Perjalanan hidup seorang wanita bernama Ayesha yang ingin mendapatkan kebahagiaan dari keluarga sang suami yang penuh dengan toxic. Berbagai hinaan dan cacian dari keluarga suami sudah menjadi makanan sehari-hari. Meski begitu, tak sedikitpun suaminya mau membelanya karena takut dicap sebagai anak durhaka.
Dan demi sebuah kata bakti, sang suami tega mencampakkan anak istrinya. Bahkan dia berani bermain hati dengan wanita idaman lain.
Akankah Yesha, bertahan dalam keluarga toxic suaminya?
Atau menyerah, dan mencari kebahagiaannya sendiri?
Ikuti terus cerita ini ya,
Dan jangan lupa dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan dan Rasa Syukur
Dika dan Violet pulang ke rumah bu Ayu dengan wajah yang berbeda. Dika dengan wajah sendunya karena resmi berpisah dengan Yesha sebelum dia mengetahui perasaan yang sebenarnya kepada Yesha, apakah itu cinta atau biasa saja.
Sedangkan Vio merasa bahagia karena pada akhirnya Dika bercerai dengan istrinya itu. Dan dia akan menjadi milik Dika satu-satunya. Setelah ini, Vio akan mendesak Dika untuk menikahinya, itulah rencana Vio.
Bu Ayu menyambuy kedatangan Anaknya dan calon menantunya itu dengan antusias. Dia tidak sabar mendengarkan kabar yang akan dibawa kedua orang itu.
"Bagaimana hasilnya? " tanya bu Ayu tidak sabaran.
"Resmi bercerai dong bu. " vio yang menjawab.
"Ah, syukurlah kita harus merayakan ini Vio. Bagaimana kalau kita makan malam di luar." usul bu Ayu.
"Maaf bu, aku nggak punya uang untuk mentraktir semua orang. Sekarang lagi tanggal tua" Dika buru-buru memotong keinginan ibunya itu.
"Kamu itu, Dik. jangan pelit-pelit jadi orang, apalagi sama keluarga sendiri. " bu Ayu memasang tampang kesalnya,karena biasanya Dika akan luluh dengan tampang bu Ayu kalau lagi merajuk.
Tapi kali ini beda, Dika tidak luluh sama sekali dengan sandiwara ibunya itu. Dia cuek, lalu segera berjalan ke kamarnya.
"Aku mau tidur dulu capek. Vio, kamu bisa pulang sendiri kan? " tak lupa Dika bertanya kepada Vio, bagaimanapun Vio adalah atasan sekaligus kekasihnya.
"Iya, aku pulang sebentar lagi. "
Tanpa mendengar apapun lagi yang keluar dari mulut ibunya, Dika segera masuk ke dalam kamar dan menguncinya. Dia ingin sendiri saat ini. Perceraiannya dengan Yesha merupakan salah satu kegagalannya dalam membina rumah tangga. Dika sangat menyesal kenapa dari dulu dia tidak bersikap baik pada Yesha dan anak kandungnya Aksa. Apalagi sekarang Yesha terlihat makin cantik, tubuhnya makin berisi. Dulu saat menikah dengannya Yesha tidak terlihat cantik seperti saat ini. Karena jangankan untuk membeli skin care, untuk membeli makanan sehari-hari aja susah.
Kenapa dia harus menelantarkan istri dan anaknya, hanya demi sebuah kata bakti seorang anak kepada ibunya, padahal dia memiliki kewajiban kepada istri dan anaknya. Kenapa dia harus percaya dengan hasutan ibu dan saudaranya tentang Yesha. padahal selama yang dia tau Yesha adalah wanita yang baik dan penurut. Dan kenapa juga dia harus berselingkuh dengan Vio atasannya di kantor, yang pada akhirnya terus mengejarnya sampai saat ini
Kenapa? kenapa? kenapa?
Hanya kata itu yang terlintas di benak Dika saat ini. Menyesal... sudah terlambat. Tak ada yang harus di sesali, dia harus menata hatinya lagi. Mungkin jodohnya dengan Yesha hanya sampai disini. Jika Yesha sudah bisa move on dan hidup mandiri dengan anaknya, kenapa sekarang dia yang harus terpuruk.
