WANTED DILARANG JIPLAK !!! LIHAT TANGGAL TERBIT !!!
Karena ketidaksengajaan yang membuat Shania Cleoza Maheswari (siswi SMA) dan Arkala Mahesa (guru kimia) mengikat janji sehidup semati di hadapan Tuhan.
Shania adalah gadis dengan segudang kenakalan remaja terpaksa menikah muda dengan gurunya Arka, yang terkenal dingin, angkuh dan galak.
Tapi perjuangan cinta Shania tak sia sia, Arka dapat membuka hatinya untuk Shania, bahkan Arka sangat mencintai Shania, hanya saja perlakuan dingin Arka di awal pernikahan mereka membuat lubang menganga dalam hati Shania, bukan hanya itu saja cobaan rumah tangga yang mereka hadapi, Shania memiliki segudang cita cita dan asa di hidupnya, salah satunya menjadi atlit basket nasional, akankah Arka merelakan Shania, mengorbankan kehidupan rumah tangga impiannya ?
Bagaimana cara Arka menyikapi sifat kekanakan Shania.Dan bagaimana pula Arka membimbing Shania menjadi partner hidup untuk saling berbagi? ikuti yu asam manis kehidupan mereka disini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai khawatir
Akhirnya apa yang Shania hindari benar terjadi, Arka yang mencari ketiga trio sengklek Deni, Guntur dan Ari menemukannya sedang diceramahi pak Hadi bersama ketiga trio badung itu. Pak Hadi guru kesayangan keempatnya, dibanding dengan guru mata pelajaran, keempatnya lebih sering bersama pak Hadi. Ini kali pertamanya mendapat surat panggilan semenjak menjadi wali Shania.
Beberapa kali Arka melemparkan sorotan mata kill pada Shania.
"Bisa tidak sehari saja tidak usah berulah ?!" helaan nafas Arka lelah. Shania memainkan ujung ujung sepatunya, pemandangan di bawah lantai sepertinya lebih asyik ditatap dibandingkan tatapan maut Arka.
"Iya ah, besok besok engga.." jawab Shania cuek.
"Abisnya pak Komar kalo ngajar kaya orang lagi nina boboin ! jadinya suntuk, " jawab Shania lagi membela diri. Tapi sepertinya sia sia saja karena Arka tak mau mendengar pembelaan apapun lagi darinya, mau bagaimana pun Shania tetap salah.
Tatapan Arka membuat Shania menunduk, "iya maaf pak, ga akan diulangi lagi !" cicitnya.
"Janji ?!"
"Janji !!" seru Shania menunjukkan jari kelingkingnya.
"Kalau kamu sampai melanggar apa jaminannya?" tanya Arka, Shania menggidikan bahunya. Pasalnya ia tak memiliki barang apapun untuk dijaminkan.
"Untuk mendapatkan uang jajan, kamu harus mencari sendiri, karena pemotongan uang jajan akan saya perpanjang," jawab Arka memijit pangkal hidungnya.
"Yaaa...jangan dong pak !" Shania memohon dengan tatapan puppy eyes nya seraya menggelayuti lengan Arka.
"Makanya jangan nakal ! ini untuk kebaikanmu sendiri Shania, " Arka mendorong pelan jidat Shania.
"Yes sir !!!" Shania berlari keluar ruang guru dengan wajah lega. Arka ternyata tak se seram yang ia bayangkan. Mungkin lagi dapet jackpot, pikir Shania.
"Gue kira gue bakalan direbus tadi !" gumamnya.
*****************
"Pak, pulangnya jangan malem malem, Shania takut sendiri di rumah !" gidiknya.
"Tapi saya bekerja Shania, " jawabnya sebelum masuk ke dalam mobil.
"Di rumah Shania sendirian, kalo ada s3tan gimana ?!" kembali gadis itu bergidik.
"Yang ada kamu s3tannya Sha, yang sering gangguin saya, " batin Arka.
"Mana ada s3tan, ngaco !" jawab Arka mencibir.
"Ada pak ! Emang bapak ga kasian apa ?! Istri cantiknya diterkam hantu ?! Mana hantu tuh suka sama darah perawan pak," jawab Shania dengan bibir manyunnya. Arka hampir saja meledakkan tawanya.
"Mana mau dia makan darah kamu, sebelum dia melahap kamu dia sudah pusing duluan ! sudah, saya pergi dulu, hati hati pulangnya, " jawab Arka masuk ke dalam mobil.
Shania berdecak melihat Arka yang semakin jauh dari pandangan. Ia harus kembali membereskan perpustakaan selama 2 bulan ke depan.
"Sha !" Inez melambaikan tangannya.
