Sebuah rasa yang sudah ada sejak lama. Yang menjadikan rasa itu kini ada di dalam satu ikatan. Ikatan sah pernikahan. Namun sayang, entah apa masalahnya, kini, orang yang dulu begitu memperhatikan dirinya malah menjadi jauh dari pandangan nya. Jauh dari hatinya.
Alika Giska Anugrah, wanita cantik berusia 25 tahun, wanita yang mandiri yang sudah memiliki usaha sendiri itu harus mau di jodohkan dengan Malik, anak dari sahabat orangtuanya. Lagipun, Giska pun sudah memiliki rasa yang bisa di sebut cinta. Dari itulah, Giska sangat setuju dan mau untuk menikah dengan Malik.
Tapi, siapa sangka, Malik yang dulu selalu mengalah padanya. Kini, malah berbanding terbalik. Setelah menjadi suami dari Giska, Malik malah jadi orang yang pendiam dan bahkan tak mau menyentuh Giska.
Kira-kira, apakah alasan Malik? Sampai menjadi pria yang dingin dan tak tersentuh?! Yuk baca! 😁
Kisah anak dari Anugrah dan Keanu--> (Ketika Dua Anu Jatuh Cinta)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Gimana, Gis?" tanya Malik dengan penuh harap.
Giska menggeleng kan kepalanya, membuat Malik mengembuskan napas pasrah.
"Tidak semudah itu, Mas Malik." ujar Giska. "Buktikan dulu, sebenarnya. Baru Giska akan kembali pada mu. Dan sesuai janji, jika Mas Malik terbukti salah, lepaskan aku." kata Giska yang lantas berdiri dan berlalu dari sana. Meninggalkan sang suami yang terduduk di sofa dengan lesu. Menatap punggung sang istri yang semakin menjauh.
..._-_-_-_...
Merenung, dia tengah memandangi ponsel yang menampilkan gambar-gambar saat berada di momen yang indah. Momen pernikahan. Bibirnya tersenyum miring, "jika memaafkan memang mudah, tapi nyatanya melupakan begitu susah Mas," ucapnya pada gambar sang suami yang jujur saja, terlihat sangat tampan.
Lalu layar ponselnya berubah, menjadi panggilan masuk dengan gambar Lisa di sana. Giska lupa, kalau dia belum kembali menghubungi dua karyawannya.
"Assalamu'alaikum, Lis," sapa nya begitu tombol hijau ia gulir ke atas.
"Wa'alaikumsallam, bu. Ibu kapan balik?" tanya suara dua orang, yang bisa di pastikan kalau kini dua karyawan nya tengah kompak di depan telpon. Giska tertawa lantas mengalihkan panggilan ke panggilan video.
"Ah, ibu ... kangen," ucap Rere di sebrang sana. Membuat senyum Giska semakin melebar.
"Iya, bu. Kapan ibu balik?" tanya Lisa. Keduanya nampak tengah berada di dalam kamar.
"Kapan ya? Belum bisa kasih tahu, tapi kalian tenang saja. Pesanan sudah aku bereskan dari sini kok. Jadi kalian tidak akan di komplain sama pelanggan," ujar Giska.
"Tapi, banyak banget yang mau ke toko loh, bu." kata Lisa. "Iya, bener bu." Sambung Rere. "Nanti kita nggak gajian bu, kalau kelamaan libur," ucap Lisa lagi, yang lantas di dorong kepalnya oleh Rere. "Jujur banget sih kamu." Gerutu Rere.
Giska lantas tertawa, "santai saja kalian, gajian tetap aman kok, walaupun libur. Nanti deh, kalau suami balik ke Jakarta kuncinya aku titipkan ya, kalian jaga berdua." jelas nya pada kedua karyawan nya.
"Siap, bu. Semoga jangan lama-lama ya, ibu sama bapak, liburannya. Biar kita nggak kelamaan makan gaji buta," ucap Rere serius. Giska hanya menjawab dengan acungan jempol.
Lama Giska ngobrol dengan dua karyawan nya itu. Lisa dan Rere tidak tahu alasannya, sang bos pulang kampung. Saat keduanya mengatakan suami bosnya mencari malam-malam, Giska mengatakan kalau suaminya itu lupa, bahwa dirinya sudah pamit. Jadi, sekarang Lisa dan Rere tahunya bos dan suaminya tengah liburan di Kampung.
Hingga siang tiba, saat sang ayah sudah pulang dari sekolah dan mengajaknya untuk membantu sang bunda di toko. Atau membantu Neneknya yang masih aktif di tokonya.
Dengan mobil kesayangan anak dan ayah itu pergi ke Pasar. Keduanya diam, tak membahas apapun, hanya membahas sedikit tentang jalan yang do lewati, yang di setiap sisinya sudah mulai berubah. Dari yang tadinya toko kecil, sekarang sudah sangat besar.