"Tidak... aku tidak boleh kalah dari Yesha, aku juga harus bangkit, dan melupakan Yesha. " pikirnya.
Dika segera merebahkan dirinya di atas ranjang, mungkin dengan istirahat sebentar dia bisa berpikir jernih setelah ini.
*
*
Lain Dika maka lain pula dengan Yesha.
Setelah di antar pulang oleh Abhi, Yesha langsung menuju kamarnya. Dia langsung melakukan sujud syukur. Karena pada akhirnya dia bisa terlepas dari pernikahan dengan Dika. Setelah ini dia akan memperbaiki kehidupannya dengan Aksa. Dia ingin menjadi wanita mandiri yang sukses. Dan akan menyumpal mulut-mulut orang yang sudah merendahkannya selama ini.
Yesha akan membuka toko yang lebih besar lagi dan rencananya akan membuka rumah makan sederhana dengan menu rumahan.Karena dia sepertinya sudah memiliki pelanggan tetap saat ini.
Mengingat hal itu Yesha jadi tersenyum sendiri. Saat Abhi mengatakan ingin di buatkan bekal makan siang selama empat bulan. Karena tidak tega Yesha pun mengiyakan. Dia sudah melihat dengan mata kepala nya sendiri saat Abhi tidak bisa memakan makanan dari luar, kecuali roti dan susu. Alhasil makanan yang tadi dipesan cukup banyak harus di bungkus. Dan akan diberikan kepada Satpam ataupun Bi sum dan Lisa. Karena Yesha sendiri sudah kenyang. Memang dasar orang kaya, memesan makanan seenaknya, tapi ujung-ujungnya nggak di makan. Lalu mau ditinggal begitu aja. Mereka tidak pernah tau bagaimana susahnya mencari makan.
Yesha keluar dari kamarnya dan menuju dapur mencari bi Sum.
"Bi.. bi sum... " panggilnya.
Bi sum yang lagi jaga tokopun langsung berlari menemui Yesha yang ada di dapur.
"Ada apa mbak? " tanya Bi Sum dengan napas tersengal.
"Bi sum dari mana? " tanya Yesha tanpa easa bersalah.
"Bibi sedang jaga toko mbak. "
"Oohh, ini ada makanan. Tadi nggak ada yang makan jadi aku bungkus, dan aku bawa pulang, mubadzir kan bi. Pesen banyak, tapi buat dua orang. Nggak di makan pula." kata Yesha ngedumel tapi sambil menyunggingkan senyumnya.
" Bibi berikan ke satpam ya? sama Lisa kalau dia mau makan, bibi juga. " kata Yesha lagi.
"Iya mbak, ini sepertinya makanan restoran ya mbak? " tanya bi Sumi yang penasaran dengan bentuk makanannya.
"Iya, tadi mas Abhi yang pesen, tapi dia nggak mau makan. Cuma makan beberapa suap, terus di taruh. " kata Yesha menjelaskan. Dia tidak mau fikira memberikan makanan sisa. Padahal tidak semua makanan itu di sentuh Yesha dan Abhi. Hanya beberapa saja, dan sisanya masih utuh.
"Masa sih mbak, padahal kalau makan di sini lahap baget lho. Kayak nggak ingat sama orang sekitarnya. " Bi sum tak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Beneran bi, karena mas Abhi nggak makan, jadi aku pesankan roti sama susu gitu tadi. Kasihan ya, bi makannya cuma gituan aja. "
Bi sum mengangguk setuju.
"Lalu bagaimana sidangnya mbak? apa sudah ketok palu?" tanya bi Sum penasaran.
"Alhamdulillah, sudah bi. Sekarang statusku turun jadi janda ya, bi. " kata Yesha, yang menahan air matanya.
"Nggak apa-apa mbak, bibi juga janda tanpa anak. Tapi bibi tetap bersyukur. Mbak Yesha madih muda, punya usaha juga bentar lagi juga banyak yang ngelamar mbak Yesha. " kata Bi sum sambil terkekeh mencoba menghibur majikannya itu.
