Menikah dengan tukang ojek membuat kakak iparku selalu membencinya, bahkan dia mempengaruhi kakak ku yang selalu melindungi ku kini membenciku dan suamiku. begitu juga kakak laki-lakiku.
namun semua akan terkejut atau tidak ketika mereka tau siapa suamiku?. simak ceritanya di DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3.Sah
Mama Ratih dan Desi yang melihat itu langsung mengusap punggung Senja.
"Kamu jangan sedih ya? Ma, Pa, Aku punya sedikit tabungan, walau tidak banyak semoga bisa bermanfaat." Ucap Desi sembari meletakkan Uang lima juta rupiah di atas meja.
Senja yang terharu langsung mengeratkan pelukannya pada kakak iparnya itu. Mama Ratih juga sangat terharu Menantunya itu begitu baik sangat berbeda dengan menantu laki-laki nya.
"Desi, ayo kita pulang." Ajak Arsen ke istrinya. "Aku juga mau ke kamar, mas Firman juga butuh istirahat, besok dia harus kerja." Ucap Amira kemudian berlalu pergi. Pak Handoko dan Mama Ratih menghela nafas panjang setelah Anak-anak nya pergi.
Tangis Senja kemudian pecah, Mama Ratih langsung meraih bahu Senja, membawa Senja kedalam pelukan nya.
"Kamu tenang ya Nak gak usah menangis, Papa sama Mama akan mencari cara lain, Papa tetap akan menikah kan kamu." Kata Pak Handoko kepada Senja. Senja hanya mengangguk di dalam pelukan Mamanya.
Kemudian Senja masuk kedalam kamar, dia menelpon Arkan dan menceritakan apa yang terjadi tadi, Arkan hanya mendengarkan tidak menjawab apapun, Arkan hanya meminta Senja tenang tidak usah sedih dan menangis, hingga beberapa menit telpon itupun terputus.
***
Keesokan paginya ponsel Senja berbunyi tanda ada pesan masuk. Senja segera melihat ponselnya, mata Senja melotot tidak percaya, ternyata pesan tadi dari M Bank king yang memberitahukan uang lima puluh juta sudah masuk ke rekening Senja. Senja mengernyit heran, dia tidak tau uang dari mana yang masuk ke rekeningnya.
"Apa ada orang salah kirim ya?" gumam Senja bertanya pada diri sendiri. Sesaat kemudian ponsel Senja berbunyi lagi. Senja melihat, ternyata Arkan yang menelpon nya.
"Sayang, apa uang lima puluh juta udah masuk ke rekening mu?" tanya Arkan pada kekasihnya itu. Sekarang Senja tau dari mana uang itu, uang yang masuk ke rekeningnya.
"Mas itu uang sangat banyak, kenapa mas mengirimkan aku uang sebanyak itu?" bukannya menjawab malah Senja balik bertanya.
Senja merasa tidak enak menerima uang dari Arkan, pasti uang itu membutuhkan waktu yang banyak untuk mengumpulkan nya.
"Udah jangan banyak tanya yang penting uang itu halal kok, nanti uang itu kamu kasih ke Papa, uang itu untuk membantu pernikahan kita." Ucap Arkan ditelpon. Senja menyesal memberi tahu Arkan soal Papanya yang akan menikahkan mereka dan kekurangan uang. Arkan sebenarnya sangat senang saat tau dia dengan Senja akan segera menikah.
Satu Minggu kemudian.
Arkan dan Senja sudah sah menjadi suami istri. Hari ini adalah hari kedua mereka menjadi suami istri. Hari ini masa cuti sudah habis. Semua akan beraktivitas dengan kesibukannya masing -masing seperti biasa.
" Sayang, apa kamu kerja hari ini?" tanya Arkan pada istrinya.
"Iya mas, masa cuti ku 'kan cuma 4 hari," jawab Senja.
"Sayang, apa kamu di perlakukan dengan baik di tempat kamu bekerja?" tanya Arkan ingin tau bagai mana istrinya di perlakukan di restorannya sendiri oleh karyawannya. Jika ada yang memperlakukan istrinya tidak baik dia akan memecat siapa saja yang melakukan itu.
"Iya mas, Mbak Dinda sangat baik, dia sangat ramah pada karyawan nya, dan kami sangat bersemangat bekerja." Jawab Senja jujur. Memang begitulah Dinda memperlakukan dirinya.
" Syukurlah kalau begitu." gumam Arkan, tentu saja tidak bisa di dengar oleh Senja.
Senja yang tidak mendapatkan respon dari suaminya itu, dia langsung menoleh pada Arkan.
"Emang kenapa mas?" Senja heran dengan pertanyaan suami nya.
"Enggak apa-apa, cuma nanya aja."Jawab Arkan singkat. Senja yang tidak puas dengan jawaban suaminya langsung menatap suaminya tajam. Arkan yang menyadari kalau tatapan Senja untuknya begitu tajam.
