Karena jebakan dari sahabatnya membuat Naya dituduh telah tidur dengan Arsen, seorang bad boy dan ketua geng motor. Karena hal itu Naya yang merupakan anak dari walikota harus mendapat hukuman, begitu juga dengan Arsen yang merupakan anak konglomerat.
Kedua orang tua mereka memutuskan untuk menikahkan mereka dan diusir dari rumah. Akhirnya mereka hidup berdua di sebuah rumah sederhana. Mereka yang masih SMA kelas dua belas semester dua harus bisa bertahan hidup dengan usaha mereka sendiri.
Mereka yang sangat berbeda karakter, Naya seorang murid teladan dan pintar harus hidup bersama dengan Arsen seorang bad boy. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Mereka juga mati-matian menyembunyikan status mereka dari semua orang.
Apakah akhirnya mereka bisa jatuh cinta dan Naya bisa mengubah hidup Arsen menjadi pribadi yang baik atau justru hidup mereka akan hancur karena kerasnya kehidupan rumah tangga di usia dini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Sepanjang perjalanan pulang, Naya menyandarkan kepalanya di punggung Arsen karena dia merasa sangat mengantuk.
Arsen kini menarik kedua tangan Naya agar berpegangan di pinggangnya. "Nay, pegangan yang erat nanti lo jatuh."
"Gue ngantuk banget." Naya semakin mengeratkan kedua tangannya.
Satu senyuman mengembang di bibir Arsen. Dadanya semakin berdebar-debar merasakan pelukan Naya. Benarkah ini yang dinamakan cinta?
Setelah sampai di depan rumah mereka, Naya turun dari motor sambil menguap panjang.
"Bentar." Arsen menjagrak motornya lalu mengunci pintu rumahnya.
Setelah pintu rumah terbuka, Naya segera berjalan menuju kamar tidurnya dan melempar tubuhnya ke atas ranjang. "Jangan ganggu gue. Gue ngantuk banget." Naya mengambil guling lalu memeluknya. "Memang tempat tidur paling nyaman di sini." gumam Naya. Tak butuh waktu lama Naya pun tertidur.
Arsen melepas jaketnya dan menyusul Naya tidur di atas ranjang. Dia pandangi wajah pulas Naya. Rasanya dia sangat takut kejadian semalam terulang lagi. Dia tidak bisa kehilangan Naya, apalagi jika sampai terjadi sesuatu pada Naya.
Memang paling nyaman tidur sama lo, Nay.
Satu tangan Arsen menggenggam tangan Naya yang terbuka. Kemudian dia juga memejamkan matanya.
Sampai hari gelap, mereka kini sudah berubah posisi. Selalu saja Naya memeluk tubuh Arsen saat tidurnya sudah terlelap.
Perlahan Naya membuka matanya. Dia sudah tidak berteriak seperti awal-awal tidur bersama dulu. Dia sudah terbiasa bangun berada dalam dekapan Arsen karena dia tahu, dia sendiri yang mencari kenyamanan itu secara alami.
Dia kini menatap Arsen yang masih terlelap. Dia mengingat kata-kata Arsen saat berbicara dengan Virza tadi. Benarkah Arsen mencintainya?
"Ngapain lihat gue kayak gitu?" Arsen tersenyum dan semakin mengeratkan pelukannya.
Seketika pipi Naya merona. Dia mendorong tubuh Arsen tapi sangat berat.
"Kalau nyaman itu cukup rasain aja, gak usah mengelak." Arsen kini membuka matanya dan menatap Naya yang sedang memanyunkan bibirnya.
"Ih!" Naya membuang pandangannya. "Kalau lagi tidur gak papa kan gak sengaja tapi kalau sadar gini gue gak mau."
"Kenapa? Kan gak dosa."
"Ya.. Hmmm..."
Tiba-tiba saja Arsen membalik tubuhnya. Dia kini berada di bawah kendali Arsen.
"Ar, jangan gini! Gue gak mau. Lo tuh dikasih hati malah minta ampela." Naya sudah siaga satu. Dia takut jika Arsen akan merayunya untuk melakukan hal yang tidak dia inginkan.
