Area dewasa karena ada adegan kekerasan dan dewasa. Harap bijak memilih bacaan sesuai umur.
"Aku akan mengambil semua milikmu hingga kau menangis darah dan bahkan melenyapkanmu dari dunia ini," LARA TAFETTA
Menceritakan tentan gadis bernama Lara yang menjalani hidupnya dengan begitu banyak ujian berat. Mengalami tindakan pembullyan hingga fitnah yang didapatnya dari seseorang yang membencinya hingga membuat Lara kehilangan semua impiannya yang telah dibangunnya selama bertahun-tahun.
Hal itu akhirnya merubah Lara menjadi gadis tanpa empati dan penuh dendam.
Pertemuannya dengan Phoenix Riley Robert, membuat Lara memanfaatkannya untuk membalas dendam pada seseorang yang sangat dibencinya.
NO PERSELINGKUHAN seperti biasanya dan LATAR LUAR NEGERI karena ada beberapa adegan dewasa di dalamnya.
Hanya karya author receh yang tulisan/PUEBI jauh dari sempurna... tapi dijamin alurnya menarik..😁 semoga sukaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#8
Hari ini, Lara akan mengikuti ujian tes penerima beasiswa di universitas yang akan ditujunya. Lara sudah sangat siap mengikuti ujian ini. Semalam dia kembali mempelajari dan memperdalam materi yang akan diujikan hari ini.
Lara akan berangkat ke universitas menggunakan bis. Dia berjalan kaki menuju perempatan jalan untuk menunggu bis yang akan mengarah ke universitas.
Lara menunggu bis di halte dan ada sedikit rasa gugup karena akan menghadapi ujian yang sangat penting dalam hidupnya ini. Karena ini adalah kesempatan satu-satunya untuk dirinya bisa masuk ke universitas impiannya.
TIN ... TIN ...
Sebuah mobil hitam berhenti di depan Lara. Kaca jendela mobil itu terbuka dan terlihat tuan Wilson serta Davina di dalamnya.
"Nak, masuklah. Kau akan ujian hari ini, 'kan? Ayo berangkat bersama Davina saja. Dia juga akan ke universitas," ucap tuan Wilson.
Lara sebenarnya enggan berangkat bersama Davina tetapi dia juga tak kuasa menolak tawaran tuan Wilson.
"Baik, Paman," jawab Lara dengan berat hati. Dia membuka pintu mobil depan dan duduk di sebelah supir.
"Semoga ujianmu nanti berjalan lancar. Paman yakin kau akan lolos ujian dan mendapatkan beasiswa itu," kata tuan Wilson memegang bahu Lara dari belakang.
"Terima kasih, Paman," jawab Lara singkat.
Davina hanya diam saja. Dia terlihat tak suka melihat perhatian daddynya pada Lara. Dia semakin tak menyukai Lara karena hal ini apalagi daddynya sering memujinya di depan Davina. Meskipun sebenarnya sang daddy juga memuji Davina. Hanya saja Davina tak mau dirinya disamakan dengan Lara.
Pak supir ternyata mengantar tuan Wilson terlebih dulu ke perusahaannya sebelum mengantar Lara dan Davina ke universitas.
"Paman pergi dulu, Nak. Semoga sukses," ucap tuan Wilson dan dia juga pamit pada Davina serta mencium kening putri tunggalnya itu.
Lalu pak supir pun meneruskan perjalanannya menuju universitas. Davina dan Lara sama sekali tak mengobrol. Di tengah persimpangan, Davina menepuk bahu supirnya dan menyuruhnya minggir.
"Turunlah, aku akan menyetir sendiri. Aku sudah memiliki SIM," ucap Davina pada sang supir.
"Tapi, Nona, tuan tak akan mengizinkan hal ini," jawab sang supir.
"Hei, kau membantahku? Keluarlah sekarang," bentak Davina dan membuka pintu mobil supirya.
"Davina, biarkan supirmu saja yang menyetir," kata Lara akhirnya karena dia tak ingin perjalanannya menuju kampus menjadi terhambat.
"Ini mobilku. Kau tak berhak mengaturku. Jika tak suka, kau turun saja di sini," jawab Davina ketus dan duduk di belakang kemudi setir.
"Nona, aku harus naik apa? Karena di sini tak ada bis lewat," ucap sang supir.
"Kau bisa memanggil taxi, bukan?" jawab Davina dan langsung tancap gas meninggalkan sang supir sendirian di pinggir jalan.
Lara hanya bisa diam dan berdoa agar Davina tak membuat ulah karena hari ini adalah hari terpenting baginya. Davina menyetel musik di mobilnya dengan keras dan ikut menyanyi.
"Relax, Lara. Aku pasti akan mengantarmu ke universitas," ucap Davina sambil tertawa.
Lara tak menjawab apapun. Pandangannya fokus ke depan hingga akhirnya Davina berbelok menuju ke arah yang berlawanan dengan arah ke universitas.
"Kau mau ke mana, Davina?" tanya Lara khawatir.
"Aku mengambil jalan pintas," jawab Davina.
"Turunkan aku di sini saja. Aku akan naik taxi. Aku tak ingin terlambat mengikuti ujianku," ucap Lara.
"Lompat saja, aku malas berhenti," ucap Davina tersenyum jahat.
"Apa yang kau lakukan, Davina? Jangan membuatku marah karena hal ini," bentak Lara yang sudah tak bisa menyembunyikan kekesalannya karena hari ini adalah hari yang sangat penting baginya dan dia tak boleh melewatkannya.
"Woooowww ... Ternyata kau bisa marah juga. Aku suka itu. AKu suka melihat wajah panik dan kesalmu itu. Bagaimana? Kau tak menyangka kan kalau aku akan melakukan hal ini. Aku tak akan membiarkanmu menjadi sukses, Lara. Kau akan selalu menjadi pelayanku dan kau akan selalu berada di bawahku. Kau tak boleh berada di satu kampus yang sama denganku," kata Davina dengan tertawa kecil dan mengejek.
Lara memandang tajam ke arah Davina dan tiba-tiba membanting setir yang dipegang Davina ke arah kiri agar Davina berhenti.
JANGAN LUPA LIKE KOMEN VOTE FAVORIT DAN HADIAH YAA..❤❤❤
😁😁✌️