NovelToon NovelToon
Ancient Slayer

Ancient Slayer

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan
Popularitas:104.7k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Kusuma

Full Remake, New Edition 🔥🔥

Ini adalah perjalanan Iramura Tenzo, seorang pejuang yang dipanggil ke dunia baru sebagai seorang pahlawan untuk mengalahkan raja iblis.

Namun, dia gugur dalam suatu insiden yang memilukan dan dinyatakan sebagai pahlawan yang gugur sebelum selesai melaksanakan tugasnya.

Akan tetapi dia tidak sepenuhnya gugur.

Bertahun-tahun kemudian, ia kembali muncul, menginjak kembali daratan dengan membawa banyak misteri melebihi pedang dan sihir.

Ia memulai lagi perjalanan baru dengan sebuah identitas baru mengarungi daratan sekali lagi.

Akankah kali ini dia masih memegang sumpahnya sebagai seorang pahlawan atau mempunyai tujuan lain?

Ini adalah kisah tentang jatuhnya seorang pahlawan, bangkitnya seorang legenda, dan perang yang akan mengguncang dunia.

Cerita epik akan ditulis kembali dan dituangkan ke dalam kisah ini. Saksikan Petualangan dari Iramura Tenzo menuju ke jalur puncak dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Kusuma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 Mengintrogasi

Wajah Demon itu tetap pucat, meski ia menyadari tubuhnya baik-baik saja. Napasnya masih tersengal, matanya menyapu seluruh tubuhnya, mencari luka yang seharusnya ada. Tapi tidak ada.

“Apa yang sebenarnya terjadi!?” serunya panik.

Kepalanya terasa berputar, pikirannya berusaha merangkai kembali kejadian beberapa saat lalu.

Lalu ia mengingatnya.

[Saat aku melesat dengan kecepatan tinggi… tiba-tiba tubuhku terbelah menjadi tiga bagian. Aku bisa merasakan itu dengan jelas—sisi kiri, sisi kanan, dan bagian tengahku tercerai-berai. Rasa sakitnya begitu nyata. Lalu semuanya menghilang. Kesadaranku pun ikut lenyap selama beberapa detik... Tapi sekarang? Aku baik-baik saja? Ini tidak masuk akal!]

Perlahan, ia menoleh ke belakang. Tenzo masih berdiri di sana, diam, tak menunjukkan ekspresi apa pun.

[Apakah dia menggunakan sihir halusinasi?] pikirnya, mencoba mencari penjelasan.

Demon itu kembali mengingat. Sensasi tajam yang menembus tubuhnya, tubuhnya yang terbelah, kesadarannya yang menghilang. Lalu… kosong. Dan kini ia di sini, tanpa luka sedikit pun.

Ia menggertakkan giginya. Ada sesuatu yang tidak beres. Dengan gerakan cepat, ia berdiri tegak dan menatap Tenzo tajam.

“Hei, manusia!” bentaknya, suaranya menggema. “Apa yang kau lakukan padaku!? Apakah ini trik sihir halusinasi!?”

Tak ada jawaban. Tenzo hanya melangkah perlahan, tangan kanannya menggenggam gagang Katana-nya dengan santai, seolah tak peduli pada amarah Demon di depannya.

Saat jarak mereka semakin dekat, Tenzo akhirnya berbicara, suaranya tenang namun menusuk.

“Apakah kalian benar-benar membantai semua orang di desa ini?”

Demon itu menyipitkan mata.

“Hah!? Untuk apa kau ingin tahu soal itu!? Jawab dulu pertanyaanku!” serunya, jelas tak terima pertanyaannya diabaikan.

Tenzo tetap tak menunjukkan emosi apa pun. Seolah-olah pertanyaan Demon itu tak berarti.

Setelah beberapa detik hening, akhirnya ia menghela napas ringan. “Baiklah,” katanya pelan. “Aku akan menjawabnya.”

Dan saat itu juga, rasa sakit kembali menghantam tubuh Demon.

Mata Demon membelalak. Dadanya terasa seperti dihantam sesuatu yang tak terlihat. Sebelum ia bisa memahami apa yang terjadi, tubuhnya merasakan sensasi itu lagi—sebuah tebasan tajam, membelahnya dari kepala hingga ke bawah dengan begitu halus, begitu rapi. Ia jatuh. Tubuhnya seakan tercerai-berai, dan rasa sakit menjalar di seluruh sarafnya. Namun, sama seperti sebelumnya, hanya dalam hitungan detik, semuanya lenyap.

