Notes : zona dewasaaaaaa!
“Om nikahin temenku ya? Ntar dapet istri sekaligus anak di hari pertama kalian menikah!”
Ide gila yang muncul dari Tari, membuat masa depan Lea yang hancur lebur menjadi indah.
Siapa sangka? Luca, pria yang Lea nikahi sebagai ayah darurat dari janinnya, telah merubah kehidupannya menjadi lebih berwarna dan berarti.
Akankah Luca menutup mata dengan siapa ayah kandung dari janin di perut istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Tak Pernah Mengatakan Cinta
...“Untung saja aku belum pernah sekalipun mengatakan kalau aku mencintai orang sepertimu!” — Eleanor Lunette...
“Kakak kejar aja Kak Gerry. Aku nyusul.”
Luca bergegas mengejar sahabatnya usai mendapat izin dari Lea. Saat ia berhasil menghampiri Gerry, sahabatnya itu sedang menghujamkan paper bag hitam tepat ke dalam tong sampah. Terlihat Gerry sedang membuang paper bag itu beserta seluruh harapan yang sempat ia lambungkan dengan tinggi sebelumnya.
“Ger.”
“Sorry, Luc. Gue pengen sendiri dulu.” Gerry menyerahkan paper bag yang berisikan pakaian bayi kepada Luca, kemudian ia bergegas pergi meninggalkan sahabatnya.
Ada rasa kecewa yang tergambarkan di wajah pria berkulit sawo matang itu. Kekecewaan yang benar-benar sulit untuk di terima. Pasalnya, selama ini Gerry berada di dalam kondisi rumahtangga yang hancur. Tak ada setitik pun kebahagiaan yang ia rasakan di antara kedua orangtuanya.
Di saat ia sudah bulat untuk membangun rumahtangga dengan seseorang yang ia anggap tepat, ternyata Gerry harus menguburkan harapan itu. Pupus sudah harapan ingin membina kebahagiaan bersama seseorang yang ia anggap terbaik di antara yang pernah ia temui.
Sementara itu, Lea dan Luca pun memutuskan untuk kembali ke apartemen dengan perasaan yang juga kacau.
Saat berada di dalam mobil, tiba-tiba ponsel Luca bergetar. Ia pun bergegas mengangkat panggilan tersebut.
“Gimana, Ndre?”
^^^“Rekaman cctv-nya berhasil kami dapatkan.”^^^
“Good. Gimana dengan hasilnya?”
^^^“Kami mencurigai seseorang yang sepertinya nggak sopan kalau saya bicarakan lewat telfon.”^^^
“Malam nanti kamu ke apartemen saya.”
^^^“Baik, Pak.”^^^
^^^“Dan untuk rekaman kemaren yang di Hotel Oleander, akan segera saya emailkan ke Bapak. Tapi agak sorean, karena sekarang saya lagi di luar dan nggak bawa laptop, Pak. File-nya ada di laptop.”^^^
“It’s okay. Yang penting kirimkan secepat mungkin, sebelum dia bergerak lebih dulu.”
^^^“Baik, Pak.”^^^
Panggilan antara Luca dan Andre pun terputus. Setelah panggilan tersebut terputus, Luca berniat menceritakan kejadian semalam di Hotel Oleander kepada Lea, agar tak ada kesalahpahaman antara ia dan istrinya kelak ke depannya.
“Sayang.”
“Kak.”
Keduanya saling memanggil dan saling bertatap-tatapan.
“Kamu aja duluan.” Ucap Luca sambil tersenyum.
Lea menatap suaminya yang kembali fokus menatap lurus ke depan. “Kasian Kak Gerry ya.”
Luca menghela nafas pelan. Dada bidang serta bahu lebarnya pun terlihat menyusut ke bawah bersamaan dengan helaan nafasnya tadi. “Entahlah.”
Seketika ia melupakan hal yang lebih penting yang harus ia bicarakan dengan Lea saat itu. Fokusnya kembali teralihkan pada Gerry yang harus mundur sebelum bergerak maju karena perselingkuhan. “Kalau berada di posisi dia, aku pun tak mungkin bisa menerimanya.”
