NovelToon NovelToon
The Fatalist: Legenda Para Nuswantarian

The Fatalist: Legenda Para Nuswantarian

Status: tamat
Genre:Tamat / Mengubah sejarah
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jack The Writer

NOVEL INI SUDAH TAMAT.. DENGAN KISAH EPIKNYA YANG MEMBAGONGKAN..

NANTIKAN NOVEL SAYA SELANJUTNYA..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jack The Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ch 034_bimbingan pertama

...___~V~___...

...GURU PEMBIMBING...

Sebulan kemudian..

di dalam kelas yang ramai, para siswa yang telah saling mengenal mulai bertukar cerita. Tiba-tiba, Guru Ahtreya masuk dan memulai pelajaran.

"Dengarkan baik-baik, hari ini setiap kelompok akan mendapatkan pembimbingnya masing-masing. Guru pembimbing kalian akan memimpin kalian dalam menjalankan misi nanti," kata Guru Ahtreya dengan tegas.

Mendengar pengumuman itu, para siswa mulai berbisik dan saling melirik satu sama lain.

"Hah, misi? Apakah kita sudah cukup siap untuk menjalankan misi?" tanya salah satu murid dengan nada penasaran.

"Entahlah, aku malas sekali jika harus terlibat dalam urusan semacam itu," jawab murid lainnya, sedikit cemas.

Guru Ahtreya melanjutkan penjelasan, bahwa pembentukan kelompok dan penugasan misi dengan guru pembimbing bertujuan untuk melatih mereka bekerja dalam tim, mengingat ujian tahap kedua akan dilaksanakan setahun lagi.

Setelah penjelasan itu, pembagian kelompok pun dimulai. Guru Ahtreya membacakan nama-nama kelompok, dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga siswa, dari total 30 siswa yang ada.

Singkat cerita, Nazzares tergabung dalam tim 9 bersama Arinda, seorang elf, dan Sukijan, seorang troll. Mereka akan bekerja bersama-sama dalam setiap misi yang akan datang. Kebetulan, guru pembimbing mereka adalah Guru Ahtreya.

Keesokan harinya, para siswa tidak lagi berkumpul di kelas, melainkan mulai berlatih bersama guru pembimbing masing-masing.

...___~V~___...

...bimbingan pertama tim 9 dengan guru ahterya....

Sebulan kemudian, di tanah luas di sebelah utara kerajaan Majapahit, tepat di pinggir hutan yang lebat, Guru Ahtreya mengumpulkan ketiga muridnya untuk memulai perkenalan mereka sebagai Tim 9.

"Sudah lebih dari satu bulan aku mengajarkan kalian teori di kelas, dan sekarang karena aku menjadi guru pendamping kalian, aku bisa lebih leluasa mengawasi kalian. Ada pertanyaan?" ujar Guru Ahtreya dengan nada yang tegas, namun tetap bijaksana.

Sukijan, dengan rasa ingin tahu yang meluap, mengangkat tangan dan bertanya, "Guru, kau seorang jenderal, bukan? Apakah tidak masalah merangkap jabatan seperti itu?"

Guru Ahtreya tampak terkejut dengan pertanyaan tersebut. "Haaa? Pertanyaan apa itu?" jawabnya dengan kebingungan.

Sukijan tersenyum, "Maksudku, bukankah menjadi jenderal itu cukup berat? Apa tidak keberatan merangkap menjadi guru juga?"

Guru Ahtreya menghela napas, mencoba untuk menenangkan diri. "Cukup… baik, aku akan menjawabnya. Jumlah Fatalis terbatas, jadi menjadi guru adalah hal yang wajar. Tidak ada yang salah dengan itu."

Namun di dalam hati, Guru Ahtreya mulai merasa kesal. Ia teringat tugas yang dulu diberikan Laksamana Vitjendra yang pemalas itu, yang memaksanya menggantikan tugasnya selama setahun penuh. "Elf tua sialan," gumamnya dalam hati, mengenang wajah Laksamana Vitjendra yang selalu malas bekerja.

"Apakah kalian sudah mengerti?" tanya Guru Ahtreya setelah beberapa saat.

"Baik," jawab serentak Nazzares, Arinda, dan Sukijan, suara mereka kompak, meskipun ada sedikit kecemasan di wajah mereka.

Setelah sebulan hanya mempelajari teori, kini Guru Ahtreya ingin melihat kemampuan praktis dari murid-muridnya. Ia memutuskan untuk meminta mereka mengeluarkan teknik mistis mereka, satu per satu.

"Arinda, tunjukkan kekuatanmu terlebih dahulu," perintah Guru Ahtreya.

"Baik, guru," jawab Arinda dengan mantap.

Arinda melangkah maju, mengatur napasnya, dan memejamkan mata sejenak. Dengan gerakan yang luwes, ia membentuk mudra (Shita Mudra) dan mengucapkan mantra dengan penuh keyakinan.

