Aku yang dikhianati sahabat dan suamiku kembali ke masa lalu. Aku tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan mereka lagi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24(Pov Dinda)
Kami bertiga mencari sebuah kafe untuk istirahat di sekitar gedung tersebut.
"Gimana hari ini?" Loly dan Sita melirik ku menunggu jawaban.
"Seru juga yah. Ini pertama kalinya aku lihat pameran seperti tadi." Loly dan sita memasang ekspresi terkejut mendengar perkataanku.
"Benarkah?"
Aku mengangguk mengiyakan.
"Masa orang berada seperti kamu nggak pernah ke tempat ini."
"Iya aku nggak bohong. Kalau jalan-jalan ke luar negeri sih iya. Ke wahana-wahana atau ke tempat hiburan lainnya aku terus-terus bahkan sampai bosan juga. Tapi kalau di tempat seperti ini sih nggak pernah."
"Iya sih, lagian acara ini pasti membosankan buatmu."
"Nggak kok, aku rasa seru-seru saja."
Seorang pramusaji wanita datang membawa menu.
"Mau pesan apa mbak?" Tanya pramusaji tersebut sambil menyerahkan tiga daftar menu ke kami bertiga masing-masing.
"Isinya mahal-mahal semua Dinda, kita cari minumannya di tempat yang lebih murah." Bisik Loly.
"Nggak apa-apa, aku yang traktir. Kalian maunya apa?"
"Terserah kamu saja deh. Kami nggak tahu, mau milih apa."
Aku pun memilih untuk mereka.
"Saya pesan caramel macchiato nya satu, Frappuccino green teanya satu, sama vanilla latte satu. Untuk dessertnya saya mau pesan creme brulee. Samain aja ya mbak." Pramusaji tersebut mencatat pesananku lalu pamit pergi meninggalkan meja kami.
"Maaf ya Dinda, lain kali kami bakal gantian traktir kamu tapi nggak jamin di tempat kayak gini." Kata Sita.
"Kalian ini, ngapain juga ngerasa nggak enak sama aku. Kita kan teman. Aku nggak masalah kok kalau kalian traktir aku di tempat yang murah."
Dua menit kemudian pramusaji nya datang dengan membawa pesanan kami. Kami menikmatinya sambil berbicara dengan santainya.
"Hmm... minuman di sini enak-enak ya. Pantasan harganya mahal." Kata Sita sambil menyedot minumannya ke dalam mulut.
"Iya benar kata kamu. Eh Sita punyamu beda ya rasanya?"
"Iya. Kamu mau coba." Loly lalu mencoba minuman milik Sita begitupun Sita.
"Yang ini enak juga." Puji Loly
"Kamu mau coba juga nggak Dinda?"
"Nggak usah, lagian yang menjadi favorit aku cuma ini kok." Kataku sambil menunjukkan Frappuccino green tea milikku.
"Kalian di sini?" Suara seorang lelaki dari belakang mengejutkan kami. Ternyata itu mas Devan kakaknya Loly.
"Iya mas, kami sangat haus jadi kami ke sini." Jawab Loly kepada kakaknya.
"Memangnya kamu punya uang?"
"Nggak mas, kami berdua di traktir sama teman aku. Kenalin, ini Dinda." Loly menyuruh ku maju untuk berkenalan dengan kakaknya.
"Salam kenal mas Devan, saya Dinda temannya Loly." Loly dan Sita menatapku bingung.
"Kamu sudah kenal ya sama mas Devan? Mas Devan juga sudah kenal ya sama Dinda? " Mas Devan menggelengkan kepala nya mengatakan kalau ia baru bertemu dengan ku.
"Kamu kenalan sama mas Devan di mana? Perasaan aku belum mengatakan namanya. Dan aku tidak pernah menunjukkan fotonya ke kamu." Oh iya aku lupa. Kenapa aku keceplosan begini ya. Hmm, cari alasan apa ya?
"Oh itu, siapa sih yang tidak kenal dengan abangmu. Lagian tadi saat kamu menunjukkan lukisan mas Devan ke aku kan ada namanya di bawah."
"Oh iya ya, aku lupa."
"Apa mas boleh gabung?" Tanya mas Devan.
"Duduk saja mas!" Kataku. Kami juga kembali duduk di bangku masing-masing. Mas Devan memanggil seorang pramusaji untuk memesan minumannya.
"Oh jadi kamu yang di jemput sama Loly?"
"Iya mas."
"Bagaimana menurutmu datang ke tempat seperti tadi? Apakah membosankan?"
"Nggak sih mas. Apalagi jalannya sama mereka berdua." Loly dan Sita tersenyum ke arahku.
"Nggak asik jalan sama mereka, mending jalan sama mas saja."
"Mas ini mulai lagi. Jangan ganggu teman-temanku. Kami ini masih di bawah umur sedangkan mas sudah tua."
"Umurku boleh tua, tapi wajahku ini bahkan lebih tampan dari teman-temanmu. Benar kan Sita."
Wajah Sita sedikit memerah. Aku dapat melihat kalau cara pandang Sita ke mas Devan seperti berbeda. Bahkan aku memperhatikannya dari saat mas Devan datang.
"Mas ini." Loly merengek kesal.
"Maaf ya Dinda, mas Devan sangat suka bercanda."
"Ngomong-ngomong tadi mas Devan ngobrol sama siapa?"
"Oh itu, dia mau nawarin mas buat melukis untuknya. Katanya mau melukis orang yang istimewa buat dia. Bayarannya pun mahal."
"Wah berarti mas dapat kesempatan besar dong."
"Iya sih, tapi belum juga. Kan mas masih menunggu telepon dari dia."
Aku melihat jam di handphone ku, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 lewat 59 malam. Sebentar lagi jam sebelas. Sebaiknya aku pulang sekarang.
"Maaf mas Devan, teman-teman sepertinya aku harus pulang sekarang."
"Tunggu ya disini, aku ingin membayar dulu."
"Eh nggak usah, kalian pulang saja biar nanti mas yang bayar. Anggap saja sebagai traktiran karena kalian mau datang ke tempat ini."
Aku melirik loly dan sita mereka menganggukkan kepala seolah-olah mengatakan tidak apa-apa.
"Oh iya, mas aku pinjam lagi motor mu ya. Aku mau ngantar Dinda."
"Pakai saja, tapi bawanya hati-hati ya."
"Iya mas."
Kami berdua berjalan ke tempat parkiran motor meninggalkan mas Devan dan Sita sendiri. Aku naik ke atas motor setelah Loly menghidupkannya. Aku memegang erat pinggangnya karena sudah tahu bagaimana cara loly mengendarai motor itu.
ansk perempuan klu pacaran RUSAKKKK.