Satu tahun telah berlalu, banyak hal yang terjadi. Namun Chen Xuan, pangeran sampah dari Istana Raja Chen telah bangkit menjadi praktisi terkuat di usia 18 tahun. Mengguncang Benua Timur dengan Pedang Penguasa Naga Hitam. Menghancurkan Faksi Laut Biru dan mempermalukan mantan tunangannya yang telah menghina ibunya.
Tapi meski demikian, setelah semua itu berakhir. Chen Xuan masih harus terus maju. Membuka rahasia besar tentang masa lalu dan masa mendatang, memenuhi janjinya kepada Ling Xia, serta mencari keberadaan ibunya.
Namun di saat janji begitu penting, Chen Xuan sekali lagi di hadapkan dengan pilihan sulit antara melindungi anaknya yang akan lahir atau terus maju dengan hati dingin ke arah takdir yang di tentukan!!.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soccer@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 ~ KAISAR CHEN PERGI! ~
Ketika dinding penghalang hancur, bilah pedang penguasa naga berat meluncur ke arah Kaisar Chen tanpa hambatan.
"Tinju Runtuh!" Kaisar Chen mengepalkan tangannya dengan cepat, membungkus telapak tangannya dengan Qi tempur.
Dengan kekuatan penuh, tinju itu diayunkan ke arah pedang yang mendekat.
"BANG! ... Crak!" Suara tulang retak menggema di aula, menciptakan sensasi ngilu.
Kepalan tangan Kaisar Chen, gagah dan perkasa, bertabrakan dengan bilah pedang. Lengkungan aneh tercipta saat tulangnya remuk.
Sosoknya terlempar ke udara seperti layang-layang putus talinya. Darah segar memancar dari mulutnya.
Saat Kaisar Chen terlempar, Chen Guduan yang tergantung di punggungnya ikut terpental. Keduanya menghantam dinding aula dengan kekuatan brutal, menembusnya dan terjatuh ke luar aula.
Melihat keadaan genting ini, Chen Xuan langsung bertindak. Sosoknya melintas cepat, meninggalkan bayangan hitam di belakangnya. Dalam sekejap, dia muncul di depan Kaisar Chen dan Chen Guduan yang tergeletak sekarat di tanah.
Pedang penguasa naga berat di angkat, lalu dengan wajah acuh tak acuh. Chen Xuan menjatuhkan pedang penguasa naga berat ke tubuh Chen Guduan terlebih dahulu.
Dengan wajah acuh tak acuh, Chen Xuan mengangkat pedang penguasa naga berat. Lalu, tanpa ragu, dia menusukkannya ke tubuh Chen Guduan yang sudah tergeletak lemah.
Set!" "Ugh!" Pedang penguasa naga berat menusuk jauh ke dalam tubuh Chen Guduan, memuntahkan darah segar ke tanah dengan suara gurgul mengerikan.
Wajahnya memucat, mata meredup. Chen Guduan menatap Chen Xuan dengan pandangan penuh kebencian dan dendam. Kelopak matanya perlahan-lahan menutup, dan nafas terakhirnya menghembuskan kepergian.
Di detik-detik terakhir hidupnya, Chen Guduan tidak pernah membayangkan bahwa akhirnya akan datang dari tangan seorang pemuda belia yang baru berusia 18 tahun. Kehidupan panjangnya berakhir dengan kekalahan yang pahit dan tak terduga.
"Paman!" Kaisar Chen menjerit, wajahnya di liputi oleh kesedihan yang mendalam.
Pada saat ini, dari dalam aula. Patriak Xu, Yun Ma Xing, Yan Fang, dan Xu Murong berhamburan keluar dari aula, dan begitu mereka melihat apa yang terjadi. Patriak Xu, Yan Fang dan Yun Ma Xing terkejut, menghela nafas berat. Mereka menatap Chen Xuan dengan campuran kekaguman dan ketakutan.
Patriak Xu menatap punggung Chen Xuan dengan ekspresi campuran kesedihan dan kekaguman. Meski tidak dekat dengan Chen Guduan, dia menghormati sosok legendaris itu yang pernah memegang kekuasaan tak terbatas dan mengukir sejarah keluarga kekaisaran.
Chen Guduan, pria yang pernah bertarung melawan Ratu Rubah Ekor Sembilan dengan keberanian tak terkalahkan, kini tinggal kenangan. Mimpi besarnya untuk menjadikan keluarga kekaisaran Chen sebagai penguasa benua timur hancur karena kesalahan fatal: memusuhi Chen Xuan.
"Seandainya dia lebih bijak dan merendahkan egonya," pikir Patriak Xu, "mungkin kejayaan keluarga kekaisaran masih bisa dipertahankan."
"Set!" Darah segar menyemprot ke udara ketika Chen Xuan menarik pedang Penguasaan Naga yang berat dari mayat Chen Guduan. Pedang tersebut terlihat berkilauan merah karena darah yang masih menempel, menandakan kebrutalan pertarungan yang baru saja terjadi.
Chen Xuan menatap Kaisar Chen dengan mata es. Suaranya dingin dan tegas, "Kaisar Chen, sebagai guru istriku, aku memberimu dua pilihan: mundur dan hidup, atau bertahan dan mati. Pilihlah!"
