Salwa Nanda Haris, anak sulung dari pasangan Haris dan Raisya. Salwa menolak perjodohannya dengan Tristan, pria yang berstatus duda anak satu.
Awalnya Salwa sangat menolak lamaran tersebut. Ia beralasan tak ingin dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya. Padahal saat itu ia belum sama sekali tahu yang namanya Tristan.
Namun pernikahan mereka terpaksa dilakukan secara mendadak lantaran permintaan terakhir dari Papa Tristan yang merupakan sahabat karib dari Haris.
Sebagai seorang anak yang baik, akhirnya Salwa menyetujui pernikahan tersebut.
Hal itu tidak pernah terpikir dalam benak Salwa. Namun ia tidak menyangka, pernikahannya dengan Tristan tidak seburuk yang dia bayangkan. Akhirnya keduanya hidup bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Do'a Tristan
Tiba-tiba Roby datang. Dari tadi ia mencari keberadaan Ibunya. Beruntung ia memasang GPS di Handphone Ibunya.
"Kamu jangan mencari pembenaran diri, Tris! Aku lebih percaya kepada Nabila. Anakku tidak mungkin berbohong!"
"Aku sebenarnya tidak ingin mengungkit orang yang sudah meninggal, Bu! Tapi suatu saat kebenaran akan terbuka."
Melihat Tristan dan Ibunya bersitegang, Roby pun mendekati mereka.
"Ada apa ini, Bang?"
"Kamu tanyakan sendiri kepada Ibumu! Apa maksudnya menyuruh seseorang menyiram air depan pintu kamar hotel?"
"Apa lagi yang kamu tuduhkan kepadaku, Tris?"
"Aku tidak menuduh, tapi aku punya buktinya. Bahkan Abi sendiri yang mengutus seseorang untuk menjaga kami. Ibu jangan macam-macam kalau masih ingin hidup enak! Kalau seandainya terjadi sesuatu pada Salwa tadi pagi, mungkin aku akan penjarakan Ibu."
"Ibu, aku sudah bilang, jangan usik kehidupan Bang Tristan! Ujar Roby.
Nampak ketegangan di wajah Bu Lani. Dia tidak bisa menyangkalnya lagi, lawannya terlalu kuat.
"Dan satu lagi, Bu! Siapa yang sudah menyebarkan kabar tidak baik tentang aku dan Salwa?"
"Apa lagi ini, Tris? Soal itu Ibu tidak tahu!"
"Siapa yang pegang akun Nabila? Akun itu masih aktif, siapa lagi kalau bukan orang dekatnya?"
"Tris, Ibu mengaku salah soal air itu, tapi Ibu benar-benar tidak tahu siapa yang sudah membuat gosip tentang kalian."
"Kamu By?"
"Ti-tidak, Bang! Bukan aku! Aku tidak tahu kalau akun Kakak masih aktif."
"Ya sudah, aku bisa menyelidikinya!ingat sekali lagi Ibu bikin kesalahan, aku tidak segan-segan menghancurkan semuanya!"
"Aku jamin Ibu tidak akan bertindak ceroboh lagi, Bang! Tolong jangan ganggu aset kami!"
"Tergantung, By! Selama ini aku masih memberi kalian jatah, karena aku melihat kalian masih sebagai keluarganya Ira. Kalau kesabaranku sudah habis, aku tidak jamin usahamu masih akan seperti sekarang. Jaga Ibumu dengan baik. Aku pergi dulu!"
Tristan pun meninggalkan Bu Lani dan Roby.
Roby sangat kesal kepada Ibunya. Ia meluapkan kekesalannya itu.
Tristan pun menghubungi Iyan.
"Yan, hubungi hacker kembali, akun itu bukan Ibu atau Roby yang memakainya, tapi orang lain!"
"Baik, Bos!"
Hari sudah petang, Tristan pun kembali ke rumah. Setelah selesai shalat Maghrib Tristan ditunggu Pak Ferdi di ruang kerjanya.
"Bi, terima kasih sudah membantuku."
"Iya, itu sudah tugas Abi. Abi sudah curiga, Ratna datang dengan tujuan tertentu."
"Tapi Bi, yang menyebarkan gosip tersebut bukan Ibu atau Roby!"
"Sebentar lagi kamu juga akan tahu orangnya."
"Apa Abi juga menyelidikinya?"
"Tentu, Abi masih melanjutkannya. Apa istrimu sudah mendengar berita itu?"
"Tidak, Bi! Aku rasa belum. Dia tidak terlalu suka bermain sosial media. Jadi mungkin dia tidak sempat melihatnya."
"Bagus, untung saja segera dihapus! Kalau sampai Salwa melihat dan kebawa emosi, itu akan berakibat buruk untuk kandungannya."
"Iya, Bi. Hari ini melelahkan!"
"Ada hal lain yang mengusikmu?"
Tristan menceritakan kepada Abinya masalah foto-foto Salwa yang dihadiahkan oleh Bu Lani.
"Wah wah, jadi ketahuan ya kalau kamu memang ngebet sama Salwa dari dulu?"
"Bukan masalah itunya, Bi. Tapi Ibu menuduhku yang macam-macam. Sepertinya Nabila yang memperkeruh suasana. Padahal aku sudah tidak mau bawa-bawa namanya, biarkan dia tenang di alam sana."
"Nabila.... semoga dosamu diampuni Allah." Ucap Pak Ferdi.