"Kenapa? mau bantuin ?" tanya nya mengelap meja tempat anak anak membaca.
"Ogah ah ! gue mau ajak makan siang nih ! nongkrong bareng yu !" ajak Inez.
"Tumben, ibu loe ga marah ? loe balik telat," jawab Shania.
"Ibu lagi arisan, " ucap Inez.
"Oke kuy, kebetulan pak Arka juga kerja...ibu mertua lagi balik ke Surabaya, di rumah ga ada siapa siapa, takut gue !" gidik Shania.
"Oke gue tunggu loe sampe selesai deh !" jawab Inez yang duduk menemani Shania.
Keduanya tengah bergurau dan sesekali tertawa karena celotehan Shania, sampai tiba tiba kedua mata mereka memicing melihat Maya yang baru selesai mengerjakan hukumannya.
"Eh, anak anak pada ribut kemaren !" bisik Inez. Shania mengangkat alisnya, this is time for gosip. Inez sudah seperti Feni mawar, ia selalu tau dengan kabar berita viral di sekolah.
"Kenapa?"
"Kemaren siang si Maya dijemput om om sugarnya di depan sana, banyak yang liat!"
"Kan emang udah ga aneh juga," jawab Shania.
"Yang ini tuh beda, kata anak anak sih salah satu guru di SMA sebelah," jawab Inez.
Shania berdecak, jangankan dijemput ia bahkan sudah menikah dengan Arka.
"Loe nyindir gue Nez ? gue married malahan," cebiknya, Inez tertawa baru saja sadar jika temannya ini istri guru.
"Iya, gue lupa !" kikiknya.
"Ck, gue pel juga nih muka loe !" ketusnya.
"Eh, Sha ! tadi loe bolos pelajaran pak Komar kemana? bareng trio badung ?" tanya Inez.
"Iya, bareng mereka."
"Loe tau ga Sha, si Deni kan sekarang maenannya club malam ?!" tanya Inez.
"Terserah lah Nez, gue ga pengen ikut campur juga, yang penting mereka ga bikin gue rugi, itu aja. Masalah peribadi mereka..." Shania menggantung ucapannya.
"Whatever lah.." lanjutnya, padahal ia yang lebih tau dengan Deni, Guntur dan Ari.
Shania sudah selesai mengerjakan hukumannya hari ini, ia dan Inez kemudian keluar dari sekolah, menyetop taksi.
"Sha ! di deket sini ada cafe yang lagi hits loh !" seru Inez.
"Dimana?" tanya Shania.
Belum menjawab pertanyaan Shania, Inez sudah menyetop taksi, "pak, stop disitu !"
"Ohh, kalo ini mah gue juga udah pernah nyoba, Nez !" tiba tiba Shania teringat dengan Dimas.
"Gue kenal salah satu karyawannya, yuu ikut !" Shania yang awalnya biasa saja jadi semangat.
Mereka masuk, benar saja.. cafe memang ramai, mereka hampir tak bisa menemukan tempat untuk duduk. Beruntung Shania melihat Dimas.
"Ka Dimas !!!" Shania melambaikan tangannya ke arah Dimas.
"Shania, " Dimas tersenyum melihat gadis itu kembali lagi.
"Ka, penuh ya ? temenku pengen nyoba nongkrong disini, " ucap Shania.
"Oh, sini masih ada ko tempat. Tapi belum kubersiin, " jawab Dimas.
"Ga apa apa nunggu kubersiin dulu ?" tanya Dimas lagi.
"Ga apa apa ka, " jawab Inez cepat.
"Ya udah, sini !" ajak Dimas.
Mata Shania celingukan melihat sekelilingnya, cocok sih kalo ramai, makanannya cukup enak, tempatnya juga cozy. Kebanyakan anak muda.
"Katanya disini ada karyawan ganteng Sha, tapi gue ga tau bener apa engga, " bisik Inez tertawa.
"Masa sih, pantes aja loe ngajakin kesini !" Toyor Shania.
"Kan ini babang tamvan nya !" seru Dimas menanggapi kelakar keduanya.
"Eh, gue ngomong kekencengan ya," kikuk Inez.
"Bukan lagi dek, satu rt bisa denger !" seloroh Dimas lagi.
"Ah ka Dimas bisa aja, " keduanya duduk.
"Oke mau pesan apa?" tanya Dimas.
"Aku kaya waktu itu ya ka Dim, " jawab Shania.
"Oke Shania cantik, temennya mau pesen apa?" tanya nya lagi bersiap dengan note dan pulpennya.
" Samain aja ka, " jawab Inez, Dimas mengangguk, tapi selepas kepergian Dimas, Inez menyenggol bahu Shania.
"Cie, Shania cantik !" godanya membuat Shania memutar bola mata jengah.
