Sebuah surga impian yang baru saja dibangun terpaksa hancur karena kehadiran orang ketiga. Nadia Mustika Wijayanto harus menelan kenyataan pahit jika sang suami pulang dengan membawa seorang wanita yang merupakan madunya. Pernikahan yang dia kira sebagai surga, nyatanya berubah menjadi neraka. Nadia yang sedari awal tidak ingin dipoligami memutuskan untuk bercerai daripada harus berbagi hati dan suami.
Mengasingkan diri ke luar negeri dengan alasan ingin melanjutkan pendidikan menjadi pilihan Nadia setelah perceraian. Hingga akhirnya dia bertemu dengan sahabat lamanya tanpa sengaja. Devano Kazim Ravendra, pria dengan senyum lembut yang bisa membuatnya tertawa lepas setelah sekian lama.
***
" Terima kasih sudah menghancurkan surga yang aku impikan, Mas " ~ Nadia Mustika Wijayanto.
***
IG: gadis_taurus15
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Taurus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Susu Ayam
Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit dengan menggunakan bus, akhirnya Devan dan Nadia sampai juga di toko Asia. Di toko yang miliki oleh orang Malaysia itu tersedia bahan makanan dan produk impor dari negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Memang harganya sedikit lebih mahal dari bahan-bahan makanan yang ada di minimarket-minimarket yang ada di sana, tetapi bisa dijamin kehalalannya dan lebih cocok untuk lidah orang Indonesia seperti Nadia.
Devan dan Nadia memasuki toko Asia itu yang kebetulan sedang cukup ramai. Mungkin karena cukup banyak mahasiswa yang berasal Indonesia dan negara-negara Asia yang lebih memilih berbelanja di sana.
" Kamu mau beli apa saja? " tanya Devan sembari mereka berjalan menyusuri rak-rak yang ada di sana.
" Mungkin untuk sekarang beras dan susu saja sih, mungkin kalau ada sih sayur. Untuk yang lainnya Bunda sudah menyiapkan semua satu koper penuh " jawab Nadia.
Memang Bunda Siska benar-benar menyiapkan semuanya, mulai dari bumbu-bumbu masakan instan, mie instan, frozen food, dan beberapa cemilan. Bahkan beberapa bahan makanan untuknya selama beberapa hari seperti tempe dan tahu serta sambal tidak lupa sang ibu masukkan ke dalam kopernya.
" Kalau begitu kita langsung ke tempat beras ya, Nad. Itu ada di sana! " ucap Devan menunjuk tempat beras berada yang tidak jauh dari mereka.
" Iya Van " jawab Nadia menurut.
Mereka pun menuju ke tempat beras dan cukup banyak jenis-jenis beras di sana. Devan membantu Nadia untuk memilih beras yang bagus karena dia sudah cukup sering membelinya di toko itu.
" Sepertinya untuk beras yang dari Indonesia sedang kosong deh, Nad. Kalau besar Thailand, gimana? Sama bagusnya kok kualitasnya, rasanya juga hampir sama " ucap Devan pada Nadia.
Pria itu sudah mencari produk besar dari Indonesia dan sayangnya tidak ada, mungkin sedang kosong dan belum datang lagi.
" Iya, tidak apa-apa deh. Aku juga suka kok, daripada tidak makan nasi " jawab Nadia yang tidak terlalu mempermasalahkannya.
" Kamu memang benar-benar orang Indonesia ya, tidak bisa makan kalau tidak ada nasi " ucap Devan karena kebanyakan memang seperti itu.
" Ya gimana, Van, aku ini seratus persen orang Indonesia asli. Bukan seperti kamu yang blasteran Indonesia-Inggris, jadi mungkin bisa makan tanpa nasi. Kalau aku mah, tidak akan kenyang, Van " jawab Nadia jujur sekali.
Devan yang mendengar itu pun tertawa kecil dan langsung mengambil satu karung kecil beras itu lalu memasukkannya ke dalam keranjang belanjaan yang dibawa oleh Nadia.
" Biar aku saja yang membawanya " ucap Devan mengambil alih keranjang belanja itu dari tangan Nadia.
Tidak mungkin Devan membiarkan Nadia untuk membawa keranjang belanja yang cukup berat itu, apalagi karung yang dia ambil tadi berisi sepuluh kilo gram beras. Kasihan sekali jika wanita seperti Nadia harus membawa beban seberat itu.