"Kalau di pikir-pikir kamu berhenti aja bekerja, sekarang ada mas yang akan memenuhi kebutuhan mu. Mas 'kan suami mu. Jadi semua yang kamu mau mas lah yang akan memenuhinya." Ucap Arkan dengan hati-hati takut istrinya akan marah.
"Tidak mas, izin kan aku bekerja, lagian kalau di rumah terus aku bosan." Kukuh Senja.
"Lebih baik sekarang mas mandi, aku mau bantu Mama buat sarapan." Setelah berkata seperti itu Senja langsung bangkit dari duduknya, dia menyiapkan baju untuk suaminya ojek, dan setelah itu dia langsung membantu Mamanya di dapur.
Arkan keluar dari kamar mandi. Arkan melihat pakaian nya udah di siapin oleh Senja. Hati Arkan sangat senang saat melihat pakaian nya sudah di sediakan oleh senja.
"Begini ya kalau udah punya istri semua di siapin oleh istri. Senja sangat baik dan tidak banyak menuntut. Buktinya dia mau menikah dengan ku walau aku hanya ojek." Gumam Arkan dengan senyuman yang merekah.
Arkan sudah sangat yakin kalau Senja adalah destinasi terakhirnya, dia merasa tidak salah memilih istri, selain cantik, lembut, sopan dan tidak matre. Senja memang wanita idaman Arkan.
Arkan sudah merasa bersalah karena tidak jujur dengan istrinya siapa dirinya yang sebenarnya.
"Apa aku jujur saja pada Senja siapa aku yang sebenar nya." Gumam Arkan dalam hatinya. Disaat Arkan lagi melamun memikirkan apa dia harus jujur atau belum saatnya, pintu kamar terbuka, Senja masuk ke kamar, Senja heran melihat suaminya melamun.
"Mas, sarapan sudah siap, ayo kita sarapan," ajak Senja.
"I...iya," jawab Arkan gelagapan karena terkejut dengan kehadiran istrinya yang tiba-tiba.
Senja mengernyit, dia heran dengan suami.
"Mas kenapa melamun, apa mas keberatan kalau aku bekerja?" tanya Senja yang mengira suaminya melamun karena dirinya, karena dia tidak mau berhenti bekerja.
"Bukan, bukan itu, mas tidak keberatan kok, ayo kita sarapan." Ajak Arkan mengalihkan pertanyaan Senja yang nanti tidak akan habis. keduanya langsung keluar dari kamar dan menuju meja makan.
Di cafe opera terlihat Senja mengantar kan jus dan makanan yang di pesan oleh pengunjung.
Senja sangat sibuk hari ini karena banyak pengunjung, nampak Senja sangat kelelahan. Seketika Senja teringat sama suaminya.
"Ini udah siang, apa mas Arkan sudah makan siang." tanya Senja pada diri sendiri.
"Benar yang mas Arkan katakan, lebih baik aku berhenti bekerja. Kalau aku tidak bekerja aku 'kan bisa mengurus suami, apa lagi mas Arkan udah bilang kalau dia akan menafkahi ku dan menuruti apa yang aku mau." Pikir Senja.
Arkan dengan motornya memasuki pekarangan rumah mertuanya. Setelah Arkan memarkirkan motornya, Arkan berjalan memasuki rumah. Sesampai di pintu depan Arkan memberi salam.
"Assalammualaikum." ucap Arkan.
"Waalaikumsalam," jawab Mama Ratih dari dalam rumah. Arkan masuk, dia menyalami Mama mertuanya dengan sopan.
"Nak Arkan mau makan sekarang?" tanya mama Ratih.
"Iya Ma," jawab Arkan singkat.
"Nak Arkan duduk dulu biar Mama siapkan makanan dulu!" kata Mama Ratih. Kini Mama Ratih lah yang menyiapkan Makan siang untuk menantunya karena Putrinya sedang bekerja.
"Iya Ma." Jawab Arkan tanpa sungkan dengan Mama mertuanya, karena Arkan sudah menganggap Mama mertuanya seperti Mamanya sendiri. Setelah makan siang Arkan kemudian bertanya pada Mama mertuanya.
"Ma, apa Senja belum pulang?" Tanya Arkan yang mengira kalau Senja pulang di waktu siang.
"Belum Nak, Senja 'kan biasanya pulang petang." Jawab Mama Ratih.
"Apa Senja tidak memberitahu Nak Arkan." Sekarang Mama Ratih yang bertanya.
"Tidak ma, mungkin Senja lupa." Jawab Arkan. Setelah itu Arkan pamit pada Mama Ratih karena harus ngojek lagi, padahal itu hanya nama saja ngojek, sebenarnya Arkan hanya mengantar orang-orang yang tidak mampu membayar ojek saja.
"Arkan pergi ya Ma? assalammualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab mama Ratih lagi.
Bersambung.