"Ayah, kenapa Ayah merahasiakan ini semua padaku Yah?" Tanya Alesha yang harus menelan pil pahit saat mengetahui kebenaran tentang dirinya, kebenaran bahwa Ia adalah anak hasil dari pemerkosaan yang di alami oleh ibunya.
"Nak, kamu anak Ayah, apapun yang terjadi, kamu tetap anak Ayah." Ucap Pak Damar dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.
"Tidak Yah, aku benci Ayah. Aku benci pada diriku sendiri yah." Ucap Alesha sembari memukuli tubuhnya sendiri.
"Jangan lakukan itu Nak, kamu Anak Ayah, sampai kapanpun kamu anak Ayah." Ucap Damar sembari memegangi tangan Alesha agar tak memukuli tubuhnya lagi.
Melihat anak yang begitu Ia sayangi seperti ini membuat hati Damar begitu hancur.
"Atau jangan jangan Ibu terkena gangguan jiwa karena aku Yah, karena Ibu hamil anak dari para bajing*n itu Yah." Tebaknya karena semua orang bilang Ibunya gila semenjak melahirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ruang ICU
Tepat pukul dua siang, Mobil yang di kendarai Damar sampai di depan gerbang rumah orang tuanya. Damar menghentikan mobilnya lalu membuka kaca mobil untuk berbicara pada Satpam yang sedang berjaga.
"Pak Min." Teriak Damar melambaikan tangan pada satpam di rumahnya.
Pak Min yang kala itu sedang menyeruput kopinya segera berlari menghampiri mobil yang ternyata di kendarai oleh anak majikannya.
"Lohhh, Den Damar toh." Kaget satpam yang diketahui namanya Pak Min.
"Iya Pak, tolong bukakan gerbangnya ya Pak." Pinta Damar.
"Baik Den." Sahut Pak Min segera menggapai gerbang rumah yang terbuat dari tralis besi yang menjulang tinggi itu lalu segera menggeser nya agar mobil yang di kendarai anak majikannya bisa segera masuk.
"Terimakasih Pak Min." Teriak Damar saat melewati Pak Min yang masih berdiri di samping gerbang.
"Sama sama Den." Sahut Pak Min lalu kembali menutup gerbang saat mobil yang di kendarai Damar sudah masuk halaman rumah.
Mobil itu berhenti tepat di depan teras rumah, Damar turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk sang istri.
"Hati hati sayang." Ucapnya membantu Ajeng keluar dari mobil.
"Mas, Shasa masih tidur, kita bangunkan saja ya." Ucap Ajeng yang baru saja turun dari mobil.
"Jangan sayang, biar aku gendong saja, kasihan dia pasti cape." Ucap Damar segera menutup pintu mobil untuk Ajeng lalu beralih ke pintu mobil yang di belakangnya dan membopong tubuh Shasa keluar dari mobil.
"Ya sudah Mas." Ucap Ajeng membiarkan Damar membopong tubuh Shasa yang sudah mulai beranjak remaja itu.
"Nyenyak banget ya Mas Shasa tidurnya." Ucap Ajeng mengusap kepala Shasa.
"Iya sayang Ayo kita masuk." Ajak Damar yang berjalan lebih dulu, Ajeng mengikuti langkah suaminya memasuki teras rumah.
Baru saja Damar hendak memencet bel rumah, seseorang sudah membuka pintu rumah itu.
"Damar." Kaget Pak Adhi yang tengah menenteng sebuah tas besar hendak kelar rumah.
"Pah." Sapa Damar mencium tangan Papahnya di susul oleh Ajeng yang juga mencium tangan mertuanya.
"Masuk Nak." Ajak Pak Adhi mempersilahkan anak dan menantunya masuk.
Damar yang menggendong Shasa masuk terlebih dahulu, disusul Ajeng yang memang tak bisa berjalan cepat, Pak Adhi pun dengan sigap memapah menantunya itu.