Akhirnya, anak dan ayah itu sampai. Keanu menggandeng sang putri, mengajak nya jalan menuju toko sang ibu terlebih dulu. Giska tentu di sambut senang oleh sang Nenek, bahkan ke toko malah di suruh diam, di belikan makanan yang semuanya adalah jajanan pasar. Dari, cenil, getuk lindri, klepon, lemper, getuk goreng dan masih banyak lagi. Sampai membuat Giska mengerucutkan bibirnya.
Keanu tertawa, "makan saja, Gis. Rezeki." ujarnya.
"Tapi, Yah. Aku 'kan biasa makan kayak gini, memangnya aku anak rantau yang pulang nya lima tahun sekali apa," ucapnya menggerutu.
"Lah, wong tinggal di makan saja kok repot," Keanu mengambil getuk goreng dan memakannya. Lantas menyuapkan ke mulut sang putri, menyodorkan ke balik cadar sang anak.
Sementara Ibu Ranti tengah sibuk melayani pembayaran. Karena toko hari ini cukup ramai. Sampai membuat Mbak Fitri tak bisa menyapa Giska hanya sekedarnya saja.
..._-_-_-_-_...
Sampai sore tiba, akhirnya semua orang pulang. Tapi ibu Ranti pulang ke rumahnya. Sedangkan Giska pulang dengan kedua orangtuanya. Giska duduk di belakang, sementara di depan di isi ayah dan dan Bunda tercintanya.
"Bund, brand baru sudah sampai belum?" tanya Giska yang memajukan badannya mengarah ke sang bunda.
Anugrah menoleh ke arah sang putri, "belum. Kenapa?"
"Aku mau kirim balik, ke pelanggan aku." jawabnya.
"Ish, dari Jakarta kamu kirim ke Jakarta lagi? Rugi dong!" jelas Anugrah.
"Bunda mah, sok tahu. Orang pelanggan ku di Purwokerto," kata Giska.
Keanu yang hanya menjadi pendengar tertawa. "Makanya Bund, jangan sok tahu. Ya nggak Nduk?"
"Awas, ya kalian berdua." Anugrah pura-pura kesal.
"Kamu mau antar langsung, Gis?" tanya bundanya lagi.
"Iya, nanti minta di antar Ayah. Ya 'kan Yah?" Giska meminta persetujuan sang Ayah yang langsung di beri anggukan kepala.
Sampai akhirnya mobil berhenti tepat di rumah bercat hijau, Giska langsung turun begitu sang bunda dan ayahnya. Mereka lantas masuk ke kamar yang berbeda.
..._-_-_-_...
Sampai malamnya, seusai magrib Anugrah mendatangi kamar sang putri. Niatnya dia ingin mengajak anak semata wayangnya itu makan, tapi urung saat melihat Giska tengah diam menatap sebuah foto yang tercetak besar di dinding. Giska masih menggunakan mukenah nya, terlihat menyilang tangan di dada.
"Alika," panggil Anugrah.
Giska menoleh, "iya, Bund." jawabnya sembari menurunkan tangannya dan mendekat ke arah sang bunda yang sudah duduk di atas ranjang.
Kedua perempuan beda usia itu lantas sama-sama duduk di sana, memperhatikan gambar dua orang yang berada di momen indah, pernikahan.
"Tadi, mbak Tirni bilang, Malik ke sini bareng kamu," ucap Anugrah tanpa menoleh ke arah sang putri.
Giska mengangguk, "ya." jawabnya.
"Kamu, sudah bicara sama dia?" tanya sang Bunda lagi.
"Ya, sudah." jawab Giska pelan. Keduanya masih menatap gambar yang memancarkan kebahagiaan.
"Jadi, gimana, kamu mau ikut ke Jakarta?" kali ini, Giska tak menjawab langsung. Membuat bunda menoleh ke arahnya. "Kamu, masih ragu?" tanya bunda lagi.
"Bund," Giska menoleh ke arah sang bunda. "Saat kopi yang enaknya di minum saat hangat, tapi di biarkan begitu saja. Maka saat di hangatkan kembali, rasanya akan berubah." sambungnya.
"Iya, Bunda tahu. Tapi, apa salahnya memberi kesempatan untuk si pembuat kopi menikmati rasa kopinya, walaupun rasanya kini sudah tidak lagi enak." ujar Anugrah.
"Tapi, aku bukan Bunda si perempuan yang berhati besar. Yang bisa memaafkan kesalahan Ayah yang menurutku sangat salah." kata Giska yang sukses membuat kelopak matanya melebar.
"Maksud kamu apa? Kenapa malah mengatakan yang sudah sangat lalu. Lagian, tahu dari mana kamu masalah Bunda jaman dulu, bahkan kamu saja belum ada!?" tanya Anugrah dengan kesal.
"Ma-maaf bund, maksudnya__"
"Jangan salahkan dia Bund, Ayah yang memberitahu," ucapnya yang baru masuk ke dalam kamar Giska. Memberhentikan apa yang akan putrinya katakan.
giska boleh nampak effort kamu tu untuk selesaikan masalah
nolong orang justru menyusahkan diri sendiri dan menyakiti keluarga.... hedeeee