab gadis itu dengan santai.
"Jangan menipu diriku Liliana, Mungkin jika kakak mu akan percaya begitu saja, tapi tidak dengan ku , tidak mungkin jika kalian mengerjakan tugas di sebuah club bukan?"
Lanjut Noah kembali yang tampak terkekeh mendengar alasan adik iparnya.
"Kakak membuntuti ku?"
Selidik Liliana yang menatap kakak iparnya dengan curiga.
"Itu tidak mungkin, ada seseorang yang memberitahuku"
Noah menjawab dengan acuh, karna itulah faktanya, Temannya Robert yang memberitahu dirinya jika pria itu tidak sengaja melihat Liliana di sebuah di club bersama seorang pria saat dia mengadakan pertemuan dengan kolega bisnisnya di sana.
"Aku tidak percaya"
Noah hanya mengangkat bahunya acuh.
Setelah sampai di gerbang sekolah Liliana turun dengan perasaan tak menentu, dia segera berlari ke arah kelasnya karna lima menit lagi kelasnya akan mulai.
Saat menjelang sore Amelia kembali fokus dengan pekerjaan dapurnya, gadis itu begitu telaten menyiapkan makanan untuk keluarga besarnya.
Sudah ada beberapa makanan yang tersaji di atas meja, Mama Lena yang baru saja bangun segera menghampiri menantu kesayangannya.
"Ahhh lihat apa yang di masak putriku kali ini"
Seru mama Lena dengan mata berbinar melihat berbagai menu kesukaannya tersaji di atas meja.
Amelia mengembang senyumnya ke arah mertuanya itu.
"Aku memasak makanan kesukaan mama dan papa, Tidak lama lagi papa akan pulang mama pergi bersih bersih, semuanya hampir selesai"
Ucap gadis itu dengan panjang lebar. Dia tau jika mama Lena akan ke dapur untuk membantu dirinya.
"Kalau begitu mama akan mandi dulu, lalu mengupas buah yang akan di makan nantinya"
Amelia menganggukkan kepalanya.
Tidak berlangsung lama Noah telah kembali dari perusahaannya, dia kembali bersama dengan Liliana yang kini bergegas untuk mandi, karna ingin bermain dengan keponakannya.
Amelia meraih tas kerja suaminya, Noah mengembangkan senyumnya.
"Istriku memang yang terbaik"
Puji pria itu yang membuat Amelia kembali merona.
"Aku akan menyiapkan air hangat untukmu"
Ucap gadis itu yang kemudian bergerak naik ke kamarnya.
Noah menyusul istrinya yang tampak masih malu malu seperti saat mereka baru menikah, dan itu selalu terlihat mengemaskan dimatanya.
Pria itu segera melepas pakaiannya ketika tiba di kamar, meraih sebuah handuk untuk membungkus tubuh polosnya
Liliana yang mengira kakaknya ada di kamar segera membuka pintu kamar Amelia dengan sedikit tergesa gesa.
"Kakak Mel aku"
Namun gadis itu tidak melanjutkan perkataannya ketika tidak melihat sosok kakaknya di dalam kamar itu, Melainkan hanya sosok Noah yang kini bertelanjang dada sembari menatapnya.
Liliana tampak terpaku melihat tubuh atletis Noah yang terlihat begitu menggairahkan, kemudian beralih pada bagian paha Noah yang hanya tertutup sebuah handuk yang tidak cukup besar.
"Sial"
Maki gadis itu dalam hatinya.
"Maafkan aku kakak ipar, aku kira kakak Amelia ada di dalam"
Ucapnya yang kemudian segera keluar dari kamar tersebut dengan cepat.