NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Lana

Cinta Untuk Lana

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lidya Riani

Lana, seorang gadis yang tumbuh dalam pengabaian orangtua dan terluka oleh cinta, harus berjuang bangkit dari kepedihan, belajar memaafkan dan menemukan kembali kepercayaan pada cinta sejati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidya Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 31 Berita Buruk dari Ibu

Lana baru saja menghabiskan makan malamnya saat itu dan bersiap untuk langsung mencuci piring dan wajan bekasnya memasak.

Ia sudah berdiri di depan wastafel, bersiap membasahi spons di tangannya saat tiba-tiba ia mendengar ponselnya yang ada di atas meja makan, bergetar.

Gadis yang tak suka menunda pekerjaannya itu, langsung menghela nafas jengah dan menaruh kembali spons cuci piring ke tempatnya. Ia segera mencuci tangannya sebelum berlari mendekati ponselnya.

Sambil mengeringkan tangannya, ia melirik nomor asing yang muncul di layar. Kedua alisnya bertaut, mendadak ragu untuk menjawab telponnya.

Namun tak lama, gadis itu menghapus keraguannya dan segera mengangkatnya.

Suara yang ia dengar sebagai jawaban di ujung sana, mendadak membuat tubuhnya membeku. Ia tidak salah dengar...suara itu...

"Bunda?"

...------------...

"La, kamu kenapa, sakit?" pertanyaan Dilla terdengar.

Sejak pagi kedatangan gadis itu ke kelas, Dilla memperhatikan raut wajah Lana yang murung. Ia sudah bisa menebak pasti gadis itu sedang ada masalah.

Tapi bukan Lana, kalau bisa bercerita dengan mudahnya, Dilla harus melancarkan strategi keponya jika ingin membuat gadis itu bersuara.

"Ada masalah sama persyaratan beasiswa?"

Lana menggeleng.

"Si Sakha bikin masalah?"

Lana kembali menggeleng. Gadis itu merebahkan kepalanya di meja, tampak sekali matanya yang mengantuk. Dilla tebak pasti sahabatnya itu begadang semalaman.

"Masalah ayah kamu?"

"Bukan." jawab Lana lemah. 

"Lalu kenapa Lana, Ya Tuhan. Jangan bikin aku bingung dan khawatir dong."

"Bunda."

"Apa? Bunda?"

Lana mengedipkan matanya sebagai jawaban.

"Ada apa sama Bunda kamu? Dia masih di Jakarta?" selidik Dilla lagi.

Lana menggeleng.

"Bunda mau jual rumah."

"Ohh." Dilla mengangguk-angguk. "Eh rumah siapa?"

"Rumah tempat aku tinggal."

"APAAAA??"

"Aku harus gimana, Dil?"

"Wait..wait...bukannya rumah itu peninggalan kakek Bima untuk kamu ya?"

"Ternyata kakek gak pernah membuat perjanjian hitam di atas putih untuk hal itu, dan surat tanah rumah itu juga ada di Bunda."

"Wah gawat." Dilla menepuk keningnya. "Terus kamu gimana, La? kamu mau kembali ke rumah ayah?"

"Sejak aku pergi dari sana, tante Citra sudah melarangku menginjakkan kaki di rumahnya lagi."

"Itu kan rumah ayah kamu, jangan perdulikan si nenek sihir itulah."

"Apa aku cari kosan aja ya?" ide itu tiba-tiba terbersit di kepalanya.

"Menurutku, sebaiknya kamu bicarakan hal ini dengan om Putra."

"Ayah?" Lana meninggikan satu alisnya.

"Iya, siapa tahu ayah kamu bisa mencari solusi."

...----------...

Seminggu kemudian, Lana membuat janji temu dengan ayahnya di luar. Sudah lama sekali ia tak bertemu dengan sang ayah, terakhir kali saat ualng tahun ayahnya, mereka tak berhasil bertemu karena ayah, tante Citra dan adiknya sambungnya pergi berlibur.

Jujur saja gadis itu merasa kecewa karena sang ayah tidak memberitahunya sama sekali perihal acara berlibur mereka, walaupun dirinya memutuskan pergi dari kediaman ayahnya, bukan berarti ia ingin memutuskan hubungan dengan sang ayah.

Namun apa mau dikata, mungkin itu konsekuensi yang harus didapatkan dari keputusan yang ia buat.

Lana telah sampai lebih dulu di restoran yang telah ia pesan. Itu adalah restoran favorit ayahnya yang menyuguhkan makanan nusantara. Dulu, saat ayahnya belum menikah lagi dengan Citra, ia kerap membawa Lana untuk makan siang di sana.

Saat Putra baru bercerai dengan Sofia, ia sering menyisihkan waktu di sela pekerjaanya untuk Lana. Putri satu-satunya yang sangat berharga.

Memasak untuk Lana, membelikan mainan, membawa Lana bermain di taman atau wahana, membacakan cerita untuk Lana sebelum gadis itu terlelap, sungguh sosok ayah yang sempurna.

Lana masih bersyukur memiliki kenangan indah itu dengan sang ayah, karena ia yakin bahkan orang lain, ada yang mengalami nasib lebih buruk darinya.

Apapun yang terjadi dalam hidupnya, sudah ditakdirkan. Ia hanya perlu menjalani dengan sebaik mungkin.

...-----------...

"Anak ayah sudah menunggu lama?" Suara yang terdengar di telinganya membuyarkan lamunan Lana.

Lana mendongak dari duduknya dan disambut oleh sorot mata teduh Putra, sang ayah yang lalu mengusap lembut puncak kepala gadis itu.

Lana bangkit dan memeluk ayahnya erat.

