“Baik, kalau begitu kamu bisa bersiap untuk menyambut kematian mama! Mama lebih baik mati!” Ujar Yuni mencari sesuatu yang tajam untuk mengiris urat nadinya.
Alika tidak percaya dengan apa yang di lakukan Yuni, sebegitu inginnya Yuni agar Alika mengantikkan kakaknya sehingga Yuni menjadikan nyawanya sebagai ancaman agar Alika setuju.
Tanpa sadar air bening dari mata indah itu jatuh menetes bersama luka yang di deritanya akibat Yuni, ibu kandung yang pilih kasih.
Pria itu kini berdiri tepat di depannya.
“Kamu siapa?” Tanya Alika. Dia menebak, jika pria itu bukanlah suaminya karena pria itu terlihat sangat normal, tidak cacat sedikitpun.
Mendengar pertanyaan Alika membuat pria itu mengernyitkan alisnya.
“Kamu tidak tahu siapa aku?” Tanya pria itu menatap Alika dengan sorot mata yang tajam. Dan langsung di jawab Alika dengan gelengan kepala.
Bagaimana mungkin dia mengenal pria itu jika ini adalah pertama-kalinya melihatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 33
“Ini tehnya non.”
Bi Suni meletakkan teh panas di depan Helen.
“Aduhhh... Kamu buat saya cacat ya!” Bentak Helen ketika dia sendiri yang tak sengaja menyenggol teh panas itu hingga tumpah dan menyiram pahanya.
“Tidak non.” Takut bi Suni dengan kelang kabut melap tumpahan teh dengan handuk yang selalu dia bawa di bahunya.
“Dasar babu t*lol! Kerja begini saja tidak becus!” Umpat Helen marah lalu beranjak pergi meninggalkan bi Suni yang menunduk takut.
Jika saja dia tidak butuh uang untuk anaknya di kampung, dia tidak akan mau bekerja dengan majikan seperti Helen dan Yuni, yang tahunya hanya marah-marah saja. Bahkan, kesalahan yang mereka timbul pasti dialah yang di salahkan.
“Kamu kenapa?”
Tanya Yuni saat Helen masuk ke kamarnya dengan rok yang basah akibat tumpahan teh tadi.
“Itu tuh babu mama, sebel aku! Pecat aja dia ma.”
“Kalau mama pecat dia siapa yang mau beres-beres rumah sama masak? Memangnya kamu bisa?”
Mendengar ucapan Yuni, Helen jadi diam. Apa yang ibunya katakan memang benar. Selama ini semua pekerjaan rumah Alika yang kerjakan, semenjak Alika menikah dan tinggal di rumah Daniel, tidak ada lagi yang membersihkan rumah serta masak.
Jika bi Suni dia pecat, akan susah untuk mencari pembantu baru, sedang dia dan ibunya tidak bisa dan terlalu malas untuk melakukan pekerjaan rumah.apalagi masak, mana bisa dia masak.
“Jadi kamu mau mama pecat dia atau?” tanya Yuni.
“Biarin ajalah dulu, nanti-nanti aja pecatnya.” Sahut Helen berubah pikiran.
“Tapi mama liat-liat beberapa hari ini kamu moodnya jelek ya?”
Yuni mengambi posisi duduk
Yuni mengambil posisi duduk di samping anak kesayangannya itu sambil membelai rambut hitam sebahu Helen.
“Klien aku semuanya mendesak agar aku cepat-cepat mendapatkan klarifikasi Alika bahwa apa yang dia posting itu semuanya bohong ma. Kalau tidak mereka tidak akan melanjutkan perpanjangan kontrak lagi.” Ujar Helen mendengus kesal mengingat jika apa yang di lakukan Alika membuat dia dalam masalah dan akan berdampak pada perusahaan.
“Mama akan pikirkan caranya, kamu tenang ya.” Kata Yuni meyakinkan.
Dia pasti akan membantu Helen untuk menemukan jalan keluar dari permasalahan itu.
......................
Alika sedang duduk melamun di taman rumah, menikmati pemandangan sore di dalam gazebo berbahan material kayu yang menyatu dengan alam itu. Gazebo yang di desain dengan dek semen yang terlihat begitu elegan membuatnya duduk dengan santai.
Alika menikmati sore yang menenangkan kan itu, sesuatu yang dulu tidak pernah dia rasakan saat berada di rumah ibunya.
Bagaimana mungkin bisa bersantai seperti sore ini, kadang baru ingin duduk saja Yuni sudah menyuruhnya untuk melakukan pekerjaan yang lain.
Saat dulu bekerja di kafe pun tetap sama, meskipun dia memiliki pekerjaan di luar rumah, sepulang kerja dia tetap harus mengerjakan pekerjaan rumah, bebersih dan juga memasak.
Alika menghirup udara segar, menatap bunga-bunga yang bermekaran indah di taman itu. Lalu tiba-tiba dia ingat pada Brian.