"Enak ya Sha, pantes aja tempatnya hits, tapi gue masih penasaran karyawannya yang mana yang dibilang gantengnya ngalahin artis korea," ujar Inez lirih.
"Bagi gue yang ganteng tetep pak Arka," jawab Shania jumawa.
"Cih, bucin !" decih Inez.
"Makanan datang !" seru Dimas membawa nampan pesanan keduanya.
Dimas malah dengan santainya duduk bersama kedua gadis ini, obrolan ketiganya nyambung bak aliran listrik, mengalir begitu saja.
"Luk, mana Dimas ?" tanya Arka mengusap keringat di dahinya.
"Tuh mojok sama pengunjung cewek !" kekeh Lukman.
"Astaga ! cafe lagi rame juga, bukannya kerja ! oh iya, yang lamar kerja kemaren mana CV nya, kirim ke kantor !" tanya Arka, sepertinya sekarang ia harus menambah karyawan di cafenya.
"Oke siap, " jawab Lukman. Arka membuka celemeknya dan menghampiri Dimas dengan gelengan kepala.
"Dim !" panggilnya, tapi saat melihat kedua gadis yang tengah bersama Dimas, ia terkejut. Shania dan Inez pun tak kalah terkejut.
"Pak Arka !" tunjuk keduanya.
"Shania, kamu ngikutin saya ?!" tuduh Arka. Shania menggelengkan kepalanya.
"Jadi bapak kerja disini ?" tanya Shania.
"Ka, loe kenal Shania ?!" tanya Dimas.
"Kenal lah ! dia...."
"Aku murid pak Arka di sekolah !" jawab Shania cepat.
"Ohhh !" Dimas tertawa, ia mendekati Arka dan menyenggol nyenggol Arka.
"Bisa dong ya, Ka ! kalo pengen kirim kirim salam, " ia menaik turunkan alisnya, sedangkan Arka menatap Dimas penuh telisik.
"Woah, kalo tau pak Arka kerja disini udah tiap hari Shania kesini !" seru Shania. Arka menarik Shania menjauh dari keduanya, Inez hanya diam canggung di situasi ini.
"Kenapa ga langsung pulang ?" tanya Arka, jujur saja ada rasa tak suka di benaknya, tapi entah tak suka karena apa, yang jelas Arka tak suka jika Shania disini sekarang.
"Shania takut di rumah pak, ini juga abis makan langsung pulang ko, " ujar Shania memainkan kedua telunjuknya.
"Ya sudah setelah makanan habis kamu pulang, makanan biar saya yang bayar !" jawabnya, Shania tersenyum lebar.
"Makasih," akhir akhir ini Shania sering sekali menggelayuti lengannya dengan mata berbinarnya dan itu tak bagus untuk kesehatan hatinya.
**************
"Loe kenapa ga bilang kenal Shania bro ? tau gitu gue titip titip salam buat doi !" ujar Dimas tersenyum senyum, seperti orang tengah falling in love.
"Wah udah ga waras nih orang, masa suka sama bocah gitu !" ledek Lukman seraya tertawa. Sementara Arka, tak ada yang lucu untuknya, jangankan tertawa, senyum saja tidak, wajahnya kecut dan masam.
"Ngapain ? loe suka ?" tanya Arka.
"Kayanya sii, lucu ga sih gue suka sama anak SMA ?!" Dimas terkekeh menertawakan kekonyolannya suka pada anak SMA.
"Ga boleh !" ucapan Arka membuat Lukman dan Dimas sendiri mengerutkan dahinya.
"Lah kenapa ?!" tanya Dimas mendengus.
"Soalnya...soalnya dia anak murid gue di sekolah !" jawab Arka mencari alasan untuk menutupi alasan sebenarnya.
Mendadak hati Arka tak tenang, mengingat permintaan Shania yang memintanya jangan pulang malam, karena ia takut sendiri.
Ia melirik arloji di tangannya.
"Gue cabut ya, jangan lupa besok panggilan buat pelamar, " ucap Arka merapikan pakaiannya.
"Loh, masih sore loh ini, cafe juga masih rame !" jawab Dimas.
"Gue mesti ngurus sesuatu !"
"Pasti Alya !" gumam Dimas, Lukman melirik Dimas.
"So tau," jawab Lukman di telinga Dimas.
.
.
.
.
.
.
nyambung dimana tuh panggilan? gak ada keren"nya gak sepaket amat. mereka masih muda bagusnya mommy daddy, ayah ibu ketuaan untuk mereka terlebih sih shania. kan kalau mommy kece buat shanian...hot mommy,..lah kenapa beda sama si lakinya berasa salah satunya orang tua sambung si xia😪
baru bener😪