Sedangkan Nadia hanya pasrah dan mengikuti langkah kaki Devan yang sudah berjalan lebih dulu. Pria itu membawanya ke tempat susu-susu berada karena dia ingin membelinya juga.
" Mau susu sapi atau ayam? " tanya Devan menoleh ke arah Nadia.
Nadia yang mendengar itu langsung mengerutkan keningnya. " Memangnya ada susu ayam? Kok aku tidak tahu sih? " tanya Nadia menjadi bingung.
" Ya ada, mungkin " jawab Devan diiringi tawa.
Nadia langsung membulatkan kedua matanya karena baru menyadari jika Devan hanya ingin mengerjainya saja dengan bertanya seperti itu.
Bugh.
Tas milik Nadia mendarat sempurna mengenai lengan Devan, sungguh, Nadia cukup kesal karena dikerjai oleh pria itu. Bibirnya yang mengerucut malah membuat Devan tertawa dengan semakin kencang.
" Apaan sih, Van? Tidak lucu, tahu! " ucap Nadia yang memang kesal.
" Iya memang, tapi kamunya yang lucu, Nad " jawab Devan menghentikan tawanya dan sedikit mendekatkan wajahnya.
Rasa kesal di hati Nadia pun menghilang dan berganti dengan rasa malu karena serta wajah yang memerah. Reflek Nadia langsung memundurkan wajahnya karena tidak nyaman sekaligus sangat malu.
" Emm, aku mau susu sapi saja " ucap Nadia memalingkan wajahnya.
Nadia mengambil dua botol yang berisi masing-masing satu liter susu lalu memasukkannya ke dalam keranjang belanja. Nadia tidak berani menatap wajah Devan, entah kenapa malu saja, padahal hanya hal seperti itu.
" Yakin tidak mau susu ayam saja? " tanya Devan yang malah menggoda Nadia.
" DEVAN! Jangan menggodaku! " ucap Nadia sangat malu.
" Baiklah, baiklah, maafkan aku " jawab Devan tersenyum.
Entah mengapa Devan sangat suka melihat wajah Nadia yang kesal sekaligus malu seperti itu. Tidak pernah berubah, Nadia selalu saja mudah sekali masuk ke dalam kata-katanya yang memang terkadang bertujuan untuk mengerjai wanita itu.
" Ini untuk kamu, supaya kamu bisa fokus saat wawancara nanti " ucap Devan memberikan dua kotak susu rasa stroberi pada Nadia.
" Kamu masih ingat kalau aku harus minum susu rasa stroberi supaya bisa lebih konsentrasi? " tanya Nadia menatap dua susu kotak di tangannya.
Mungkin karena kebiasaan, Nadia akan lebih bisa berkonsentrasi melakukan sesuatu jika sebelumnya sudah meminum susu rasa stroberi. Memang aneh, tapi begitu lah kenyataannya dan Bunda Siska selalu memberikannya saat dirinya akan belajar.
" Semua tentang kamu selalu aku ingat, Nad. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah lupa " jawab Devan.
Seketika hati Nadia terasa hangat mendengar hal itu, sama sekali tidak dirinya sangka jika Devan akan mengingatkan hal-hal kecil tentang dirinya. Nadia merasa sangat diperhatikan dan dipedulikan oleh orang lain selain keluarganya.
" Terima kasih banyak ya, Van. Meskipun bertahun-tahun tidak bertemu, kamu tetaplah sahabat terbaikku " ucap Nadia yang merasa terharu.
" Sama-sama, Nad. Aku juga merasa begitu terhadap kamu " jawab Devan tersenyum.
Sekecil apapun hal tentang Nadia akan selalu Devan ingat, seperti ada tempat tersendiri untuk Nadia di hati dan hidupnya. Itu sebabnya juga, mengapa Devan begitu kehilangan dan sedikit terpuruk saat harus terpisah dengan Nadia.
Setelah itu, Devan dan Nadia pergi ke kasir untuk membayar semua barang belanjaan itu. Tidak ada lagi yang ingin dibeli oleh Nadia karena sayur yang diinginkannya sedang tidak ada. Lagipula dia harus segera pulang karena satu jam lagi wawancaranya akan di mulai.
***
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