Di antara cinta yang tak terucap dan janji yang tak sengaja diucapkan harus menjadi sesuatu yang ditanggung jawabi oleh Rafael. Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan yang hampir terbilang sempurna, Rafael harus kehilangan wanita yang dicintainya sekaligus menerima kehadiran seorang gadis yang sangat ia sayangi—Adeline.
Dua tahun setelah pernikahannya dan bangun dari segala keterpurukannya, Rafael harus terjebak dalam sebuah dilema. Apakah ia akan memilih cinta yang sebelumnya hilang atau tetap bersama dengan seseorang yang selama ini menemani masa-masa sulitnya? Setiap pilihan datang dengan konsekuensi dan setiap keputusan menuntunnya pada jalan yang tak terduga.
Ketika cinta dan masa lalu bertabrakan, apakah Rafael akan mengikuti hati atau logika? Bagaimana jika pilihan yang benar ternyata sesuatu hal yang paling sulit ia jalani? Temukan kisahnya dengan meng-klik ‘Mulai Membaca’.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyushine / Widi Az Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HC 03 - Bersama Dengannya
Tiba dikantornya, Rafael segera mengecek ponselnya, pasalnya dia menerima kabar bahwa tim pencari disana menemukan dua korban wanita, menunggu hasil dari tes DNA membuat Rafael berdebar kencang.
Selagi menunggu hasil tes keluar, Rafael mengikuti meeting mingguan yang harus dilaksanakan hari ini. Dia memang tengah berduka, namun dia harus tetap bekerja secara professional demi kelanjutan perusahaan yang ia kendalikan.
“Jadi bagaimana? Dapatkah aku menerima laporan dari kalian?” Tukas Rafael dengan wajah tegas dan lugasnya. “Daren segera bacakan beberapa laporan yang masuk.” Para penanggung jawab cabang perusahaan yang dipercaya oleh Rafael pun bergegas untuk menyerahkan semua data mereka.
Rafael bukannya tidak mempercayai data yang telah dibuat oleh mereka, dia memiliki alasan tersendiri kenapa harus Daren yang mengecek dan membacakan semua laporan tersebut. Hal tersebut dilakukan karena Daren memiliki mata jeli dalam menganalisis sebuah tulisan, hanya dengan menggunakan matanya saja, pria itu tau bahwa data itu sudah dimanipulasi atau tidak.
“Campagne Resort memiliki kenaikan saham sebanyak 2%, selain itu kenaikan Campagne Resort pun masih memiliki citra yang cukup baik, bahkan masih menduduki peringkat pertama dalam hotel pencarian di kota ini.”
“Pencapaian yang bagus,” ulas Rafael.
Rafael, dirinya merupakan pengusaha muda yang terbilang cukup sukses di kotanya, bagaimana tidak, saat di usianya menginjak 25 tahun, dia berhasil mendirikan 3 hotel yang dikenal bahkan sering digunakan oleh orang-orang besar dinegaranya. Meski keluar jalur dari perusahaan yang telah dirintis oleh keluarganya, Rafael hanya ingin membuka gebrakan baru dengan semua hal yang telah dipelajari olehnya.
Yah, pria itu kini memiliki perusahaan dalam bidang jasa, dan sejauh ini, di usianya yang telah 30 tahun, Rafael sudah memiliki 8 hotel yang menyebar di kota lainnya dan semuanya meraih kesuksesan yang sama seperti hotel-hotel lainnya.
“Ravelt Hotels. Dua minggu lalu mendapat kritik bahwa pelayanan yang diberikan oleh beberapa karyawan kurang baik terhadap tamu, hal tersebut membuat saham turun sebanyak 0.3%, kemudian…”
“… ini sudah bukan yang pertama atau kedua kalinya Ravelt memiliki citra yang kurang baik. Evan, bisakah kamu lebih selektif lagi dalam memilih dan menentukan seorang karyawan? Jangan terlalu memanjakan karyawanmu sehingga mereka bertindak seenaknya pada tamu.”
“Maafkan saya tuan, saya akan melakukan teguran pada karyawan yang bersangkutan.”
Semua laporan telah dibacakan oleh Daren, dan mereka melakukan persiapan untuk tahun baru. Setiap tahun hotel-hotel dan anak perusahaan yang didirikan oleh Rafael selalu membuat acara dan seperti biasa jika acara tersebut akan diselenggarakan tepat di Gents Art Interior yang dimana tempat dirinya berada sekarang.
Rapat telah usai dan dengan cepat Rafael mengecek ponselnya, sejak tadi dia menunggu hasil tes DNA keluar. Jantungnya berdebar cepat kala melihat laporan dokumen yang diterima olehnya, dia menarik napasnya sebelum akhirnya membuka dokumen tersebut.
Air matanya mengalir seusai membaca isi dokumen tersebut, Daren yang melihat hal tersebut pun terkejut dan langsng berjalan mendekat ke arahnya. “Apa yang terjadi? Apa kamu mendapat kabar soal Rachel?” Tanya Daren penasaran.
