Kisah Cinta Putra Gus Atha dengan Salah satu santri di pesantren Sang Abi. cinta itu datang seusai pernikahan, pernikahan terjadi hanya karena persetujuan kedua mempelai. Perjodohan tanpa penolakan dan tanpa skandal apapun
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Al Qassam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesona Hafla
Bukan Atha jika tak memiliki ide yang membuat orang lain jatuh hati di tempat yang sama. Seusai sholat berjamaah Haseena memutuskan untuk masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Hafla menatap istrinya sedari tadi namun yang di tatap nampak acuh tak acuh.
" Mas ... Temuilah adikmu. Aku mau membersihkan diri dulu!" ujarnya membuat Hafla tak percaya.
" Belum mandi sedari tadi??" tanyanya. Seena tersenyun sambil mengacungkan 2 jemarinya membentuk fonem peace.
" Belum," cengirnya.
" Baiklah ... Semoga suka dengan surprisenya. Mas ke bawah dulu!" jawabnya dengan dingin sedingin kulkas dua pintu.
Seena menatap tak paham. Namun saat di kamar mandi dia mendapati hal yang mewah dan nampak sangat romantis. Seena terpaku terdiam sejenak di tempatnya. Memandang tak percaya dengan yang ada di depannya.
Apakah ini mas Hafla yang menyiapkan semua??? Dia begitu piawai dalam hal ini. Lihatlah dia pandai sekali membuat hati perempuan berbunga-bunga bukan? Bukankah ini malah membuatku semakin takut kehilangannya? Bolehkah jika aku merasa takut begitu saja saat dia kelak tertarik pada perempuan lain.
" Haissshhhh .... Apa yang aku pikirkan!!!! Ayooo Seena dia bukan laki-laki gampangan percayalah padanya. Lapangkan sedikit hatimu untuknya. Apakah kamu tidak malu Seen!? Dia sudah menjamahmu masih pantaskah kamu memiliki urat tak percaya padanya? Bukankah itu terdengar egois sekali Seen," gumamnya menatap surprise dari suaminya itu. Bahkan Hafla meletakkan kotak hadiah di sampingnya. Seena pun mendekat serta mengambilnya. Dia tersenyum lalu membukanya. Matanya membola sempurna sekali.
Pletakkkkk.
Suara kotak jatuh tiba-tiba Tangan seen terasa lemas saat melihat hadiah itu. Dia melihat DC alias Dress code alias gaun tidur yang biasa di sebut dengan lingerie. Sebenarnya itu adalah baju Dinas pengantin baru. Tak tanggung - tanggung suaminya itu memberikan lingerie warna maroon, biru elektrik, hitam, merah jambu, ungu.
" Astaga ... Kenapa memberikanku pakaian ini! Apakah yang dia fikirkan? Apakah malam ini mas Hafla akan melakukannya lagi," pikir Seena menggeleng - geleng.
Di ruang keluarga ...
" Katakan Hag! Ada apa?" tanya Hafla menatap sorot mata adiknya yang agak menyebalkan itu. Hagla masih terdiak nampak mengambil nafas dalam - dalam. Dia nampak mengambil pasokan oksigen sebanyak - banyaknya sebelum mengatakan hal yang hafla sendiri tidak tahu apa itu.
" Bang ... Bolehkah aku mundur dari pernikahanku? Aku tidak mencintainya," ujar Hagla membuat Hafla menatap tak percaya pada adiknya itu.
" Jangan bercanda kamu Hag!!! Kamu sendiri yang menghindari pernikahan dengan Seena dan membawa polwan itu ke hadapan kami serta kamu sendiri yang menjelaskan bahwa dialah pilihanmu," suara Hafla sedikit menekan pertanda bahwa dia tidak menyetujui sikap adiknya yang tidak bertanggung jawab itu.
" Bang ... Aku serius! Sebeluk semuanya terlambat. Aku tidak mungkin merusak anak orang melalui hatinya," sesalnya.
" Lalu kenapa kamu suka bermain-main jika sudah begini pada akhirnya!" seru Hafla agak meninggi. Pikirannya saat ini pada Umma. Tidak mungkin dia bisa melihat Ummanya tertekan karena sikap Hagla yang sungguh kekanakan baginya.
" Bang ... Dengarkan aku dulu! Please ... " pinta Hagla. Hafla kemudian berdiri dan menatap adiknya itu.
" Jika melakukan sesuatu pikirkanlah Umma jangan kekanakan seperti ini! Sungguh memalukan Hag. Kau bahkan mengirimkan gadis itu untuk membantuku tidakkah kamu melihatnya sudah berkorban untukmu. Ayolah dewasa sedikit Hag!!!" serunya kemudian pergi dari sana.
Hagla termenung di tempat. Dia mematung tak percaya bahwa kakaknya kini sedang marah padanya. Dia bahkan meminta dirinya memikirkan ulang untuk masalah pernikahan ini.
" Bang ... Kenapa aku selalu salah di setiap pilihan? Bukan Hagla tidak dewasa tapi kenapa Hagla selalu di permainkan oleh keadaan? Gadis itu benar-benar membuatku tertipu bang," lirihnya saat Hafla pergi dari sana.
Di kamar ....
