Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 : Membujuk Raka untuk pulang.
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Tidak ingin gadisnya berada dalam masalah, Raka mengantarkan Viola sampai ke depan pintu rumahnya. Tamara membukakan pintu rumah begitu mendengar suara bel rumahnya berbunyi. Raka yang baru bertemu untuk pertama kali dengan mama Viola langsung menyalami wanita itu.
"Selamat sore Tante. Maaf, saya telat mengantarkan Viola," ucap Raka dengan sopan.
"Iya gak apa-apa, ini juga belum gelap kok. Kamu__??"
"Saya Raka Tante, teman sekolah Viola."
Tamara melirik ke arah anak gadisnya, jadi pemuda ini yang membuat putrinya itu sampai ingin nunggak kelas.
"Nak Raka, ayo masuk dulu," ajak Tamara.
"Terimakasih Tante, saya langsung pulang saja. Takut kemaleman."
"Ya sudah, kalau begitu hati-hati ya pulangnya." Tamara melirik ke arah Viola yang masih berdiri di samping Raka, gadis itu mengedip-ngedipkan matanya seperti sedang kelilipan. Tamara langsung paham maksud anak gadisnya, ceritanya lagi bucin dan minta ditinggal berdua aja.
"Nak Raka, Tante tinggal masuk dulu ya?" pamit Tamara.
Raka menganggukkan kepalaku, "iya Tante, silahkan."
Tamara masuk ke dalam rumah. Viola langsung berdiri didepan pintu menghadap ke arah Raka.
"Makasih ya buat hari ini," ucap Viola. Wajahnya sudah sangat tegang, setiap kali berada di dekat Raka dia tidak bisa mengontrol debaran jantung dan perasaannya yang terus menggebu-gebu.
Raka mengusap kepala Viola lembut, "Aku pulang ya," pamitnya. Raka menurunkan tangannya, Viola langsung menahan. "Ada apa?"
"Aku__ Aku___" ucapnya dengan terbata. Tangan Viola sudah sedingin es.
"Kenapa?" Raka mulai khawatir, takutnya Viola sakit gara-gara kecebur tadi saat disungai.
Viola masih diam. Dia menatap Raka dalam-dalam sambil mengumpulkan keberanian untuk berbicara.
"Sumpah, i love you Raka." ucapnya dengan sekali tarikan nafas. Rasanya belum afdol jika dia belum mengucapkannya langsung dari bibirnya.
Raka tersenyum mendengarnya, setidaknya dia lega karena Viola baik-baik saja dan tidak sampai sakit. Sebenarnya sudah lama Raka menyadari jika Viola sering memperhatikan dirinya saat di sekolah. Tidak ingin Viola merasa malu dan menjadi bahan olok-olokan, Raka sengaja mengucapkan kata 'i love you' lebih dulu saat dilapangan sekolah.
"A-aku masuk dulu. Kamu hati-hati ya pulangnya."
Buru-buru Viola melepaskan tangan Raka dan masuk ke dalam rumah. Viola menyenderkan punggungnya ke daun pintu yang sudah tertutup rapat kembali dan mengelus dadanya lega.
"Akhirnya terucap juga sumpah i love you."
-
-
-
Setelah mengantarkan Viola pulang, Raka kembali ke rumah Bu Sumi. Didepan rumah, Lisa sudah menunggu bersama Bu Sumi. Wanita itu langsung memeluk tubuh putra sulungnya begitu Raka datang menghampiri.
"Raka, mama kangen sekali sama kamu sayang," ucap Lisa melepaskan pelukannya dan menatap wajah sang putra. Tak ingin mengganggu, Bu Sumi masuk ke dalam rumah dan memberikan ruang untuk ibu dan anak itu berbicara berdua.
"Mama ngapain kesini?" Tanya Raka seolah tak mengindahkan kehadiran mamanya disana.
"Kok kamu nanyanya gitu sih Ka. Kamu gak kangen apa sama mama?"