Tak perduli dengan tatapan orang yang mungkin aneh melihat seorang anak remaja berpelukan dengan pria paruh baya di sana.

"Sudah nunggu lama?" tanya ayahnya  sambil menepuk punggung putrinya.

Lana menggeleng dengan masih membenamkan kepalanya di dada sang ayah, seolah tak mau ia lepaskan.

Ia begitu merindukan sang ayah. Aroma maskulin yang masih ia kenali memenuhi indra penciumannya. Pelukan sang ayah pada dirinya masih terasa sama. Hangat, nyaman.

"Jadi, ada masalah penting apa yang mau dibicarakan?"

Putra berkali-kali melirik jam di tangannya, hari ini ia memang berjanji untuk bertemu putrinya itu namun Citra istrinya menyuruhnya untuk mengantarkan ia ke klinik kecantikan sore nanti, jadi pria itu tidak bisa berlama-lama karena tidak mau membuat istrinya kesal.

Gelagat ayahnya tersebut tak luput dari perhatian Lana, ia menyadari kalau sang ayah pasti sedang terburu-buru. Ia mulai merasakan sesak di dadanya, namun segera ia tepis jauh-jauh.

"Bunda berencana  menjual rumah Lana, yah."

Putra hampir tersedak kopi yang sedang diminumnya. Matanya membulat, kedua alisnya bertaut.

"Tapi rumah itu milik kamu, kakek Bima mewariskannya untuk kamu, cucu satu-satunya."

Kakek Bima adalah orangtua dari Sofia, ibu kandung Lana. Dulu sekali, setelah kelahiran Lana, Bima sempat berkata bahwa ia ingin mewariskan rumah itu  untuk Lana, cucu pertamanya. 

"Tapi enggak ada bukti kalau kakek mewariskan itu untuk Lana, Yah. Dan Bunda, sepertinya sedang membutuhkan uang jadi ia perlu segera menjual rumah itu."jelas Lana dengan wajah menunduk.

Ia sama sekali belum menyentuh nasi goreng yang dipesannya.

Putra menghembuskan nafas kasar, tampak berpiki keras.

"Biar ayah yang bicara dengan Bunda kamu, walaupun misalnya memang rumah itu bukan hak kamu, minimal ayah akan membujuk agar ia menunda penjualan rumah itu sampai kamu kuliah."

Lana akhirnya mengangguk setuju. 

Keduanya lalu membicarakan tentang rencana kuliah Lana di luar negeri. Putra menegaskan kalau ia mungkin tidak bisa membantu banyak untuk biaya kuliah Lana, karena bisnisnya sedang tidak berjalan lancar ditambah adik sambungnya Alvaro, saat ini belajar di sekolah internasional yang membutuhkan biaya tak sedikit. Ayahnya memohon pengertian gadis itu.

Lana yang selama ini telah terbiasa dengan hidupnya yang sederhana berusaha mengerti. Ia pun berkata kalau akan berusaha meraih beasiswa agar tidak memberatkan sang ayah.

"Kamu cerdas dan sudah dewasa. Ayah bangga dengan kamu."

Ucapan ayahhnya tersebut entah kenapa malah membuat gadis itu ingin menangis. 

Jika saja sang ayah tahu, kalau dirinya hanya sedang memasang topeng. Sikap dewasanya hanyalah pura-pura.

Lana yang saat ini terlihat kuat, selalu berusaha mendorong dirinya agar bersikap dewasa. Berusaha untuk tidak mengeluh, tidak menangis, tidak menyerah.

Tapi dalam hatinya, sesungguhnya dia lemah...dan pengecut..

...----------------...

1
Rita Riau
tuh Shaka dengerin betapa baiknya Lana,dan kamu hanya seorang pecundang
Rita Riau
bagus Lana,jgn lemah bikin hidup di Shaka dalam penyesalan seumur hidup
Rita Riau
terlalu bego kamu Lana kalo mau di bodohi oleh manusia seperti si Gani
Rita Riau
hadeeh,,, mampus aja sekalian Sofia ga simpati aq
Rita Riau
udah mau mati baru ingat anak yang rak di inginkan. basi
Rita Riau
takdir benar benar kejam mempermain hidup Alana,,, kasihan Lana,,
Rita Riau
Lana,ga salah kha,,, kamu salah besar kalo membenci Alana,,, yg salah itu bapak nya.
Rita Riau
berarti yg nabrak ayah Shaka sampai meninggal itu si putra ayah Alana. rumit
Rita Riau
kasian Alana, punya ayah tapi seorang pecundang dan memiliki seorang ibu namun lebih bagus ibu ayam,,
Rita Riau
Lana,kamu bersama Shaka aja biar waktu yang membalas semua perbuatan orang tua mu,,
tak bapak tak ibu sama aja dua duanya jahat sama anak sendiri
Rita Riau
ga apa" Sofia terus aja dgn sikap mu yang tak menganggap ada anak mu, akan ada hari balasan karena hukum alam itu berlaku tabur tuai juga nyata
Rita Riau
kasian banget Lana, nanti kalo kedua orang tua datang dgn penyesalan ga usah dipedulikan juga.abai kan
Rita Riau
bahagia kan diri mu Lana walaupun tanpa kasih sayang orang tua mu.
Rita Riau
nyesek banget dgn nasib Lana,,, punya orang tua tapi seperti yatim piatu. bapak ibunya cuma pandai bikin setelah hadir di sia sia kan,,, bener bener orang tua egois,,
Rita Riau
izin mampir ya Thor,,, 🙏
CantStopWontstop
Aku udah jatuh cinta sama cerita ini, semoga thor terus update terussss!
Abadon007
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Coralfanartkpopoaf
Cerita yang menghanyutkan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!