Hafla mengernyitkan alisnya. Kenapa kamar masih saja kosong seperti ini? Tidakkah hal ini membuat Hafla curiga. Dia sudah keluar beberapa menit lamanya. Tidak mungkin jika istrinya itu masih berendam. Hafla pun mengetuk pintu kamar mandi.
" Seen ... Sedang apa? Kenapa sangat lama sekali??? Tidakkah di kamar mandi dingin?" tanya Hafla dengan sedikit keras agar terdengar oleh istrinya.
" Apakah aku harus memakainya?" lirih Seena di dekat pintu.
" Memakai apa?" Hafla pun mendorong pintu itu terpaksa karena Seena bisa sakit terlalu di kamar mandi.
Bukan kepalang Seena kagetnya dengan menggunakan lingeri Maroon yang nampak kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Hafla melongo tak percaya menatap keindahan itu. Tanpa sengaja salivanya tertelan secara terpaksa melewati rongga entah apa dalam MIpA yang jelas saat ini jakunnya naik turun mengikuti alunan nada dering. Eh, di kira ponsel hehehe.
" Kok masuk sih?!" serunya sambil menutupi bagian pentingnya.
" Gak sengaja ke dorong Seen. Ya, gapapa sudah terlanjur kelihatan juga. Keluarlah! Ehmm.... " dehemnya sambil akan berjalan keluar.
" Serius aku tidur pakai ini mas??? Ini bukan pakaian tidur," protesnya.
" Bahagiain suami pahala atuh neng ... Gak boleh medit sama suami sendiri," jawabnya kemudian menghilang di balik pintu.
Dag. Dig. Dug.
Suara drum nampak terus menggema di relung jiwanya. Betapa tidak dia sangat terpesona pada Haseena. Gadis itu benar-benar berbahaya bagia mata laki-laki telanjang. Hafla saja yang biasanya tidak tertarik kini sudah semakin tergila-gila namuj tetap saja demi menjaga image-nya dia tetap bersikap normal seperti lelaki pada umumnya. Diam namun mematikan. Ya ...... Elah hehehehe.
Buuukkkkk.
Suara lonjakan di atas ranjang membuat Hafla kaget pasalnya dia sedang melamun. Sang istri sudah bergelung di dalam selimut tanpa memperlihatkan wajahnya.
" Seen kamu baik - baik saja?" tanya Hafla menatap istrinya.
" Iya mas," jawabnya dengan lirih.
Hafla pun berjalan mendekati ranjang untuk melepaskan penat. Rasanya dia pusing memikirkan adiknya itu. Hagla selalu saja sukses membuat hatinya berkecamuk. Dia tak lagi memikirkan istrinya yang tadinya memakai lingerie. Dia nampak terdiam memikirkan saudaranya. Seena yang tak mendapati pergerakan dari suaminya memastikan bahwa suaminya itu sedang melakukan apa.
" Mas ... " lirihnya. Namun Seena mendapati suaminya itu sedang tertidur dengan posisi bersandar di kepala ranjang. " Mungkin dia sangat lelah! Hmmm ... Seena ... Seena kamu terlalu Pede-nya Berharap di sentuh olehnya lagi. Ck. Memalukan sekali dirimu itu," makinya terhadap dirinya sendiri namun dengan nada volt terendah yang dia miliki.
Seena berharap bahwa suaminya itu tidak terganggu akan suaranya. Seena pun berinisiatif untuk pergi dari sana untuk berganti pakaian. Bisa-bisa masuk angin memakai baju kekurangan bahan seperti ini. Seena pun mulai beranjak dari sana.
Srrrrraaaeeeeetttttt. Bugghhhhh.
" Ahh!!!!" teriaknya. Tubuhnya terpelanting dengan keren-nya di atas tubuh suaminya. Tangannya tiba-tiba tertarik ke arah belakang. Seena menatap ke arah suaminya. Kedua mata itu bertemu dan saling melemparkan pandangan penuh dengan paradigma.
" Mau kemana? Bukankah rugi jika tidak kewajibanmu? Sudah kamu pakai juga DC-nya," ucapnya menginterupsi.
" Tapi mas tidur tadi loh ... " jawabnya.
" Kemarilah ... !" senyum Hafla begitu membuat Seena terhipnotis. Dia mendekat tanpa penolakan sedikit pun.
Entah bagaimana ceritanya mereka pun kembali mengulang malam indah kemarin. Dimana malam itu Hafla merasa seperti bermimpi menjamah istrinya. Rasa bersalah, gugup, canggung, bingung, bahagia jadi satu kesatuan yang tak bisa di jelaskan. Semuanya berasa sangat indah dan real. Sungguh nikmat yang luar biasa bisa menikmatinya saat di dunia. Kini Hafla bisa menikmati rasa yang tak tergambar dengan apik itu. Rasanya ingin menyampaikan melalui teks deskripsi, narasi bahkan jika perlu observasi hihihi.
" Thank youu Seen ... Malam ini," bisiknya.
Seena diam sambil mengangguk. Rasanya malu sekali malam ini. Hafla begitu menikmati setiap sentuhan dan setiap jengkalnya. Pasti Hafla pum sudah hafal bentuk serta tubuh Seena. Sedari tadi Hafla menatapnya tanpa henti.
" Tidurlah ... Jangan terlalu banyak berfikir!!!" serunya sambil mengecup dahi Seena.
Likeeeee.