Cecil dan Kevin sepasang kekasih. Hubungan mereka terkendala restu dari mamanya Cecil. Namun, karena rasa cintanya yang begitu besar, Cecil pun berani menantang orang tuanya.
Padahal, tanpa Cecil sadari, dia hanya dimanfaatkan Kevin. Gadis itu sampai rela menjual barang-barang berharga miliknya dan bahkan meminjam uang demi menuruti permintaan sang kekasih.
Apakah hubungan yang toxic ini akan bertahan? Sadarkah Cecil jika dia hanya dimanfaatkan Kevin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Lima
"Tiga bulan ...? Dalam satu hari saja perasaan seseorang itu bisa berubah. Apa lagi dalam waktu tiga bulan. Tuhan itu maha membolak-balikkan hati. Dalam sekejab saja rasa cinta dan suka bisa berbeda. Jangan terlalu yakin, nanti takutnya kamu kecewa setelah tau kenyataan tak sesuai dengan harapan!" ujar Cecil dengan penuh penekanan.
Tak akan dia biarkan Mita merasa menang. Akan dia coba pertahankan pernikahannya dan jika pada akhirnya Athalla memilih wanita itu juga, dia akan rela melepaskan setelah dia lelah berjuang.
Cecil lalu berdiri dari duduknya. Tak ingin terbawa emosi. Dia ingin terlihat elegan tanpa harus adu mulut.
"Maaf Mita, aku harus masuk. Aku tak mau bolos, agar cepat menyelesaikan kuliah. Kami sedang progam kehamilan, takutnya aku keburu hamil sebelum wisuda," ucap Cecil.
Dengan tersenyum, dia meninggalkan Mita seorang diri. Setelah Cecil menjauh, gadis itu langsung berdiri dan menghentak kakinya menyalurkan kekesalan. Dia tak menyangka jika Cecil bisa dengan percaya diri menjawab semua ucapannya. Padahal wanita itu masih muda, empat tahun di bawah usianya.
**
Cecil baru saja menyelesaikan kuliah hari ini. Dengan tas ransel yang sedikit berat oleh buku-buku dan catatan, dia melangkah cepat menuju rumah. Di dalam dirinya, ada perasaan campur aduk antara lelah dan semangat. Namun, satu hal yang pasti—dia tidak sabar untuk segera berada di samping suaminya, Athalla.
Hari ini, sebelumnya, sempat terjadi cekcok kecil antara mereka. Cecil sama sekali tidak bermaksud melukai perasaan suaminya, tapi terkadang pria harus diberi sedikit peringatan agar sadar dengan kesalahan mereka. “Hari ini harus berbeda,” gumam Cecil pada diri sendiri, bertekad untuk membuat Athalla senang.
“Cecil! Kamu baru pulang!” teriak Athalla dari dalam rumah saat mendengar suara pintu dibuka. Dia sengaja pulang cepat, karena ingin meminta maaf pada sang istri.
Cecil tersenyum lebar, merasa hangat di hatinya. “Ya, Mas!” sahutnya, meletakkan tas di kursi dan melangkah menuju dapur. “Aku mau masak makan malam spesial hari ini!”
“Makan malam spesial?” Athalla penasaran sambil mengikutinya. “Ada apa dengan hari ini? Apa hari ini istimewa?" tanya Athalla. Biasanya sang istri akan memasak karena ada moment istimewa.
Cecil tertawa kecil. “Tidak, tidak! Hari ini tidak ada yang istimewa. Aku hanya merasa bersalah karena tadi pagi aku mengacuhkan mu. Maaf ya, Mas,” jawabnya dengan tulus.
Athalla melirik gadis manis di depannya. Matanya menyala dengan rasa cinta. “Tak apa, Cecil. Aku mengerti. Seharusnya aku yang minta maaf, bukan kamu. Maafkan aku, Sayang!"
Cecil mengangguk dengan cepat. “Aku ingin kita saling percaya dan saling terbuka mulai hari ini. Jangan ada emosi lagi. Apa pun itu kita bicarakan berdua!"
"Iya, Cil. Sekali lagi aku minta, tetaplah jadi Cecil ku yang penyabar. Aku tak ingin kamu pergi. Aku sangat mencintaimu!"
Cecil tersenyum mendengar ucapan suaminya. Dalam hatinya berharap itu memang benar adanya. Bukan hanya ucapan di bibir saja.
"Oh, iya Mas. Aku mau masak lauk kesukaanmu sebagai ucapan maaf." Cecil mengalihkan pembicaraan agar dia tak lagi ingat kejadian kemarin atau tadi di kampus saat Mita menemuinya.