Ia terkejut. Tubuhnya kembali utuh. Tidak ada darah. Tidak ada luka. Tangannya gemetar. Matanya penuh emosi—campuran antara ketakutan dan kemarahan.

Ia berdiri lagi, lebih cepat dari sebelumnya, wajahnya memerah oleh amarah yang meledak-ledak.

Di saat itu, suara Tenzo terdengar lagi, datar namun dingin.

“Jadi bagaimana?” katanya. “Aku sudah memberikan jawabanku. Sekarang, giliranmu."

Ucapan Tenzo hanya semakin menyulut amarah Demon itu. “Sialan kau, manusia! Jangan bermain-main denganku lagi!” Demon itu menggeram, membuka mulutnya lebar-lebar. Energi sihir berkumpul, membentuk bola bercahaya di dalamnya, bergetar hebat, siap dilepaskan.

Namun—

Slahhh!

Tebasan itu datang begitu cepat.

Kepala Demon terbelah dua secara horizontal, tepat di tengah mulutnya. Bagian atas kepalanya terpisah dari rahang bawah, jatuh ke tanah dengan suara basah. Di saat bersamaan, bola energi yang ia kumpulkan meledak, menghantam tubuhnya dan melemparkannya jauh ke belakang.

Tenzo melangkah mendekat dengan tenang.

“Percuma,” katanya dingin. “Sekarang yang bisa kau lakukan hanyalah menjawab pertanyaanku. Itu jauh lebih berguna daripada melawan.”

Demon itu menggeram, menolak menyerah. Dengan sisa tenaga, ia mencoba bangkit—

Tapi sia-sia.

Tiba-tiba, kedua kaki dan tangannya terpotong. Seperti sebelumnya, tubuhnya kembali lumpuh, tak berdaya. Ia hanya bisa menatap Tenzo yang kini sudah berdiri di hadapannya.

Tenzo berjongkok, menatap langsung ke dalam mata Demon itu.

“Aku akan memberikanmu keringanan,” katanya. “Asal kau mau menjawab beberapa pertanyaanku.”

Nada suaranya terdengar meyakinkan. Demon itu tahu ia tidak punya pilihan. Daripada terus merasakan siksaan ini, lebih baik ia menurut.

“B-Baiklah… aku akan menjawabnya…”

Tenzo mengangguk. “Bagus. Pertama, jawab pertanyaanku tadi. Kedua, apakah ada kamp markas kalian di sekitar sini? Jika ada, di mana letaknya?”

Demon itu menghela napas berat sebelum akhirnya berbicara.

“Sebenarnya… kami hanya membunuh para pria,” katanya. “Anak-anak dan wanita kami bawa ke kamp untuk dijadikan… pelampiasan kami.”

Mata Tenzo menyipit, tapi ia membiarkan Demon itu melanjutkan.

“Kamp kami ada di utara… tak jauh dari Hutan Urjan. Ada sebuah gua di sana… tempat kami bersembunyi bersama warga desa itu…”

Tenzo terdiam sesaat.

Lalu, tanpa sepatah kata pun, ia berdiri dan berbalik. Langkahnya perlahan menjauh.

Demon itu menatap punggungnya, merasa ragu. Tapi saat Tenzo terus melangkah, ia mulai menyadari sesuatu.

Tenzo benar-benar menepati ucapannya.

Ia diberi kesempatan untuk hidup.

Ini kesempatannya!

[Aku harus segera memberitahu pemimpin! Orang ini terlalu berbahaya!]

Demon itu mengepakkan sayapnya, bersiap terbang. Namun, tepat saat ia mulai melesat ke udara—

“Untuk keringanan yang tadi ku katakan… aku akan memberikannya sekarang,” suara Tenzo terdengar dari kejauhan.

Demon itu terhenti. “Hah? Apa maksudmu—”

Sesuatu menyentuh tubuhnya.

Lembut. Halus. Menembusnya.

Ia ingin bereaksi, tapi tubuhnya tidak merasakan apa pun. Tidak ada rasa sakit. Hanya sensasi aneh, seperti sesuatu yang mengalir melewatinya. Pandangannya mulai memudar, tubuhnya terasa ringan. Sebelum ia bisa memahami apa yang terjadi, Ia sudah tergeletak di tanah.

Tenzo menatap mayat Demon itu dengan ekspresi datar.

“Keringanan itu adalah kematian tanpa rasa sakit,” katanya pelan.

Tanpa melihat ke belakang lagi, ia melanjutkan perjalanannya. Langkahnya membawa dirinya keluar dari desa yang terbengkalai, menuju satu tujuan baru—Hutan Urjan.