Arsen justru semakin tertawa. "Lo sadar gak, kita itu suami istri."
"Status aja. Gue tetep gak mau jadi istri beneran lo. Dan satu lagi, kita masih sekolah dan gue masih mau kuliah."
"Kan sebentar lagi kita lulus. Memang kenapa kalau kuliah plus jadi istri beneran."
Seketika Naya membayangkan yang tidak-tidak. Bagaimana kalau nanti dia hamil, lalu kuliah dengan memakai daster. "Ih, gue gak mau kuliah sambil make daster karena hamil anak lo."
Seketika Arsen tertawa dengan keras. Bisa-bisanya Naya membayangkan sampai sejauh itu. "Pikiran lo aja yang kotor. Bisa-bisanya bayangin sampai ke sana."
Arsen mengecup singkat bibir Naya lalu dia beranjak dari tubuh Naya. "Lo mandi dulu, biar gue aja yang beli nasi." Kemudian Arsen menyisir rambutnya lalu mengambil dompetnya dan keluar dari kamar.
Naya masih saja tidak beralih dari tempatnya. Dia meraba bibirnya sesaat lalu dadanya. "Kenapa detak jantung gue jadi ada kelainan gini. Jangan sampai gue tergoda bujuk rayu Arsen. Hih! Menakutkan."
Kemudian Naya beranjak dari ranjang dan mengambil kopernya lalu menata lagi barang-barangnya. Untungnya dia tidak membawa semua barangnya dan bajunya kini sudah kembali rapi seperti semula.
Setelah itu, dia keluar dari kamar dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh dirinya. Sayang sekali, kali ini dia lupa membawa baju gantinya sedangkan baju sebelumnya sudah terlanjur basah.
"Arsen sudah pulang belum ya? Aduh, gue lupa gak bawa baju ganti." Naya melilitkan handuk menutupi dada sampai bawah pantatnya.
Dia membuka pintu secara perlahan dan melihat sekeliling. Sepertinya Arsen belum kembali lalu cepat-cepat dia melangkah menuju kamar tapi dia justru tertabrak Arsen yang baru saja keluar dari kamar. Ternyata Arsen sudah kembali.
"Kirain lo belum pulang." Naya menahan handuknya agar tidak lepas dari tubuhnya.
Arsen menelan salivanya saat melihat bahu mulus Naya. Lalu kedua bulatan yang terlihat menonjol itu.
"Gue mau pakai baju dulu, lo minggir!"
Bukannya memberi jalan Naya tapi Arsen justru mendekatkan dirinya dan mengendus leher Naya.
"Ar..." Naya mendorong badan Arsen dengan kedua tangannya tapi nahas lilitan handuk itu justru terlepas dari tubuhnya. "Jangan lihat!" Seketika Naya berjongkok dan mengambil handuknya.
Arsen semakin salah tingkah. Tiba-tiba saja badannya terasa panas. Secara sadar akhirnya dia bisa melihat tubuh indah Naya. Meski hanya beberapa detik tapi sudah membakar gairahnya.
"Arsen keluar!"
Arsen masih saja tak mengindahkan perkataan Naya. Dia kini membungkuk dan akan memegang bahu Naya tapi sebuah ketukan pintu menghentikan Arsen.
"Siapa yang ke sini?"
"Buka pintu dulu. Mungkin tamu pernting atau Pak RT yang mau ambil uang sampah." kata Naya. Ini kesempatannya untuk bisa lepas dari Arsen.
"Gangguin aja!" Arsen akhirnya keluar dari kamar. Seketika Naya menutup pintu kamarnya dengan rapat. "Tuh kan, kesempatan emas sudah berlalu."
Arsen kini membuka pintu. Dia terkejut dengan kedatangan tamu yang tidak pernah dia duga sebelumnya. "Lo!"
💕💕💕
.
Like dan komen ya...
Btw salut buat Arsen krn dah berani jujur.
Wah....