NovelToon NovelToon
Gadis Di Rumah Itu

Gadis Di Rumah Itu

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Hantu
Popularitas:53.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dela Tan

Sulit mencari pekerjaan, dengan terpaksa Dara bekerja kepada kenalan ibunya, seorang eksportir belut. Bosnya baik, bahkan ingin mengangkatnya sebagai anak.

Namun, istri muda bosnya tidak sepakat. Telah menatapnya dengan sinis sejak ia tiba. Para pekerja yang lain juga tidak menerimanya. Ada Siti yang terang-terangan memusuhinya karena merasa pekerjaannya direbut. Ada Pak WIra yang terus berusaha mengusirnya.

Apalagi, ternyata yang diekspor bukan hanya belut, melainkan juga ular.
Dara hampir pingsan ketika melihat ular-ular itu dibantai. Ia merasa ada di dalam film horor. Pekerjaan macam apa ini? Penuh permusuhan, lendir dan darah. Ia tidak betah, ia ingin pulang.

Lalu ia melihat lelaki itu, lelaki misterius yang membuatnya tergila-gila, dan ia tak lagi ingin pulang.

Suatu pagi, ia berakhir terbaring tanpa nyawa di bak penuh belut.
Siapa yang menghabisi nyawanya?
Dan siapa lelaki misterius yang dilihat Dara, dan membuatnya memutuskan untuk bertahan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dela Tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Rayuan Miranti

"Tidur sama gua, Wir. Bikin gua hamil."

"Lo gila Mir?" Tersentak Wiratama mendengar kata-kata itu, sampai ia lupa harus memanggil Miranti dengan sebutan nyonya.

"Gua tahu lo belum pernah gituan sama cewek. Apa lo gak pengen nyobain, Wir? Gua kasih lo yang enak-enak, ga cuma sekali, Wir, sampai gua hamil. Gua gak nuntut apa-apa. Ini juga rahasia kita berdua, gak usah ada orang lain yang tahu."

Miranti meraih tangan Wiratama yang terkulai di tepi kursi, lalu menariknya dan meletakkan di payudaranya yang membusung.

Dengan mata membelalak, Wiratama menyentakkan tangannya seolah baru disengat kalajengking. Ia sontak berdiri, menatap nyalang pada Miranti dengan wajah merah padam.

Alih-alih merasa tersanjung, ia sangat tersinggung. Jika tidak ingat Miranti perempuan, istri boss pula, Wiratama pasti telah menonjoknya dan mengusirnya pergi dengan sumpah serapah paling kasar.

"Nyonya. Lo itu istri Tuan. Tuan juga kayaknya sayang beneran sama lo. Lo tega beginiin Tuan? Gak takut gua laporin?" Wiratama agak mengancam.

"Laporin aja. Gua tinggal balikin cerita lo, gua akan bilang lo sakit hati karena lo ngerayu gua tapi gua tolak. Menurut lo, Tuan lebih percaya cerita lo atau cerita gua?" Miranti bergeming dan menjawab kalem. Sedikit pun tidak tampak khawatir, apalagi takut.

Wiratama menggeram dalam hati. Sejak dulu, ketika perempuan ini terang-terangan mengejarnya saja, ia tidak berminat. Apalagi sekarang, setelah mengetahui betapa culas hatinya.

"Sebetulnya lo nikah sama Tuan, lo itu cinta apa kagak?" Wiratama mendengkus sinis.

"Lo tahu kan, sebetulnya gua cintanya sama lo, tapi lo jual mahal. Sebaliknya, Tuan dengan mudah jatuh ke pelukan gua. Level kehidupan gua jadi naik. Tuan juga perkasa, gua yang awalnya gak pengalaman, sekarang udah jago."

"Udah ya," Wiratama mengangkat tangan, memberi isyarat agar Miranti berhenti. Ia benar-benar merasa jengah. "Gua gak perlu tahu kegiatan ranjang lo. Gua gak tertarik!"

Miranti menyelidiki wajah Wiratama. Lalu tertawa kecil, "Lo cemburu, Wir?"

Wiratama ternganga mendengar kalimat itu. Sumpah, perempuan satu ini memang gak peka.

"Kenapa gua harus cemburu? Dulu lo ngejar-ngejar gua, bukan? Dan lo gua abaikan, bukan? Kalau gua minat sama lo, gua udah makan lo dari dulu." Wiratama menjawab ketus.

"Yaa... mungkin lo nyesel? Setelah gua sama Tuan baru lo sadar?"

Wiratama memutar mata, tidak menjawab, semata-mata karena dia malas menanggapi. Sialnya, Miranti menganggap kebungkamannya sebagai pembenaran atas kata-katanya.

"Makanya gua kasih lo nyicip. Lo dapat yang enak, gua dapat anak. Kita sama-sama untung."

Miranti beranjak dan mendaratkan pantatnya di pangkuan Wiratama yang telah kembali duduk.