"Kalau mama gak ada urusan penting, mendingan mama pulang aja deh. Udah malem, takut papa nyariin," ujar Raka tanpa ingin menjawab pertanyaan mamanya lebih dulu.
Sikap cuek dan acuh Raka sudah biasa bagi Lisa. Sikap putra sulungnya ini sangat mirip sekali dengan sikap suaminya sewaktu muda dulu. Bisa dibilang Raka ini jelmaan Arman jaman now. Cuek-cuek gini tetap ngangenin. Tak heran jika Hilda sampai klepek-klepek sama seperti dirinya dulu saat masih mudanya. Pas Lisa diputusin sama Arman, dia langsung mogok makan satu minggu dan ngancam-ngancam mau bunuh diri segala untuk menarik perhatian dan rasa simpatik Arman.
"Ikut mama pulang ya Ka? Papa udah ngijinin kamu pulang kerumah kok," ujar Lisa. Raka malah duduk di bangku panjang depan rumah. Lisa ikut duduk di sebelahnya.
"Nanti aja Ma. Raka masih ingin disini. Disini suasananya lebih tenang dan damai," jawab Raka.
"Emang Raka gak kangen rumah? Gak kangen sama mama, papa dan Dafa?" Lisa terus membujuk putranya supaya mau diajak untuk pulang lagi ke rumah.
Raka kembali diam. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan bagi Raka. Jika dia kembali, takutnya dia juga akan kembali ke pergaulan lamanya. Ditempat dia tinggal sekarang, Raka sudah mulai banyak berubah. Pak Rahmat dan Bu Sumi memberikan banyak pelajaran berharga tentang pentingnya menghargai hidup.
"Oya, tempo hari Hilda kerumah. Kamu sudah putus sama Hilda? Mama sih gak ngelarang kamu pacaran, asal jangan mengganggu sekolah kamu. Tahun ini kamu harus naik dengan nilai bagus dan buktiin sama suami mama itu kalau kamu bisa dibanggakan. Biar mama gak dibilang gak bisa ngurus kamu terus."
Sebenarnya Raka tidak menyalahkan siapapun atas kelakuannya yang dibilang badung dan susah diatur. Kenakalan remaja dan terbawa dalam pergaulan adalah salah satu penyebabnya. Jiwa-jiwa muda dan rasa ingin tau untuk mencoba yang membuatnya menjadi remaja yang susah diatur. Jika saja delapan bulan lalu dia tidak mengalami kecelakaan yang membuatnya dan Pak Rahmat masuk kedalam rumah sakit, mungkin sampai sekarang dia masih suka ikut-ikut tawuran dan balapan liar.
Raka menumpukkan kedua tangannya diatas tangan mamanya. "Mama gak usah khawatir. Raka pasti bisa buktiin sama mama sama papa kalau Raka sudah berubah. Raka ingin punya masa depan yang cerah Ma."
"Kalau gitu Raka pulang ya? Ikut mama pulang sekarang," pinta Lisa bersemangat.
Raka menggeleng, "Nggak Ma. Raka akan pulang setelah kenaikan kelas tiga bulan lagi. Raka janji setelah menerima raport, Raka pasti akan pulang kerumah."
"Tapi Ka___"
"Tolong kasih Raka waktu sedikit lagi ya Ma. Raka ingin jadi anak yang mandiri."
Lisa tidak bisa memaksa lagi. Meskipun berat terus jauh-jauhan dari putranya, tapi dia tidak ingin egois dengan memaksakan keinginannya. Toh ini semua juga demi kebaikan Raka dan masa depannya.
"Ya sudah, tapi seminggu sekali pulang ya? Mama kangen pengen masakin buat kamu."
Raka mengangguk, "Iya ma. Nanti Raka pulang buat nyobain masakan mama. Sekalian Raka ingin ngajak temen Raka buat dikenalin sama mama."
"Temen??? Siapa?" Tanya Lisa penasaran.
"She is a girl."
...🌼🌼🌼...
Demi masa depan kalian Vio...
emank gak mau punya suami yang sukses nantinya...
Vio gak rela di madu 3