"Pelan pelan saja Nak." Ucap Pak Adhi.
"Iya Pah, terimakasih" Jawab Ajeng lalu mengikuti langkah Pak Adhi yang sedang memapahnya masuk.
"Udah berapa bulan usia kehamilannya Nak?" Tanya Pak Adhi.
"Baru masuk 7 bulan Pah." Jawab Ajeng.
Damar merebahkan Shasa di Sofa lalu segera membantu Ajeng untuk duduk di sofa sebelahnya. Damar pun ikut duduk di sana.
"Kalian tidak bilang mau kesini? Untung papah belum pergi." Tanya Pak Adhi setelah anak dan menantunya sudah duduk dengan baik.
"Papah yang sulit di hubungi, dari pagi Damar berusaha menghubungi Papah tapi ngga tersambung terus, Damar khawatir Pah, apalagi Papah bilang Mamah sakit." Jawab Damar.
"Oh ya? Maaf Nak, Papah belum pegang ponsel lagi setelah Papah kirim pesan ke kamu. Mungkin ponsel papah habis baterai." Ucap Pak Adhi tampak murung.
"Memang papah mau pergi kemana sih sepertinya buru buru?" Tanyanya
"Iya Nak, papah memang sedang buru-buru, Mamah sakit dan sekarang sedang di rawat di rumah sakit, ini Papah mau kesana, mau bawa baju ganti untuk Mamah dan Papah selama disana." Jawab Pak Adhi.
"Mamah sakit apa Pah?" Tanya Damar cemas.
"Nanti Papah jelaskan di jalan saja Nak, kamu ikut Papah ke rumah sakit ya, siapa tau dengan hadirnya kamu, Mamah jadi lebih semangat untuk sembuh." Jawab Pak Adhi.
"Iya Pah."sahut Damar
"Sayang, kamu disini dulu ngga apa apa kan, temani Shasa, Mas ke rumah sakit dulu." Ucap Damar pada Ajeng.
"Iya Mas, ngga apa apa." Sahut Ajeng lalu
tersenyum.
***
Pak Adhi dan Damar kini tengah berjalan di lorong rumah sakit menuju ruangan ICU, Karena Bu Tania saat ini mendapat perawatan di sana, Pak Adhi bercerita jika semalam Bu Tania tak sadarkan diri bahkan sempat kejang dan saat di bawa ke rumah sakit, Bu Tania di diagnosis mengalami stroke akibat tekanan darah yang terlalu tinggi.
"Masuk Nak." Ajak Pak Adhi saat melihat Damar terdiam di depan pintu ruang ICU.
Damar benar benar ragu untuk menemui sang Mamah, dia takut jika kedatangannya akan membuat kondisi Mamahnya semakin drop.
Pak Adhi yang menyadari keraguan sang anak segera menepuk pundak Damar lalu berkata, "Nak, Selama ini mamah selalu menunggu kamu datang, masuklah Nak, temui mamahmu."
Dengan langkah berat Damar memasuki ruang ICU, Damar mengganti pakaiannya menggunakan pakaian steril. Lalu perlahan mendekati Mamahnya yang masih terbaring tak sadarkan diri dengan beberapa peralatan medis di tubuhnya.
Damar memegang tangan mamahnya yang mulai keriput, di ciumi punggung tangan milik sang mamah, airmata Damar pun luruh tak tertahankan.
"Assalamu'alaikum Mah." Ucap Damar.
"Mah ini Damar Mah, Damar datang untuk menjenguk Mamah."
"Maafin Damar Mah baru bisa menemui Mamah sekarang, Damar sudah menyakiti hati Mamah, Mamah pasti kecewa sekali sama Damar." Sambungnya yang tak bisa menahan isakan tangisnya.
"Nak." Pak Adhi menepuk pundak Damar yang tengah menangis.
"Pah, maafin Damar." Ucapnya sembari memeluk Papahnya.