Wiratama melebarkan mata merasakan Miranti mengesek-gesekkan pinggul di pahanya. Sebelah tangan Miranti memerosotkan blusnya sehingga dua gunung kenyal yang dibungkus bra berenda warna merah terpampang di bawah hidung Wiratama.

Sebelah tangannya yang lain membimbing tangan Wiratama untuk diarahkan ke gundukan kembar yang akan membuat mata semua lelaki normal melotot tak berkedip sambil meneguk air liur.

Namun, Wiratama mendorong tubuh Miranti dengan kasar dan ia melompat menjauh.

"Pintu gak dikunci, Nya." Ia hanya berkata singkat.

"Ya kunci dong..." Miranti masih yakin Wiratama akan tunduk pada desakan nafsu.

"Sorry, gua gak berminat." Wiratama berkata lugas, tidak peduli Miranti akan sakit hati.

"Salah lo sendiri ngaku-ngaku hamil. Tujuan lo apa?" Ia menambahkan dengan nada datar.

"Karena mengira gua hamil, makanya Tuan nikahin gua, Wir. Kalo enggak, mungkin sampai sekarang gua cuma jadi penghangat ranjang."

"Kenapa gak nunggu sampai lo hamil beneran? Penghangat ranjang lo bilang? Lo juga demen, bukan?" Wiratama mencibir sinis.

"Iya... kalo nunggu gua hamil beneran, gak tahu kapan gua dinikahinnya."

"Ya salah lo sendiri gak sabar. Kenapa jadi gua yang harus nanggung akibat siasat licik lo." Wiratama mendecih.

"Kurang apa gua, Wir? Kenapa cuma lo doang yang gak pernah nafsu ama gua? Lo doyannya yang tipe ukhti ya?"

Wiratama tidak menjawab. Mau ukhti, mau janda, mau nenek-nenek, itu bukan urusan Miranti.

"Gua menghormati Tuan. Beliau orang baik. Karena lo udah jadi istrinya, gua juga akan menghormati lo. Nyonya..." Wiratama menekankan kata terakhir, seraya membuka pintu, tanda mempersilakan Miranti untuk segera keluar.

"Jadi lo beneran gak mau nolongin gua?" Miranti berhenti di ambang pintu, melakukan upaya terakhir untuk menggoyahkan iman Wiratama.

Namun, Wiratama tetap teguh. Berdiri tidak bergerak sambil menahan daun pintu tetap terbuka.

"Gua bersedia nolongin lo, dengan mengunci mulut gua rapat-rapat tentang hari ini, dan tentang hamil bohongan lo. Selain dari itu, lo cari jalan keluar sendiri. Jangan libatkan guard!"

Berkata begitu tegas, Wiratama mendorong tubuh Miranti ke luar pintu, lalu menutup dan menguncinya. Membiarkan Miranti termangu-mangu sesaat, sebelum berjalan gontai kembali ke rumah.

Karena upayanya merayu Wiratama gagal total, Miranti berpikir keras. Apa yang harus ia lakukan dengan 'kehamilannya'?

Bernard belum kembali dari Taiwan. Kali ini dia pergi dua bulan, padahal mengetahui Miranti sedang 'hamil muda'.

Miranti agak kesal, karena itu berarti Bernard tidak terlalu menganggap kehamilannya istimewa. Dia hanya mengharapkan anak perempuan, titik.

Akan tetapi, Miranti juga sekaligus lega. Ia tidak perlu terlalu harus berupaya menunjukkan perubahan fisik wanita hamil untuk mengelabuinya.

Namun, waktu dua bulan sudah hampir habis. Minggu depan Bernard akan kembali ke Indonesia. Seharusnya, usia kehamilan Miranti telah menginjak empat bulan.

Miranti mulai panik. Tidak ada lagi kesempatan untuk mengupayakan dirinya hamil sungguhan.

Tiba-tiba sebuah ide menyala di kepalanya. Seperti sebuah lampu pijar yang knobnya dijentikkan.

Ia akan berpura-pura keguguran.

Ya. Itu sebuah ide cemerlang. Setelah keguguran, ia bisa tenang mengupayakan kehamilan sungguhan dengan Bernard. Dan tidak perlu dikejar-kejar waktu.

Sebelumnya, ia merasa harus berpura-pura hamil agar Bernard segera menikahinya. Siasatnya berhasil. Sekarang statusnya sudah resmi sebagai istrinya.

Langkah berikutnya adalah mendapatkan anak darinya, agar ketika Bernard meninggal, ia masih mendapatkan pembagian harta warisan. Jika tanpa anak, tidak ada jaminan ia akan mendapat bagian. Bisa saja dua istri dan tujuh anaknya tidak mengakui statusnya.

Miranti memikirkan cara 'keguguran' dan teringat adegan-adegan di film. Pasti ada semacam cairan khusus mirip darah yang biasa digunakan untuk keperluan syuting.

Ia pergi ke toko bahan kimia, bertanya ke kiri dan ke kanan, sampai akhirnya ia mendapatkan apa yang in butuhkan.