“Tapi orangtuanya masih ada ‘kan?” Lea kembali menatap lurus ke depan, menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Setidaknya, di saat seperti ini, keluarga lah tempat dia pulang.”
“Yah. Itu dia permasalahannya. Kedua orangtuanya tak pernah akur sejak ia kecil. Selalu berantem di depan anaknya, bahkan sampai pisah ranjang dan memiliki pasangan lain di luar sana.”
“Hah?” Lea terbelalak kaget dan menatap ke arah Luca. “Kenapa nggak cerai aja sih?”
“Katanya sih, bertahan karena anak. Padahal, nggak ada anak yang mau liat orangtua mereka menderita.”
“Toh, selama ini Gerry pun tinggal sendiri di rumah. Kedua orangtua mereka jarang pulang.”
“Loh, nggak bosen apa?” Lea mengerutkan keningnya, mencoba membayangkan jika ia berada di posisi Gerry.
“Bosan. Karena itu dia selalu mencari kesenangan di luar sana. Yah, dengan mencari cinta satu malam untuk melupakan semua masalahnya.”
“Bahkan, dulu aku sempat mikir kalo Gerry itu ayah dari janin di perut kamu.”
“Hush!” Lea mencubit lengan suaminya. “Tapi ternyata nggak ‘kan?”
Luca tertawa pelan sambil mengelus pelan lengannya yang panas karena cubitan Lea.
Ting! Ting! Ting!
Ada banyak notifikasi masuk dari nomor baru ke ponsel milik Lea. Lea membuka pesan tersebut dengan santai dan tanpa berfikir apa-apa. Namun, sesaat ia membuka pesan tersebut, matanya membulat dan secara refleks tangannya menutup mulutnya.
“Kak, pinggirin mobil sekarang.”
“Kenapa, Sayang?” Luca menatap Lea dengan ekspresi khawatir. Apa istrinya mual atau ada sesuatu yang tak nyaman.
“AKU BILANG PINGGIRIN MOBIL SEKARANG!”
Sekujur tubuh Lea bergetar dengan sangat hebat. Pupil matanya mengecil dengan tatap penuh jijik ke arah Luca.
Plak!
Tak lama setelah mobil yang mereka tumpangi menepi dan berhenti, sebuah tamparan penuh amarah dan kekecewaan melayang di pipi Luca.
Mata amber milik gadis itu terlihat masih bergetar dengan airmata yang perlahan mulai tergenang. “Apa ini, Kak?!”
Lea menyerahkan ponsel miliknya ke arah Luca.
Luca meraih ponsel istrinya dan melihat foto-foto serta video dari nomor baru yang tak dikenal. Di sana, ada foto ia yang baru keluar dari hotel dengan dasi dan pakaian yang berantakan. Tak lama kemudian, ada Sherly yang ikut keluar dari kamar hotel tersebut.
“Sial! Mereka sudah bergerak lebih dulu!” gumam Luca sambil menggigit bibirnya menahan emosi dengan tangan yang terkepal dengan sangat kuat. Harusnya ia lebih dulu menceritakan kejadian sebenarnya pada Lea. Tapi ia malah lupa karena Lea mengajaknya membahas tentang Gerry.
“Sayang, dengarkan aku dulu.” Luca bergegas mengeluarkan ponsel miliknya, kemudian ia membuka aplikasi email yang ada di ponsel miliknya. “Kamu liat ini dulu ya.”
Luca mencoba mencari-cari email yang akan dikirimkan oleh Andre, tapi ia baru sadar bahwa email itu akan dikirimkan sore nanti. Ia pun bergegas ingin menghubungi Andre.
Namun sayang, Lea tak memberikan kesempatan pada suaminya. Ia bergegas keluar dari mobil yang ia tumpangi, beserta tas dan ponsel yang ia miliki.
Luca pun mengurungkan niatnya untuk menghubungi Andre. Ia keluar dari mobil untuk mengejar istrinya. “Sayang. Dengarkan aku dulu.”
“Untung saja aku belum pernah sekalipun mengatakan kalau aku mencintai orang sepertimu!” Lea terlihat berjalan sambil berteriak pada Luca.
