Demi menghindari kejaran para musuhnya, Azkara nekat bersembunyi di sebuah rumah salah-satu warga. Tanpa terduga hal itu justru membuatnya berakhir sebagai pengantin setelah dituduh berzina dengan seorang wanita yang bahkan tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Shanum Qoruta Ayun, gadis malang itu seketika dianggap hina lantaran seorang pemuda asing masuk ke dalam kamarnya dalam keadaan bersimbah darah. Tidak peduli sekuat apapun Shanum membela diri, orang-orang di sana tidak ada satu pun yang mempercayainya.
Mungkinkah pernikahan itu berakhir Samawa sebagaimana doa Shanum yang melangit sejak lama? Atau justru menjadi malapetaka sebagaimana keyakinan Azkara yang sudah terlalu sering patah dan lelah dengan takdirnya?
•••••
"Pergilah, jangan buang-buang waktumu untuk laki-laki pendosa sepertiku, Shanum." - Azka Wilantara
___--
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 - Kita Sahabat ~ Azkara
"Pulang?" Khawatir salah dengar, Shanum bertanya sekali lagi. tersebut.
"Iya pulang, Mama sudah menunggu soalnya," jawab Azkara seketika membuat jantung Shanum berdebar tak karu-karuan.
Setelah sebelumnya dia diserbu sekian banyak kekhawatiran tentang Azkara, kini dengan begitu tegas pria itu mengajak pulang untuk dibawa ke hadapan mamanya.
"Atau belum siap?"
"Hah? Si-siap kok, Mas, aku siap," jawab Shanum sedikit gelagapan.
Bukannya belum siap, hanya saja Shanum masih terkejut hingga otaknya butuh waktu untuk berpikir jernih. Jika ditanya mau atau tidaknya ikut suami, jelas saja mau. Sejak dahulu Shanum sudah tegaskan andai sudah menikah satu-satunya tempat pulang ya suami.
Kemanapun suami dia akan ikut. Sejak dahulu cita-cita Shanum memang mengabdi sebagai seorang istri untuk suaminya. Sederhana, tapi Shanum tidak hanya bertopang dagu dan menunggu pinangan dari pria yang menginginkannya.
Shanum berusaha sangat keras, ikhtiarnya tidak main-main. Dia belajar dengan begitu giat demi meraih beasiswa hingga S2 di Yaman. Semua dia lakukan karena tidak ingin membebani abinya mengingat Sabila dengan egoisnya memilih Fakultas Kedokteran di Universitas Swasta yang biayanya cukup fantastis, dan berakhir gagal di tahun ketiga.
Hingga setelah menyelesaikan pendidikannya Gus Faaz datang meminang. Cita-cita Shanum untuk mengabdikan hidupnya sebagai seorang istri hampir terwujud tiga bulan lagi. Akan tetapi, Sang Pemilik Skenario berkehendak lain.
Keinginan Shanum dipercepat, dia ditempatkan sebagai istri dari seorang pria yang sejak awal datang membuat darah Shanum berdesir hebat. Pria menakutkan dan menganggumkan dalam satu waktu, tapi Shanum menerima dengan ikhlas takdirnya itu.
Tidak peduli siapa orangnya, saat ini niat Shanum hanya ingin sakinah bersama jodoh yang dikirimkan untuknya.
"Okay ... intinya mau, 'kan?"
"Iya mau." Shanum mengangguk pelan seraya mengulas senyum teduh ke arah Azkara.
"Keberatan tidak hatinya?" tanya Azka lagi tanpa mengalihkan pandangan dari mata indah sang istri.
"Tidak, Mas, tidak sama sekali."
"Good girl, aku suka cewek penurut," ucapnya sembari mengedipkan mata dan mulai berani mengusap puncak kepala Shanum.
Mungkin terbiasa memberikan sentuhan, sejak tadi Shanum sudah beberapa kali dibuat berdebar dengan tindakan tangan Azkara.
Hingga setelah Azkara berlalu masuk saat gilirannya sudah tiba, Shanum masih terus terbayang akan hal itu. Lagi dan lagi, Azkara mampu membuatnya tersenyum tanpa usaha, dada wanita itu berdebar tak karuan bahkan untuk membenarkan hijab yang agak sedikit turun akibat ulah sang suami Shanum tidak mampu lagi.
Setelah cukup Shanum menunggu, Azkara baru keluar dengan perban dikakinya sudah diganti. Wajahnya juga terlihat lesu, mungkin karena menahan sakit.
"Mas, sudah?"
"Ehm." Azkara menggigit bibir dan mengangguk pelan hingga membuat Shanum salah paham.
"Kenapa? Sakit banget ya?"
"Lumayan," jawabnya tampak sekali menahan sakit hingga Shanum semakin curiga.
"Muka kamu sampai begitu, kenapa bisa sangat sakit? Bukankah seharusnya nanti rasa sakitnya baru terasa?"
"Tidak dibius," jawab Azka sontak membuat Shanum merasa ngilu karena di matanya luka Azkara cukup parah.
"Apa? Kenapa tidak? Apa dokt_"
"Aku yang minta."