“Ada kesempatan untuk Rachel masih hidup, dari data yang kuterima tidak ada DNA atas nama dirinya.” Rafael bergumam dengan nada seraknya.
“Tetapi aku pikir hal itu tetap mustahil, lagi pul…”
“… keajaiban Tuhan itu ada, dan selama kamu percaya, kamu pasti akan merasakannya.”
Daren menghela napas mendengar jawaban dari Rafael, ya dirinya memang salah karena mengatakan hal tersebut dihadapan orang yang tengah berduka sekaligus masih mengharapkannya kembali.
“Daren, bisakah kau terbang ke Lisboa dan memantau kondisi disana? Rasanya aku akan lebih percaya padamu.”
“Kau menyuruhku kesana, bukan karena kau kesal dengan pernyataanku, ‘kan?”
“Tidak sama sekali, aku juga mengerti maksudmu. Tetapi aku minta tolong padamu untuk terbang kesana selama sebulan, entah kenapa aku merasa yakin bahwa dalam waktu dekat, aku akan menerima kabar darinya.”
Mendengar permintaan tersebut membuat Daren menghela napasnya dan mau tak mau ia pun mengikuti keinginan dari bosnya tersebut. Saat jam makan siang, Daren diberikan waktu untuk pulang agar dapat menyiapkan barang keberangkatannya.
Daren yang telah kembali ke apartmentnya, dan Rafael yang memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Dia tak melupakan janjinya pada Adeline, dia pun bergegas kesana untuk membawanya makan siang bersama.
Di waktu yang bersamaan, Adeline pun sudah mengganti pakaiannya dan segera menuju lobby,dia tidak ingin membuat pria itu menunggunya lama. Efran yang melihat Adeline tengah terburu-buru langsung menahan langkahnya dengan berdiri dihadapannya.
“Kau mau kemana? Tidak pergi makan siang?”
“Aku akan makan siang diluar hari ini.” Tuturnya dengan nada yang terdengar begitu bahagia. “Aku janji akan kembali tepat waktu, sampai jumpa.” Adeline menambahkan dan berlalu meninggalkan Efran.
Pria itu memandang punggung Adeline yang semakin menjauh. Ia yang penasaran pun mengekori kepergian Adeline, dirinya ingin tahu dengan siapa gadis itu pergi, sehingga membuat gadis itu tampak bersemangat.
Adeline melambaikan tangannya ketika melihat seseorang yang dikenalnya keluar dari mobil. Efran menyipitkan kedua matanya dan ternyata Adeline pergi dengan seorang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Rafael Wilbur.
Melihat raut wajah Adeline yang sangat bahagia saat bersama pria itu, hati merasakan sebuah kebimbangan. Bagaimana tidak? Pasalnya, Efran merasakan sesuatu yang tidak beres hanya dengan melihat Rafael. Efran tampak tidak mempercayai pria tersebut.
Efran melangkahkan kakinya menuju ruangannya, ia makan dengan makanan yang sudah ia pesan sebelumnya melalui OB rumah sakit saat mengetahui Adeline akan pergi makan diluar.
Sedangkan ditempat lain, Adeline baru saja tiba disalah restaurant yang letaknya tak jauh dari rumah sakit tempat dirinya bekerja, dia tidak tahu bahwa ternyata ada restaurant sebagus itu didekat rumah sakit.
Melihat menu-menu yang ditawarkan di restaurant membuat Adeline merasa tergiur, rasanya ingin sekali memesan semua makanan yang tertera di buku. Bagi Rafael, raut Adeline saat ini begitu menggemaskan sehingga sebuah tawa kecil keluar dari bibirnya.
“Kenapa? Apa ada yang lucu?”
“Bagaimana tidak lucu? Air liurmu mungkin hampir menetes hanya karena melihat menu yang ada dibuku tersebut.” Sahut Rafael yang masih menyisakan tawanya.
“Itu karena semuanya terlihat begitu enak.”
“Pesan apapun yang kau suka. Kau boleh memakan apapun yang kau mau. Setelah dari sini, aku juga akan mengajakmu jalan-jalan.”
“EH? Tetapi aku harus kembali bekerja,”
“Tidak perlu risaukan itu, aku yang akan menghubungi pihak rumah sakit sehingga kau bisa keluar bersamaku.”
Adeline memang terlihat tampak gusar, karena bagaimana pun dirinya merupakan perawat baru disana, dan ia tidak bisa seenaknya hanya karena Rafael seorang pengusaha muda nan sukses juga sangat terkenal di wilayahnya.
Mencoba membujuk Rafael, namun tampaknya bujukannya itu tidak berpengaruh sedikit pun, karena ketika pria itu sudah memutuskan, akan sulit untuk merubah keputusannya tersebut.
Sangat mudah bagi Rafael untuk mendapatkan nomor pimpinan rumah sakit tempat Adeline bekerja, bahkan selain memintakan izin untuk gadis yang tengah bersamanya, sebagai permintaan maaf, Rafael menjanjikan akan menjadi salah satu donatur di rumah sakit tersebut.