Menikahi Paman Mantan

Para penghuni ruangan yang tadinya membesarkan kesombongan, langsung mengunci rapat mulutnya ketika menyaksikan kehadiran Riu. Hanya mata dengki mereka yang membelalak mengekspresikan keterkejutan.

Ada apa ini? Yang katanya lumpuh, nyatanya bisa berjalan normal, tidak pincang apalagi terseok-seok. Kedua kakinya tampak kuat dan kokoh menyangga berat tubuh, nyaris tidak ada tanda-tanda masalah pada kakinya. Lantas, apa kabar tentang kelumpuhannya itu bohong belaka?

Semua pasang mata, kini beralih pada Kelvin, seakan meminta penjelasan atas keakuratan kabar yang dia bawa. Namun, yang ditatap masih tercengang sendiri.

Hanya Jason yang terlebih dahulu bisa menguasai diri dari keterkejutan barusan. Ia mampu mengulas senyum ketika Riu dan orang yang dibawanya duduk di hadapan. Kendati begitu, perasaannya terus berkecamuk. Ada rasa bahagia karena anaknya kembali normal, ada pula kecewa karena kemarin saja Riu masih menunjukkan kelumpuhannya, yang otomatis sekadar pura-pura.

"Maaf, Pa, aku sedikit terlambat. Tadi aku masih menunggu Tuan Kairi," ujar Riu sambil menunjuk lelaki yang duduk di sebelahnya.

"Kalau boleh tahu ... kenapa ada Tuan Kairi?" tanya Jason. Sebuah pertanyaan yang mewakili semua yang hadir di ruangan itu, termasuk Kelvin dan Juliet.

Mereka tahu siapa Kairi, pebisnis besar yang tidak hanya memiliki perusahaan di London, tetapi juga di Perancis. Selama ini, tidak ada kerja sama di antara dia dengan Theo, malah bisa dikatakan hubungan keduanya kurang baik. Theo menganggap Kairi adalah saingan terberatnya, dan mungkin hal yang sama juga dirasakan oleh Kairi. Lantas, kenapa detik ini ikut menginjakkan kaki di perusahaan Theo? Tanda tanya besar untuk semuanya.

"Papa kan sudah tahu dengan rencanaku." Riu tersenyum, tampak tenang wajahnya, seakan-akan masa bodoh dengan ayahnya yang tentu tidak puas dengan jawaban yang ia lontarkan.

Semua yang hadir, termasuk Kelvin, juga tidak ada yang puas. Namun, bisa apa mereka? Riu sendiri tidak mau menjelaskan sekarang, malah menjawab dengan kalimat ambigu. Mau tidak mau, semua menunggu sambil mengikuti jalannya rapat, sampai nanti terjawab sendiri apa tujuan Kairi ikut datang ke dalam ruangan.

Pada awalnya, rapat berjalan lancar. Tidak ada yang protes ketika Jason menyatakan bahwa kepemilikan perusahaan akan dialihkan kepada Riu. Orang-orang yang berpihak pada Kelvin juga masih bungkam. Mau bicara memangnya? Alasan pertama menolak Riu sebagai pemimpin adalah kakinya yang lumpuh, tetapi sekarang dia terlihat normal. Lantas, alasan apa lagi yang bisa mereka gunakan?

"Terima kasih untuk Papa yang sudah mempercayakan perusahaan ini kepada saya. Tapi, terus terang saya tidak bisa mengelola ini karena ke depannya akan fokus dengan perusahaan yang ada di Indonesia. Jadi, seperti rencana awal. Saya berniat menjual perusahaan ini kepada Tuan Kairi." Riu tersenyum dan beralih menatap Kelvin. "Kelvin, mereka sudah setuju kan dengan rencana ini?" lanjutnya.

Kelvin gelagapan, sedikit pun tak menyangka jika perusahaan akan dijual, terlebih pada seorang Kairi, yang dari dulu menjadi rival ayahnya.

"Apa maksudmu, Paman?" tanya Kelvin, merasa curiga dengan tatapan dan senyuman Riu.

"Kamu jangan pura-pura, Vin. Aku sudah membicarakan ini denganmu, kamu pun sudah setuju. Malahan ... kamu ke sini lebih dulu katanya untuk membicarakan hal ini dengan mereka. Dan semalam, kamu mengabariku bahwa semua pemegang saham di sini sudah setuju. Kenapa sekarang masih bertanya apa maksudku?" jawab Riu, masih dengan suara tenangnya.

Kini, semua mata tertuju pada Kelvin, kecuali Juliet dan Jason. Kebanyakan dari mereka merasa geram dengan Kelvin karena dibodohi olehnya. Berkaca dari kebohongannya yang mengatakan Kelvin lumpuh, saat ini pun mereka sedikit lebih percaya pada Riu, karena kenyataannya Kelvin memang datang sejak beberapa hari lalu.

"Tolong jelaskan ini pada kami," pinta salah seorang dari mereka. Dia mulai meragukan peran Kelvin.

"Saya tidak tahu apa-apa, dia bohong." Kelvin melayangkan tatapan tajam pada Riu. "Paman, kamu jangan bicara omong kosong! Sedikit pun kamu tidak membahas hal ini padaku!" lanjutnya dengan napas yang memburu.

Riu menarik napas panjang, "Justru aku yang tidak paham dengan maksudmu, Kelvin. Jelas-jelas kamu sendiri yang bilang 'iya', tapi sekarang mengelak? Kamu ingin merusak nama baikku?"

"Sebelumnya saya sangat percaya dengan Tuan Kelvin, tapi ... entah untuk sekarang. Kemarin, Tuan Kelvin bilang kalau Tuan Riu lumpuh dan menyuruh kita semua untuk menolak kehadiran beliau, tapi nyatanya Tuan Riu sangat normal. Sekarang, tiba-tiba ada kabar yang mengejutkan ini. Jangan-jangan ... Tuan Kelvin punya rencana terselubung yang merugikan kita," ujar salah seorang lagi, yang selama ini menjadi mata-mata Riu.

Kelvin hanya bisa berteriak 'tidak' sembari melontarkan kata-kata pembelaan yang berintonasi tinggi. Tanpa dia sadari, justru hal itulah yang makin memancing keraguan orang-orang yang berdiri di pihaknya.

"Jangan-jangan Tuan Kelvin memang banyak berbohong. Jangan-jangan kabar yang beredar itu benar, bahwa orang tua Tuan Kelvin dipenjara karena mencelakai Tuan Riu."

"Sepertinya, yang tidak pantas menjadi pemimpin itu Tuan Kelvin sendiri, bukan Tuan Riu."

Beberapa kalimat menyakitkan terlontar dari orang-orang yang selama ini berpihak pada Kelvin, membuatnya tak bisa berkutik. Bahkan, pembelaan dari Juliet pun dibantah oleh mereka.

"Rapat ini telah membuat saya sadar seperti apa pemimpin kita selama ini. Dengan atau pun tanpa persetujuan dari yang lain, saya memutuskan untuk mengikuti Tuan Riu. Perusahaan dalam kendali beliau, saya siap. Perusahaan dialihkan pada Tuan Kairi pun, saya juga siap," kata seseorang yang dari awal berpihak pada Riu.

Sialnya, banyak yang setuju dengan pendapat itu. Memang yang namanya bisnis, semua mencari keuntungan, termasuk orang-orang yang selama ini berpihak pada keluarga Kelvin. Melihat ada kesempatan untuk menjilat orang besar seperti Kairi, sementara di sisi lain keluarga Kelvin sedikit meragukan, tentu tidak membuat mereka berpikir lama untuk mengambil keputusan.

Bersambung...