Sambil berjalan, ia berbisik pada dirinya sendiri, “Sebelum perjalanan dimulai, aku harus melakukan peregangan… dan menguji teknik-teknik baruku.”

***

Di tengah lebatnya hutan Urjan bagian utara, sekelompok petualang bergerak perlahan. Puluhan orang berbaris dengan langkah mantap, senjata mereka berkilat samar di bawah sinar matahari yang menembus celah dedaunan. Di bagian depan, beberapa penunggang kuda memimpin dengan penuh wibawa—jelas bahwa mereka adalah pemimpin kelompok ini.

Di antara mereka, seorang pria berbaju zirah lengkap tampak mencolok. Pelat bajanya berkilauan meski ternoda debu perjalanan. Dengan postur tegap dan tatapan tajam, ia jelas seorang knight berpengalaman—William, komandan pasukan ini. Di sampingnya, seorang warrior bertubuh kekar dengan rambut kecokelatan berjalan dengan santai, tangan kirinya bertumpu pada gagang pedang besar yang tersampir di punggungnya. Namanya Ares.

“Ares, kita hampir sampai di tempat persembunyian mereka,” ujar William dengan nada tenang namun tegas. “Lima menit lagi, kirim beberapa orang untuk menyusup ke depan dan memastikan keadaannya.”

Ares mengangguk santai. “Baiklah, serahkan saja kepadaku.”

William menghela napas sejenak sebelum kembali berbicara. “Ini sudah kali keempat kita menghancurkan kamp Demon, tapi tidak sekalipun kita bertemu iblis tingkat tinggi,” gumamnya, alisnya mengernyit. “Aku mulai curiga... bisa saja mereka sedang berkumpul di suatu tempat, menyusun rencana yang lebih besar.”

Ares tertawa kecil. “Hah, kau dan teori konspirasimu lagi,” katanya seraya terkekeh. “Bukankah ini justru kabar baik? Korban jiwa di pihak kita semakin berkurang. Kita seharusnya merayakan keberhasilan ini, bukan terus mencemaskan hal-hal yang belum pasti.”

“Kau memang benar… tapi tetap saja, kita harus berjaga-jaga. Situasi bisa berubah sewaktu-waktu.” William tetap berpegang pada nalurinya.

Ares menepuk bahu William dengan senyum lebar. “Sudahlah, kau selalu tegang seperti itu. Kita fokus dulu ke pertempuran ini—dan setelahnya, kita berpesta seperti biasa. Aku bahkan sudah membayangkan minuman pertama yang akan kuteguk!”

William hanya menggelengkan kepala, meski senyum tipis tersungging di wajahnya. Namun, jauh di dalam pikirannya, firasat buruk masih menyelimuti dirinya. Perjalanan mereka menuju kamp Demon terus berlanjut, tanpa mereka sadari bahwa sesuatu yang jauh lebih besar tengah menunggu di depan mereka.

1
F~~
Kayaknya aku punya firasat soal Zerath ini
F~~
hahahaha, masih ada neraka lain menunggu. Kasian banget nasibmu Ramez
angin kelana
bagus thorr,lanjutkan..
Reza Orien
cihuyyy
F~~
Pelatihannya tidak main main
F~~
Oke Thor gkpp, yang penting rajin update aja
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: sip, tenang aja bakalan rajin kalau kagak ada halangan. stok bab masih banyak
total 1 replies
angin kelana
siaaaap yg penting rutin update thorrr...
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: oke akan diusahakan ritun soalnya sudah punya stok sampai bulan depan, doakan agar tidak terputus-putus 🙏 updatenya.
total 1 replies
angin kelana
satu tebasan..
angin kelana
lanjutkan duelnya...
F~~
lanjutkan
F~~
sheshhh sasuga Tenzo
F~~
Nooo Ramezzz
Kyurles Suga
Jejak
Kyurles Suga
menikmati
Ora Ora
.
F~~
Nah, sudah saya kira, rupanya emang si Diomas. Tapi mantap sekali update langsung 3 bab sekaligus. Bagus Thor pertahanin udpet beginian.
F~~
Ah, aku dah tebak siapa ini. pasti ... bacaselengkapnya
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: husst, sebaiknya tidak usah diberitahu
total 1 replies
F~~
laki laki kalau sudah berbincang semalaman pasti bakal kemana mana tuh tema pembicaraannya
F~~
Gas lanjut thor
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: Oke sebentar lagi bakalan update bab baru
total 1 replies
angin kelana
lanjuuut
‎‎‎‎Wahyu Kusuma: Okeee sebentar lagi bakalan update, ditunggu yah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!