"Aku tidak mau Ira mengetahui keburukan Mamanya, Bi"
"Tenanglah, Tris. Itu tidak akan terjadi. Ira sudah mendapatkan pendidikan agama yang baik, wataknya ikut gen kita. Apa lagi sekarang dia memiliki Ibu yang baik dan menyayanginya."
"Iya, Bi. Em... sepertinya Abi kelihatan tambah sehat?"
"Iya, Abi rasa tidak perlu kontrol ke rumah sakit."
"Tidak, tidak! Harus tetap kontrol!"
Obrolan keduanya terhenti karena sudah adzan Isya'. Mereka pun turun dan shalat berjama'ah.
Malam harinya, Salwa mendapatkan banyak notif di handphone-nya. Sepertinya bersumber dari grup reuni sekolahnya. Ada seseorang yang mengirimkan screen shot potongan vidio gabungan foto-foto pernikahan Salwa yang tengah ramai saat ini. Salwa pun terkejut membacanya. Ia memegang kepalanya yang mendadak pusing.
"Sayang, kamu kenapa?"
"Pusing, Mas."
Handphone Salwa tergeletak, dan tidak sengaja Tristan melihat layarnya yang masih menyala. Setelah Tristan membaringkan istrinya, ia mengambil handphone tersebut. Tristan pun mengepalkan tangan menahan emosinya.
"Sayang, kamu jangan hiraukan berita itu!"
"Hiks... kenapa ada orang yang tega memfitnah kita, Mas?"
"Sabar ya? Besok kita akan lakukan klarifikasi. Kamu jangan masukkan hati, nanti kamu stres. Itu akan berpengaruh kepada bayi kita. Kamu harus kuat, Sayang. Aku sudah membereskan semuanya." Ujar Tristan seraya memeluk Salwa dan menghapus air matanya.
Tristan membuatkan air hangat yang dicampur dengan madu.
"Minum ya, biar enakan."
Salwa pun meminumnya, lalu tertidur karena lelah menangis.
Tristan menghubungi Iyan untuk mengundang wartawan besok di kantornya. Ia ingin memberikan klarifikasi.
Di pertengahan malam, Tristan terbangun. Sudah lama ia tidak shalat malam. Ia mengambil wudhu' dan menghadap kepada sang Khalik. Dipanjatkannya segala do'a dan pintanya.
"Ya Allah maafkan hamba yang datang di saat mendesak, hamba pasrahkan hidup dan mati hamba kepada-Mu. Jadikan hamba manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Beri hamba kekuatan untuk menyelesaikan segala masalah hamba. Lindungilah istri, anak, dan semua keluarga hamba. Engkau yang Maha mengetahui segalanya, Amin."
Samar-samar Salwa mendengar do'a suaminya. Ia mengaminkan dari tempat tidurnya. Rupanya Salwa sudah terbangun dari 5 menit yang lalu. Namun dia merasa kepalanya masih berat untuk bangun.
"Betapa kamu laki-laki yang baik, Mas. Saat menghadapi masalah kamu lari kepada Tuhanmu, bukan yang lain. Bagaimana aku tidak mencintaimu?" Batin Salwa.
Salwa pun memejamkan matanya kembali.
Selesai shalat, Tristan merapikan sajadahnya dan kembali ke tempat tidur. Dilihatnya Salwa yang tidur dengan nyenyak. Ia mengelus pipi sang istri, lalu mengecup keningnya.
"Maaf sudah membawamu kepada masalah yang cukup berat, tapi aku janji ini hanya sebentar, Sayang." Lirih Tristan.
Pagi harinya, nampak mata Salwa membengkak.
"Sayang, sudah tidak pusing, kan? Nanti ikut aku ke kantor."
"Ngapain, Mas?"
"Kita harus klarifikasi untuk memberikan nama kita."
"Hem, baiklah."
"Terima kasih."
Tristan mengecup kening Salwa. Salwa pun membalas dengan senyuman.
"Bunda, kenapa dengan mata Bunda?" Tanya Khumairah. Anak itu sangat jeli melihatnya.
"Oh ini? Bunda kurang tidur, Sayang!" Bohong Salwa.
"Abi, kenapa Abi biarkan Bunda bergadang? Abi sih memang suka bergadang, tapi jangan ajak-ajak Bunda dong!"
Semua orang yang mendengarkan tersenyum mendengar pembelaan Khumairah yang posesif terhadap Bundanya.
"Sayang, Bukan Abi yang bikin Bunda bergadang kok, tapi adik bayinya. Mungkin mereka kepanasan di dalam sana, hehe..."
Khumairah pun turun dari kursinya dang mengelus perut sang Bunda.
"Adik bayi, kalian baik-baik saja, kan? Jangan bikin Bunda susah ya! Kasian lho Bunda matanya bengkak. Love u adik-adikku, emmuach..."
"Iya, Kakak." Sahut Salwa menirukan suara anak kecil.
"Soo sweet... Keponakanku manis banget sih! Sahut Tita.
Salwa terharu mendengar ucapan sederhana dari Khumairah. Ia tidak menyangka Khumairah akan serespek itu kepadanya. Begitu pun yang lain, mereka sangat senang melihat cinta kasih antara Salwa dan Khumairah.
"Maafkan Bunda, Nak. Bunda terpaksa berbohong." Batin Salwa.
Bersambung....
...----------------...
Next ya kak...
Support author terus ya kak
Thank you 😍 😘
Bahasanya Sangat Sempura..
Ceritanya Suka Bgt...👍🏻😍😘
Bagus Baca Ceritanya Si Salwa...😘🤗