"Mari kita bercerai, Kakak kembar mu sudah kembali." Elmer berucap dengan nada dingin.
Wanita itu meremas tespack yang ia pegang, sebuah kado yang ingin berikan, ternyata dirinyalah yang mendapatkan kado terindah dari suami tercintanya.
Dibenci oleh kedua orang tuanya dan suaminya.
Gerarda Lewis di hidupkan kembali setelah menerima kenyataan pahit, dimana suaminya Elmer Richards menyatakan akan menikahi saudara kembarnya Geraldine Lewis, sang kekasih yang telah kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Gege, tapi Clarissa
Tiga Hari telah berlalu, suasana di kediaman Lewis bagaikan rumah yang tak berpenghuni, kini tak ada lagi cahaya di rumah itu. Hidup tapi seolah mati, hanya ada tangisan yang seolah menyiksa penghuni rumah itu. Sepasang suami istri yang saling mendekap dengan erat, rasa sakit dan pahit di hatinya tak bisa sirna.
Di keredupan malam, sepasang lilin itu hanya menerangi sebuah figura berwarna keemasan. Api yang menyala, sepasang suami istri itu tak beranjak dari kamarnya. Mereka menghukum dirinya sendiri di penuhi dengan penyesalan yang mendalam.
Separuh hati mereka telah sirna, mereka menolak jasad itu yang menyatakan putrinya. Mereka yakin, putrinya masih hidup.
Keduanya menangis berpelukan dan tersedu-sedu. Kini tak lagi ada gadis cerewet di samping mereka, yang mengusuli mereka.
"Gege masih hidup, dia masih hidup." Mommy Becca meremas kemeja suaminya.
"Ya, Gege masih hidup. Kita yakin, dia masih hidup."
...
Di lain tempat.
Seorang pria duduk sambil bersandar di pintu balkon, angin malam menyapu tubuhnya yanh terasa mati. Suasana remang-remang itu menyatakan penghuninya yang jatuh dalam kepahitan kesedihan yang mendalam, satu tangannya memegang sebotol wine dengan bersandar ke salah satu kakinya yang di tekuk, sedangkan kaki lainnya berselonjor. Rambutnya acak-acakan, kemejanya persis sama dengan kemeja saat mencari istrinya. Kepergian istrinya menghancurkan hatinya, memporakporandakan dadanya.
Gluk
Air matanya terus mengalir deras, ia tak ingin melakukan apa pun. Ia hanya ingin bersama dengan istrinya. Ia ingin bertemu dengan istrinya, semuanya berawal dari kesalahannya. Seandainya saja ia tak menyakiti istrinya, tentu saja istrinya tak akan pergi. Ia tidak akan kehilangan istrinya, ia tidak akan pernah kehilangan istrinya.
"Kakak, aku sudah menyiapkan air hangat,"
Elmer menoleh, dua butiran air matanya mengalir. Tenggorokannya tercekat, dadanya bergemuruh kesesakan. "Gege,"
"Kenapa di situ?" Gege terasenyum. Dia berbalik ke arah kamar mandi.
Elmer merangkak, dia berlari ke arah kamar mandinya. Namun tak melihat siapa pun. Ia perlahan melangkah ke arah bathub. Tidak ada air hangat sama seperti semula setelah ia selesai membersihkan tubuhnya saat mengantarkan Rara.
"Kakak, hem ..." Bayangan Gege muncul di kaca besar itu.
Elmer berlari ingin memeluk tubuh yang ia rindukan. Namun dalam sekejap bayangan itu menghilang.
"Argh!!!" teriakan nyaring itu kembali menggema. Sabun yang tertata rapi itu kini berserakah di lantai. Dia mengepalkan kedua tangannya, menatap wajahnya di cerminnya.
Bayangan Gege kembakli muncul di belakang tubuhnya."Kakak, aku pergi karena mu. Aku mati karena kesalahan mu," ucap Gege dengan nada tinggi. "Aku membenci mu,"
Bayangan tubuh Gege kembali menghilang. Kedua tangan Elmer bergetar, hingga kukunya menancap ke dagingnya.
Prang
Kaca itu pecah, darah keluar dari jari-jarinya. Benar, semuanya salahnya. Gege pergi karenanya, semua salahnya.
....
Sementara itu, di ruangan yang di penuhi dengan peralatan medis. Seorang wanita tengah terbaring lemah. Beberapa selang di pasang di seluruh tubuhnya. Wajahnya di perban, kedua matanya tertutup rapat bagaikan putri tidur yang hanyut dalam mimpi indahnya.
Di ruangan berbau obat itu, terlihat seorang pria yang berdiri sambil menatap gadis di depannya.
"*Kau membiarkan putri ku tenggelam dan hanya menyelamatkan nyawa putri mu?!" teriak seorang pria. Dia tidak terima putrinya tidak di tolong dan di biarkan tenggelam.
"Kakak, bukannya aku tidak menolong Clarissa, tapi putri ku Gege juga tenggelam."
"Kau berbohong, kau membiarkan putri ku tenggelam."
Pria itu tak terima, kini putri semata wayangnya telah pergi. Ia hanya memiliki putrinya, ia tidak memiliki siapa pun. Kini ia sebatang kara*.
Pria itu mengusap air matanya, siapa sangka ia akan bertemu dengan anak adiknya yang telah lama ia benci karena penyebab kematian putrinya, Clarissa. Gadis kecilnya berteman baik dengan Gege, keduanya seperti saudara kandung dan sering bermain bersama.
"Kini putri mu berada di tangan ku, aku tidak akan melepaskannya. Mulai sekarang dia bukan lagi Gege, melainkan Clarissa."