Kaisar Chen menatap pemuda di depannya dengan rasa takjub dan sedikit ketakutan. Matanya terpaku pada ketegasan yang memancar dari pupil Chen Xuan. Dia terengah-engah, menghela nafas berat, dan wajahnya tampak bertambah tua. Hatinya terguncang, mengingat pemuda yang dulu terlihat lemah kini berubah menjadi sosok menakutkan yang mengancam hidupnya.
Dia, Kaisar Chen. Sosok yang selama ini dihormati sebagai praktisi nomor satu di Kekaisaran Chen. Kini terlihat sangat lemah dan tak berdaya di hadapan pemuda berusia 18 tahun yang menatapnya dengan mata penuh ketegasan dan kekuatan. Kekuasaan dan kehebatannya yang selama ini menjadi simbol kekuatan dan pengaruhnya, tiba-tiba terasa tak berarti lagi.
Pemuda itu, dengan wajahnya yang masih muda dan penuh semangat, telah mengalahkan kekuatan dan kebijaksanaannya, membuatnya merasa kecil dan tidak berarti. Perbedaan usia dan pengalaman tidak lagi menjadi relevan, karena kekuatan sejati pemuda itu telah mengungguli segalanya.
Setelah menenangkan emosi yang bergolak, Kaisar Chen mengangguk pelan dan berbicara dengan suara yang dalam dan berat: "Baiklah, aku akan meninggalkan kekaisaran ini."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Kaisar Chen bangun perlahan dari posisinya. Matanya menyapu kelompok Patriak Xu sebelum akhirnya terhenti pada Xu Murong. Dengan senyum bangga, dia berkata, "Rong'er, kamu telah melampaui guru dan menjadi sangat kuat. Guru sangat bahagia dan bangga. Teruslah berlatih, dan jadilah praktisi hebat di masa depan."
Xu Murong tersenyum lebar, mata bersinar bahagia. "Terima kasih, Guru," ujarnya dengan suara tulus dan penuh rasa hormat.
Kaisar Chen mengangguk, lalu membalikkan badannya untuk menatap Chen Xuan dengan mata serius. "Chen Xuan, meskipun kita kini berada di pihak yang berlawanan, aku tetaplah guru Xu Murong. Sebagai gantinya, aku berpesan kepadamu: Lindungi Xu Murong dengan nyawamu! Jangan biarkan bahaya mendekatinya. Jika sesuatu terjadi padanya, aku akan terus memburumu, bahkan jika aku tak mampu mengalahkanmu!"
Chen Xuan menjawab dengan suara tegar dan penuh keyakinan, "Dia adalah istriku. Selama aku, Chen Xuan, masih hidup, tidak seorang pun akan menyentuhnya."
"Bagus," kata Kaisar Chen dengan senyum. Tiba-tiba, Sayap Qi muncul di punggungnya, memancarkan cahaya intens. Di bawah tatapan semua orang, dia melompat ke langit dan menghilang di balik awan, meninggalkan kekaisaran yang telah dia kuasai selama ini.
Setelah Kaisar Chen menghilang, Chen Xuan menoleh ke langit, memandang keempat avatarnya yang masih bertarung sengit melawan empat pria tua dari Klan Liu dan Klan Han.
Kilatan dingin memancar dari mata Chen Xuan. Dengan gerakan cepat, sepasang sayap unggu muncul di punggungnya. Dia melompat ke langit, terbang menuju medan pertempuran jauh, menemukan klan Liu dan Han yang terlibat dalam pertarungan sengit bersama empat avatarnya.
Di langit, pertarungan sengit berlangsung antara keempat pria tua dan keempat avatar Chen Xuan. Setiap bentrokan mereka menghasilkan dentuman keras yang menggema, disertai gelombang kejut yang menyebar seperti badai, meluluhlantakkan segala yang dilintasinya.
Situasi pertarungan di langit menunjukkan kesetaraan kekuatan antara keempat avatar Chen Xuan dan keempat pria tua dari Klan Liu dan Klan Han.
"Bang!" Han Fu, Dao Spirit Emperor dari Klan Han, bertabrakan dengan salah satu avatar Chen Xuan. Keduanya terdorong ke belakang karena kekuatan yang sangat kuat.
Han Fu mengutuk dengan wajah kesal, "Sial! Avatar-avatar ini sangat merepotkan!"
Awalnya, dia dikirim untuk membantu keluarga kekaisaran Chen membersihkan masalah. Han Fu mengira misi ini akan mudah, tapi kenyataannya justru sebaliknya. Kesulitan ini membuatnya marah dan kesal.
Melihat avatar tubuh mendekat, Han Fu marah besar. "Chen Xuan, bajingan sialan! Aku akan bunuh kamu!"
"Oh, benarkah?"
Suara acuh tak acuh tiba-tiba terdengar di telinganya, membuat wajah Han Fu berubah. Saat berbalik, pukulan keras menghantam punggungnya, memaksa dia meludahkan darah segar sebelum jatuh menghantam tanah dengan keras.
lanjutken