“Lauk kesukaanku?” Athalla menaruh kedua tangan di pinggang, berpura-pura berpikir. “Hmm, banyak! Tapi setahu aku ada satu yang paling favorit.”
“Daging sapi teriyaki!” Cecil menjawab dengan semangat. “Gampang sekali, bukan? Kita hanya butuh kecap manis, daging sapi, dan bumbu lainnya. Kamu bisa bantu aku, tidak?”
“Bisa, bisa. Tapi jangan berharap bisa lebih baik dari masakanku!” Athalla menjawab sambil tersenyum.
Tanpa membiarkan Athalla berargumentasi lebih lanjut, Cecil segera mengambil semua bahan yang dibutuhkannya dari lemari es. Bau segar dari sayuran dan daging menggugah selera mereka berdua.
Di dapur kecil mereka yang penuh dengan cahaya, Cecil mulai mengambil langkah pertama untuk memasak. “Athalla, tolong ambilkan kecap manis di atas lemari, ya? Yang ukuran besar itu.”
“Baiklah, chef!” Athalla bergegas mengambil kecap manis yang dimaksud. "Apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Athalla saat mendekati istrinya. Dalam hatinya bersyukur karena Cecil telah melupakan kejadian kemarin. Dia merasa beruntung karena memiliki istri sabar dan pengertian seperti Cecil.
Cecil mencibir sambil tertawa. “Oke, kamu boleh memotong sayur. Itu kan tugas yang mudah.”
“Tidak bisa lebih mudah dari pada melempar daging ke wajan dan menunggu!” jawab Athalla sambil kembali ke meja dengan kecap manis di tangannya.
Cecil mulai memotong daging dengan hati-hati dan penuh perhatian. Rasa bersalahnya selama hari ini pelan-pelan menghilang. Suasana yang hangat dan kolaborasi mereka di dapur membuatnya merasa lebih baik. Dia memang sangat mencintai momen-momen sederhana seperti ini: berdua dengan orang terkasih, berbagi tawa dan menciptakan sesuatu bersama.
“Mas, apakah kamu senang bisa masak begini denganku?" tanya Cecil tiba-tiba. Dia ingin moment seperti ini akan sering mereka lakukan agar rasa cinta di antara mereka makin tercipta dan makin subur.
"Tentu saja aku senang, aku bisa tertawa bersama kamu saja sudah senang," jawab Athalla.
"Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk masak berdua begini, setiap akhir pekan. Tak boleh ada kesibukan," ucap Cecil.
Athalla menepuk tangan dengan semangat. “Boleh. Kita harus meluangkan waktu bersama lebih banyak."
Malam semakin mendekat, dan aroma harum dari masakan perlahan-lahan memenuhi ruangan. Cecil merasa bangga, daging teriyaki yang ia masak terlihat sempurna. Dia menahan diri untuk mencicipi, karena dia ingin Athalla mengomentarinya lebih dulu.
“Hmm, baunya enak sekali! Bawa ke meja!” Athalla berseru semangat saat melihat masakan itu telah siap dihidangkan.
Setelah menyajikan piring untuk mereka berdua, Cecil dan Athalla duduk di meja makan. “Sekarang waktunya untuk mencicipi hasil kerja kita,” Cecil berkata, berkata dengan antusias.
Athalla mengangkat garpu dan mencicipi masakan itu. “Hmmmm … enak sekali, Cecil! Kamu hebat! Sumpah rasanya luar biasa!”
Cecil tersenyum lebar. “Bisa jadi kamu berbohong karena kamu ingin aku membuat lebih banyak makanan, tapi aku senang mendengar itu, Mas!”
“Mungkin? Tapi tidak, aku jujur! Ini enak sekali. Terima kasih, Sayang,” balas Athalla sambil menghabiskan potongan daging di piringnya.
Mereka berbicara dan tertawa, menciptakan kenangan indah dalam setiap gigitan makanan. Cecil merasa hangat dan nyaman. Dia senang melihat suaminya tersenyum bukan marah dan emosi. Dia ingin sering melakukan hal seperti ini untuk mengurangi sifat temperamen sang suami.
Saat mereka sedang asyik makan, gawai suaminya yang berada di atas meja berdering. Sempat Cecil membaca nama Mita yang tertera di layar. Dalam hatinya berkata, tak akan membiarkan wanita itu merebut perhatian suaminya lagi. Dia akan siap berperang membuang duri dalam rumah tangganya.
tp gmn kl emg dh sifat dy begitu..
ya tergantung qt aja sbgai istri yg menyikapinya...
ya qt jg hrs ekstra lbh sabar mnghdapinya...