Ada sedikit rasa sepi yang dia rasakan, biasanya saat sore seperti itu akan ada Brian yang datang mengganggunya, membuatnya kesal dan marah.
Memang ada Daniel di rumah itu, tapi rasanya Alika seperti sedang sendiri. Daniel tidak pernah keluar kamar, bahkan yang mengantar sarapan pagi tadi ke Daniel adalah Zicko.
Tadi sebelum memutuskan untuk duduk di gazebo taman, Alika sudah mencoba mengetuk pintu kamar Daniel, tapi tidak ada jawaban. Alika pikir, mungkin Daniel sedang tidak ingin di ganggu jadi Alika takut jika terus memanggil dan mengetuk pintu kamar itu, Daniel akan marah padanya.
Alika berharap jika Daniel mau membuka hati untuknya, setidaknya mau berbicara tatap muka dengannya, bukan hanya terus membelakangi. Alika tahu wajahnya memang terlihat jelek tapi wajahnya itu tidak menakutkan bukan. Sekali lagi Alika menghela nafas berharap jika Daniel segera membuka hati dan menganggapnya benar-benar sebagai istri.
“Mana Daniel?” tanya kakek Admanegara.
“Tuan muda sedang jalan-jalan di taman tuan.” Jawab pak Benny yang selalu mendampingi kakek Admanegara.
“hahhh, aku khawatir dengannya. Masa lalu itu sepertinya masih begitu membalas di hatinya.”
Kakek Admanegara tahu jika kenangan pahit di masa lalu itu masih menghantui Daniel sampai hari ini. Dia juga tahu jika Daniel masih mencari orang yang bertanggung jawab atas semua itu.
Kakek Admanegara pun sama, dia juga tidak pernah berhenti mencari orang yang membunuh anak dan juga menantu perempuannya.
Dia akan membuat orang itu membayar mahal atas perbuatan yang dia lakukan. Dia pastikan itu.
Daniel ber jalan-jalan di taman rumah, bayangan masa kecil saat dia bermain bersama ibunya terlintas kembali. Seakan nyata, dia melihat dirinya yang kecil berlari-lari dengan riang.
Di belakang ada ibunya yang mengajarkan dengan suara tawa yang begitu merdu. Daniel rindu suara tawa itu, rindu pada senyum yang menenangkan hatinya. Senyum dan tawa yang sudah bertahun-tahun hilang dari pandangannya.
“Seharusnya kita tidak datang kemari.” Ucap Daniel dengan sendu.
“Tuan.” Gumam Zicko. Karena, dia bisa merasakan perasaan luka yang tengah di rasakan oleh tuannya itu.
“Seperti aku tidak bisa berlama-lama di sini.”
“Apa tuan ingin pergi sekarang?” tanya Zicko.
“Sebaiknya begitu, aku tidak tahan jika harus berlama-lama melihat wajah yang tidak bisa ku sentuh.”
Bayangan ibunya terus dia lihat dengan suara tawa yang begitu indah, tapi sayangnya semua itu hanya secarik kenangan yang tidak bisa menjadi nyata lagi.
Karena wanita yang dia sayangi dan cintai itu sudah berada di liang lahat meninggalkan baru nisan dan kenangan yang menyakitkan.
“Kenapa kamu tidak menginap malam ini?” Tanya kakek Admanegara yang sebenarnya belum puas melihat wajah cucunya itu.
“Aku tidak bisa kek, Alika sendiri di rumah.” Jawab Daniel yang sebenarnya hanya alasan saja.
Karena, tadi dia sudah menyuruh beberapa orang untuk menjaga Alika dari jauh. Dia hanya tidak bisa berada di rumah itu dengan dihantui oleh kenangan yang menggerogoti hati dan otaknya, karena semua kenangan di masa lalu terus saja terputar bak film tanpa jeda iklan.
Dia tidak ingin usahanya selama bertahun-tahun agar terlihat baik-baik saja menjadi sirna, perjalanannya untuk mendapatkan si pembuat angkara masih panjang. Jadi dia tidak ingin semuanya sia-sia.
Kakek Admanegara pun tidak bisa memasak Daniel untuk tinggal, dia tahu kenangan itu bersarang di rumahnya membawa cucunya tidak akan bisa berlama-lama di rumah itu.
Sama seperti Daniel, kakek Admanegara berharap jika si pelaku akan cepat di temukan dan akan dia adili dengan caranya sendiri. Cara yang akan membuat orang-orang yang bertanggung jawab itu akan menyesali perbuatannya bahkan saat dia menghabiskan nafas terakhir.
...****************...
Support author dengan like, komen dan vote ya, terima kasih :)
kenapa Hellen gak diselesaikan sekalian Thor 🙏🙏🙏🙏🙏
overall... happy ending../Smile//Smile//Smile/
Asli jujur suka banget saya sama ceritanya 👍👍👍🤗🤗🤗
tinggal Helen tuhhh ketemuin sama jodohnya Thor 👍😅