"SITAKRTI, MEMBEKULAH!" teriaknya dengan lantang, tangannya menempel pada tanah yang kering.

"Fwooooshhh... Krrrk-krrrk!"

Suara es yang membekukan disertai dengan retakan tajam yang menghancurkan ketenangan udara di sekitar mereka. Tanah di sekitarnya pun membeku dengan cepat. Arinda kembali ke tempatnya, matanya bersinar penuh rasa bangga.

"Waa..." Sukijan terpesona, tak bisa menahan kekagumannya.

"Bagus sekali," ujar Guru Ahtreya, mengangguk dengan puas. "Sekarang giliranmu, Sukijan."

"Baik, guru," jawab Sukijan, dengan rasa percaya diri yang jelas terlihat.

Dengan langkah tegap, Sukijan melangkah maju. Ia memosisikan tubuhnya dengan kokoh, lalu memasang mudra (Mudra Vajra) dan mulai mengumpulkan udara ke dalam dadanya. Dalam hatinya, ia mengarahkan kekuatan itu dengan penuh konsentrasi.

"SILAT LIDAH, AURA KEHANCURAN!" teriak Sukijan, suaranya memecah keheningan.

"AAAAAARRRRHHHH!" suaranya begitu keras dan menggelegar, seperti gelombang yang memecah segala sesuatu di sekitarnya.

Tiba-tiba, gumpalan es yang diciptakan Arinda hancur berkeping-keping. Tanah dan udara seakan tergetar oleh kekuatan suara itu. Guru Ahtreya, Nazzares, dan Arinda terpaksa menutup telinga mereka, tidak sanggup menahan gelombang suara yang begitu kuat.

"...Hahaha, sangat bagus," ujar Guru Ahtreya, tersenyum lebar, senang dengan perkembangan murid-muridnya.

"Sekarang giliranmu, Nazzares," lanjutnya, dengan tatapan yang lebih serius.

"Baik, guru," jawab Nazzares, suaranya tenang dan penuh percaya diri.

Nazzares melangkah maju dengan elegan, pedang Abhiseka di tangannya. Guru Ahtreya memperhatikannya dengan seksama, menyadari bahwa ia sudah mengenal Nazzares sejak insiden di Desa Gousan setahun lalu, namun ia belum pernah melihat potensi penuh dari muridnya ini.

"walaupun kau siswa dari jalur khusus tapi, Kau murid langsung Laksamana Vitjendra. Semoga kau tidak mengecewakanku" ucap Guru Ahtreya dalam hati, berdoa agar apa yang akan diperlihatkan Nazzares bisa mengesankan.

Nazzares mengangkat pedangnya dengan gerakan yang cepat, seolah siap untuk menebas. Semua orang menatapnya dengan penasaran. Arinda terkejut, "Apa dia tidak akan menggunakan mudra?" gumamnya.

Tiba-tiba, tanpa peringatan, Nazzares mengayunkan pedangnya dengan kekuatan luar biasa.

"SLASH!"

Tebasan itu membelah tanah di depannya dengan sangat dalam, meninggalkan jalur yang cukup panjang. Tanah yang tersayat begitu dalam, seolah tidak ada yang bisa menghalangi kekuatan tebasan tersebut.

"Srraaakkk!" Suara retakan tanah memenuhi udara, menggetarkan seluruh tempat.

Guru Ahtreya terbelalak, tidak percaya apa yang baru saja dilihatnya. "Apa itu?" bisiknya, matanya terbuka lebar, tidak percaya bahwa teknik mistis bisa dilepaskan tanpa syarat.

"Gleekkk..." Sukijan menelan ludah, tercengang dengan apa yang baru saja disaksikannya.

"Haaaa... benar-benar tanpa syarat," Arinda mengungkapkan kekagumannya, matanya tak bisa lepas dari hasil tebasan yang mengerikan itu.

"Sudah cukup, guru," ujar Nazzares, dengan tenang, seolah tidak ada yang istimewa.

"Bagus, sangat bagus!" jawab Guru Ahtreya, mengangguk puas. Arinda dan Sukijan segera mendekat dan memuji Nazzares.

Namun, Guru Ahtreya membuka gulungan data milik Nazzares dan melihat bahwa teknik mistis yang tercatat tidak memiliki nama. "Bukankah seharusnya ini tanpa nama? Mengapa ditulis tanpa warna?" gumamnya dalam hati, semakin bingung.

"Baik, semuanya tenanglah… Tiga hari lagi, jatah tim ini akan menjalankan misi yang sudah ditentukan. Jadi, bersiaplah kalian semua," ujar Guru Ahtreya dengan suara tegas, menandakan akhir dari sesi latihan.

"Baik," jawab serentak semua murid, siap untuk apa pun yang akan datang.

Bimbingan pertama hari itu, ditutup dengan sedikit informasi bahwa, mereka akan menjalankan misi.

Bersambung..

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!