Mereka pun menyiapkan makanan yang tadi dibawa Yesha. Dan membaginya untuk orang-orang yang menjadi pegawai Yesha.
Yesha sedang duduk termenung, memikirkan sesuatu. Dia sedang berpikir keras bagaimana caranya rumahnya bisa menjadi tempat tinggal sekaligus tempat usaha. Haruskah dia membangun rumah lantai dua? atau membeli rumah di sebelah rumahnya lagi? Kepada siapa dia harus bertukar pikiran kalau begini.
Saat Yesha masih asik dengan pikirannya, Jihan masuk kedalam rumah dengan Aksa. Mereka berdua persis seperti kakak adik, kemana-mana pasti bareng kalau ketemu. Jihan yang menginginkan seorang adik tapi tidak dia dapatkan dari mamanya, sekarang bisa menganggap Aksa sebagai adiknya. Dan Yesha tidak keberatan dengan hal itu. Aksa juga sudah menganggap Jihan sebagai kakaknya.
"Ngapain mba, kok ngelamun aja. " sapa Jihan yang membuyarkan lamunan Jihan.
"Eh, kamu Jihan. Aksa mana? " Yesha celingukan mencari anaknya.
"Aksa mau pipis katanya. Mbak Yesha kenapa? lagi mikirin apa? " tanya Jihan kepo.
"Enggak, mbak cuma mikir, gimana caranya mbak mengembangkan usaha aja, tapi tetap di rumah. "
"Mbak Yesha emangnya mau buka usaha apa lagi? sembako, baju online, kost-kostan. Trus mau buka apa lagi? " tanya Jihan penasaran.
"Mbak pengen buka rumah makan sederhana. Dengan menu makanan rumahan Jihan. Entah itu konsepnya prasmanan atau gimana dipikir nanti. Yang mbak bingung, adalah tempatnya. " Yesha mengembuskan nafasnya kasar.
"Apa rumah ini di tingkat atau, membeli rumah sebelah aja ya? Soalnya denger-denger rumah sebelah katanya mau di jual, pemiliknya mau pulang kampung katanya. " Yesha jadi curhat dengan Jihan.
"Ya dihitung aja mbak, kalau mau renovasi rumah habisnya berapa, kalau beli rumah sebelah habisnya berapa. Jadi kita tau mana yang lebih murah. Kalau habisnya sama ya mending beli rumah sebelah mbk, tapi kalau rumah sebelah mahal dari pada renovasi, ya mending renovasi. Itu menurutku ya mbak." Jihan mengemukakakan pendapatnya.
Yesha membenarkan apa yang di katakan Jihan, rupanya pinter juga anak ini.
"Tapi mbak coba deh tanya mas Abhi. Mas Abhi itu pinter kalau di suruh hitung-hitungan kayak gitu mbak. Dia itu dulu pernah ambil jurusan arsitek lho mbK sebelum belok ke hukum. Soalnya papa kan kerjanya diproperti mbak. Jadi mas Abhi disuruh nerusin usaha papa nantinya. Tapi mas Abhi aja yang nggak mau nurut. Pengen maunya sendiri. " kata Jihan lagi, kali ini dia mulai gibahin kakaknya.
Mendengar kalimat panjang lebar Jihan membuat Yesha melongo. Ternyata Abhi memiliki sisi lain yang tidak di ketahui Yesha.
"Beneran? mas Abhi bisa? " tanya Yesha masih tak percaya.
"Bener mbak, yaelah nggak percaya sama adiknya sendiri. "
"Bukan gitu, yang mbak taukan mas Abhi cuma seorang pengacara. Nggak taunya juga seorang arsitek. " kata Yesha menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Besok, mbak Yesha ajak mas Abhi makan malam. Pasti seneng tuh dia, bisa makan masakan mbak Yesha lagi. Setelah makan baru mbak Yesha tanya-tanya sama mas Abhi. Nanti aku bantu ngomong deh mbak. " kata Jihan dengan mengedipkan sebelah matanya, membuat Yesha salah tingkah.
"Lihat besok deh, Jihan. " Yesha jadi salah tingkah.
tdk pake it's.
terimakasih
yg bener namanya siapa ..?