Di hari Bernard tiba, kebetulan tamu bulanannya datang. Dengan suka cita, Miranti sengaja tidak mengenakan pembalut, mengucurkan cairan darah buatan itu, membiarkannya bercampur dengan darah kotor dari tubuhnya, sehingga bau amisnya tercium.

Ketika Bernard menemukannya bersimbah darah di tempat tidur, Miranti menangis meraung-raung, meminta maaf pada Bernard dan menyalahkan diri sendiri karena tidak menjaga 'bayi mereka'.

1
Rina Indriani
bilang aja keguguran deh
Rina Indriani
owalah. Damar hantu rupanya
Rina Indriani
damar apa makhluk gaib
Rina Indriani
kok jd gitu???
kuaci
aku mampir thor
Rina Indriani
kenapa ya? penasaran deh...
Rehaan Aamir
Gilaaaa Bab Awal Aja Udah Se Misterius Ini Jln Crt Nya....Gmn Gk Bikin Penasaraaann Buat Ngikuti Alur Selanjutnya....
Kustri
g bs dipersingkat apa,
byk yg qu skip krn byk yg g penting
Kustri
tak skip, maaf yo
estycatwoman
nice
Astuti Puspitasari
Alur maju mundur di cerita ini dikemas dengan sangat apik, keren banget novelnya. Semangat terus berkarya thor 🥰
Dela Tan: terima kasih 🙏
total 1 replies
Kustri
Luar biasa
Ridho Widodo
pp Dara go blok
Kustri
misteri nih, knp anggota badan pa wira hilang 1-1

karyawan baru emg hrs byk belajar g salah jg mirna menyuruh bangun dini hari
αʝιѕнαкα²¹ᴸ
good, rekomended!
αʝιѕнαкα²¹ᴸ
Dari sinopsis, alur utama cerita MC-nya Dara, tapi Dara malah diceritakan hanya sampai bab 19. Sedang bab 20-57 menurut saya hanya cerita pendukung. Disajikan terpisah seperti itu membuat novel ini seperti dua cerita yang berbeda, bukan kesatuan. Andaikan saja bab 20-57 disajikan sebelum bab 19 seiring dg perjalanan cinta Dara dan Damar, dan novel diakhiri dengan kematian Dara, mungkin damage yg didapat ketika mengikuti cerita ini menjadi luar biasa. Btw, thanks untuk hiburannya. Sehat dan sukses selalu. Salam kenal 🙂
Dela Tan: Kamu benar, mulai bab 20 memang bagian 2 dari novel, dan yang menggabungkan kedua cerita itu adalah 4 bab ekstra "Benang Merah" di akhir.

Kenapa dibubat begitu, karena menurut pemikiranku, jika dibuat runut mulai dari kisah Damar & Qing Qing, tidak akan ada kesan misteri & pertanyaan-pertanyaan yang memancing rasa ingin tahu.

Tapi tentu saja setiap orang bisa mendapat kesan yang berbeda. Terima kasih sudah memberi pendapat :)

Salam kenal juga.
total 1 replies
Natalia Susi
ulasan apa ya, kl saya suka gaya bahasa nya yg ringan dan mudah dimengerti sehingga tidak bolak balik ke atas mecerna maksud nya...ceritanya bagus, selain masuk akal , nyambung dan yg pasti buat penasaran/Drool/
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
dan bwt wira sendiri aku rasa apapun alasannya dia juga salah, mungkin klo wira tak membunuh Damar, nyawa Damar tak ganggu yaak... tapi pak Wira main hakim sendiri, kna dia cemburu, sakit hati Damar yg jadi cinta pertamanya memilih Qing Qing.

Kejutannya di karya ini adalah ternyata Qing Qing dan Dara Sepupuan.


ahh terpaksa komentar di bagi bbrpa kna kepanjangan wkwkwkwk

semangatt ka Dela👍👍👍
Dela Tan: Terima kasih banyak. Komentar yang panjang & komprehensif :)
total 1 replies
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
bab yang aku suka bab 46, 47, 48, 49 bab bab saat Qing Qing tewas dan gimna perasaan bersalah Damar melihat Qing Qing tewas kna terpeleset dan kehabisan darah... itu bab yg bikin wow.
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
sebenernya tak ada yang salah sama Cinta, cinta itu Fitrah manusia. setiap manusia berhak dicintai dan mencintai cuma mungkin yg salah adalah cara mengekspresikan cinta itu.

spt cinta Damar dan Qing Qing, tak ada yg salah sama Cinta mereka, wlpn Qing Qing 14 thn dan Damar 19 thn, mereka iya salah kna terpancing gelora muda hingga MBA... tapi jika spt ungkapan ada hukum sebab akibat bkn kah Damar dan Qing Qing sudah mendapatkan nya?
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩: 😂 sama sapaa yaak
αʝιѕнαкα²¹ᴸ: termasuk cinta sama si anu ya😄
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!