“Dasar bajingan murahan!” umpat Lea dengan nafas yang terengah-engah. “Kamu nggak pantas berada di sisiku!"
“Sayang.” Luca berlari mengejar istrinya meninggalkan mobilnya saat itu. “Tolong, kamu lagi hamil. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa.”
“Peduli apa kamu sama aku?!” Lea berjalan mundur sambil menangis. Ada begitu banyak mobil yang melalui jalan tol memperhatikan pertikaian mereka berdua. “Buang semua bualan kamu yang penuh dusta itu. Aku nggak percaya!”
Sesaat kemudian, ada sebuah mobil yang melaju dengan sangat kencang dari belakang karena rem yang blong. Naasnya, mobil tersebut banting stir ke kiri dan menabrak Luca tepat di depan mata Lea.
Brakkk!
Hanya dalam hitungan detik, tubuh Luca terpental jauh dan tergeletak 5 meter dari tempat Lea berdiri.
“Arrghhh!!!”
Lea berteriak sekuat tenaga menyaksikan kejadian maut yang mengerikan tersebut. Ia bergegas berlari menghampiri tubuh Luca yang sedang meregang nyawa.
“Kak Luca! Kak!” Lea bergegas duduk bersimpuh dan memapah tubuh suaminya. Meskipun ia kecewa dengan apa yang sudah suaminya lakukan, ia tak bisa untuk tak mempedulikan tubuh itu sedang kesakitan dan bersimbah darah. “Kak! Sadar! Kak Luca!”
Lea mengguncang tubuh Luca yang hampir saja memejamkan mata itu.
Dengan segenap kekuatan yang tersisa, Luca menatap nanar wajah istrinya yang sangat ia cintai. Tangannya yang berlumuran darah, memegang wajah Lea dengan penuh kasih sayang. “Aku mencintaimu. S-sangat … mencintaimu.”
“Bohong!” Lea menangis histeris melihat kondisi suaminya. “Buktikan kalau memang Kakak cinta sama aku! Bilang kalo semua foto dan video itu bohong!”
“Seumur hidupku … kamu satu-satunya gadis yang aku cintai. Tolong ... jaga anak kita b—ba—ik … ba—ik.”
Tak lama usai Luca mengatakan kalimat tersebut, ia tersenyum dengan sangat tulus dan mata yang penuh putus asa. Pria yang penuh kelembutan dan kasih sayang itu pun menghembuskan nafas terakhirnya tepat di dalam dekapan dan pangkuan satu-satunya gadis yang ia cintai seumur hidupnya.
“Aku juga cinta sama Kakak!”
“Bangun, Kak! Bangun!”
“Kak Luca!”
“Bangun!”
“Aku mohon, bangun, Kak! Jangan tinggalin aku.”
Lea menangis terisak-isak dengan tubuh yang bersimbah darah milik suaminya. Ia sudah tak peduli dengan sekitarnya yang dikelilingi banyak orang-orang yang berhenti karena ingin memberikan bantuan. Bahkan ada banyak yang memvideokan kejadian tragis itu, serta ada juga yang sedang sibuk menghubungi 911 untuk meminta bantuan serta ambulance.
Satu hal yang Lea sesali pada saat itu. Kalimat cinta yang tak pernah ia sampaikan pada Luca, selama pria itu berada di sisinya. Padahal, jauh di lubuk hatinya, tanpa ia sadari, rasa cinta itu sudah mulai bersemi di hatinya saat mereka mengikat janji suci di depan Tuhan dan keluarga.
...🌸...
...🌸...
...🌸...
...Bersambung …....
bukannya jihan itu pacar gerry yg selingkuh..
bukannya istri noah atau mama tari namanya kinan???
❤❤❤❤❤
kasihan kalo kuca terpisah ama Lea..
inisial namanya aja udah sama lhoooo..
emang udah jodohhh.
😀😀😀❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤
moga2 masih hidup..
dan segera bersatu ama Lea..
❤❤❤❤❤
suaminya msh hidup
apa istrinya ngga tau kalau Luca blm meninggal