"Tidak Nak, ini bukan salah kamu." sahut Pak Adhi.
"Ini semua karena keegoisan mamah kamu sendiri Nak yang tidak mau menerima Istri dan anakmu." sambungnya.
***
Shasa yang kini sedang tertidur di kamar yang biasa Papahnya tempati sedikit terkejut saat membuka mata dia berada di kamar yang begitu luas dan rapih, banyak barang barang mewah yang tersedia di dalam kamar itu.
"Aku dimana?" Tanyanya pada diri sendiri sembari terus mengucek matanya.
"Ayah.. Bunda.." Teriaknya yang tidak mendapati kedua orang tuanya ada di kamar itu.
Perlahan Shasa turun dari tempat tidur lalu mengedarkan pandangannya pada sekeliling kamar itu. Mata Shasa menemukan sebuah foto yang terdapat di kamar itu, Foto seorang laki laki yang sangat dia kenali.
Ya, itu adalah foto Ayahnya saat masih muda dulu.
"Ini Ayah." Ucap Shasa tersenyum sembari mengusap foto yang ada di dinding itu.
Cek lek
Pintu kamar itu terbuka, Shasa menatap dan menanti siapa yang akan masuk ke dalam kamar itu.
"Kamu sudah bangun Sha." Ucap Ajeng yang baru saja membuka pintu lalu masuk dan melihat Shasa sudah berdiri menatap foto Ayahnya.
"Bunda." Ucap Shasa lalu menghampiri Ajeng.
"Bunda, ini kamar siapa? Bagus banget." Tanya Shasa yang kagum melihat kamar yang begitu luas, rapih dan banyak barang barang mewah di dalamnya.
"Ini kamar Ayah Nak, kita sekarang ada di rumah Oma dan Opa." Jawab Ajeng.
"Serius Bunda? ini kamar Ayah? dan rumah ini punya Oma dan Opa?" Tanya Shasa kaget.
"Iya sayang." Jawab Ajeng.
"Sekarang Shasa mandi ya, udah sore. Sebentar lagi Ayah pulang." Pinta Ajeng.
"Memang Ayah kemana Bunda?" Tanya Shasa.
"Ayah di rumah sakit Nak, jenguk Oma yang di rawat disana." Jawab Ajeng.
"Kok Ayah ngga ngajak Shasa?" Tanya Shasa.
"Anak kecil ngga boleh ikut ke rumah sakit Nak, makanya Bunda juga ngga ikut kesana, Bunda mau nemenin Shasa aja." Jawab Ajeng, Shasa pun menganggukan kepalanya.
"Bunda, sini deh, kita lihat foto Ayah." Shasa yang teringat dengan foto Ayahnya yang baru saja Ia lihat segera menggandeng tangan Ajeng untuk melihat foto yang terpajang di dinding dekat tempat tidur.
"Bunda, itu Ayah waktu muda, ganteng ya." Ucap Shasa memuji Ayahnya lalu menyentuh kembali foto itu.
"Wahhhh Anak Bunda, udah ngerti cowok ganteng ya." Goda Ajeng menyenggol lengan anaknya, hingga tangan Shasa yang sedang menyentuh Foto itu tidak sengaja menggeser nya.
Srakkkk
Tiba Tiba saja ada sebuah pintu yang terbuka di samping foto itu.
"Bunda." Teriak Shasa yang ketakutan langsung memeluk erat Bundanya saat melihat ada pintu rahasia yang terbuka.
Ajeng pun tak kalah terkejutnya melihat tiba tiba ada pintu yang terbuka dari dinding itu. Ajeng terdiam sejenak melihat keadaan di dalam sana yang nampak gelap, berharap melihat sesuatu disana. Namun ruangan yang gelap membuatnya tak bisa melihat apapun di sana.
Karena penasaran, Ajeng perlahan mendekati ruangan itu dan hendak masuk ke dalam, namun tiba tiba...