Sempat heran pada dokter yang menangani, kini Shanum lebih heran lagi tatkala sang suami dengan tegas mengakui jika dia sendiri yang meminta.
Santai sekali Azkara bicara, setelahnya dia juga terlihat baik-baik saja. Entah rasa sakit itu dianggap nikmat atau bagaimana, sungguh Shanum tidak mengerti.
.
.
"Masih kuat bawa motornya?" tanya Shanum agak ragu jika lagi-lagi Azka yang berkendara.
"Kuat, Shanum kuat ... ayo cepat naik." Azkara sampai menghela napas panjang.
Sekhawatir itu istrinya, padahal yang dia alami memang luka kecil. Azkara meminta Shanum untuk naik segera, dan kali ini mereka berboncengan dengan versi normal, tapi tetap saja ada ribetnya.
"Roknya coba lihat dulu nanti kamu kejengkang aku bisa dicincang," cerocos Azkara panjang lebar dan masih menoleh demi memastikan rok istrinya tidak membahayakan.
"Sudah, Mas, aman kok."
"Pegangan," titah Azka sekali lagi dan untuk yang kali ini Shanum sedikit ragu.
Dia tak segera mengikuti kata Azkara, hingga detik ini Shanum hanya berani memegang ujung kemeja sang suami.
"Apa ngaruhnya, pegangan tuh begini." Tak hanya sekadar berucap, tapi Azkara juga menuntun tangan kanan Shanum untuk melingkar di perutnya.
Sepanjang perjalanan, Shanum hanya diam. Sementara Azkara berkendara dengan tenang sembari sesekali mencuri pandang wajah sang istri lewat kaca spion yang sengaja dia arahkan untuk menangkap wajahnya.
Masih terasa mimpi bagi Azkara. Setelah dibuat patah sepatah-patahnya oleh berita kematian Megumi tiga bulan lalu, Tuhan seolah menghibur hatinya yang sempat gelap tanpa harapan.
Lama sekali Azkara pandangi, pandangannya tidak lagi fokus. Beruntung saja jalanan memang sepi, Azkara berperang dengan logika dan segala sesuatu dalam pikirannya.
Hingga, lamunan itu baru buyar tatkala Shanum menepuk pundaknya lebih keras. "Kenapa? Sendal kamu jatuh?"
"Bukan, Mas," jawab Shanum sedikit lelah karena sudah lebih dari lima kali dia berusaha menghentikan Azkara.
"Terus kenapa?"
"Kamu kelewatan ... seharusnya kita belok di sana," jelas Shanum menunjuk jauh ke arah sana.
"Oh iya?"
"Iya, buruan putar balik."
"Okay, gampang kalau cuma putar bal_" Ucapannya terhenti, bersamaan dengan motor yang juga mendadak mati.
"Kenapa, Mas?"
"Mati, kenapa kira-kira?"
Shanum memijat pangkal hidungnya. Dia terlihat bingung, karena di sekitaran sini tidak ada bengkel dan memang penyakit motor tuanya adalah mendadak mati begini.
"Ya ampun kenapa harus kumat di saat begini," gumam Shanum mendadak turun dan dari gelagatnya, Azkara paham apa yang tengah terjadi dengan mereka.
"Motornya sudah biasa begini?"
"Iya, duh kenapa lagi ya?" Shanum mengerutkan dahi, dia tampak frustrasi.
Berbeda dengan Azkara yang terlihat benar-benar santai. Mengikuti langkah Shanum, dia turun. Shanum pikir, Azkara turun akan memeriksa motornya, tapi ternyata lain cerita.
"Bengkel dimana?"
"Jauh, Mas, dekat rumah baru ada."
"Ya sudah, kita dorong saja," ucapnya gampang sekali dan membuat Shanum lemas lebih dulu.
"Ya Allah, Mas. Capek, jalan ke sana tu jauh. Kamu apa tidak bisa periksa dulu keadaan motornya?"
Azkara menatap wajah sang istri yang terlihat begitu kusut seolah tidak punya jalan lain. "Mana bisa, aku buta otomotif ... yang ada makin rusak nanti," akunya lagi-lagi membuat Shanum memejamkan mata.
"Sini naik." Sembari menarik pergelangan tangan Shanum, dia memerintahkan sang istri untuk naik.
"Naik? Terus kamunya gimana?"
"Aku yang dorong, kamu capek jalan, 'kan?" Azkara memberikan penawaran menarik, tapi Shanum mana tega mengingat keadaan suaminya.
"Aku jalan saja kalau begitu," ucap Shanum menentukan keputusan pada akhirnya.
Keputusan yang sukses membuat Azkara mengullum senyum sembari mencuri pandang ke arah Shanum yang kini juga berjalan di sebelahnya. "Kita sahabat mulai sekarang, Thanks, Bro," batin Azkara menatap motor butut tersebut.
.
.
- To Be Continued -
tanggung jawab Azka nanti sm opa khail
🐈 birahi 🤣🤣🤣
setelah baca anet thor
knp dipenjara. eleh eleh bisa Bae bikin penasaran 🫠🫠🫠