Arvania tidak menyangka jika pernikahan yang ia impikan selama ini menjadi pernikahan yang penuh dengan air mata.
Siksaan demi siksaan ia terima dari suaminya. Namun bodohnya Vania yang selalu bertahan dengan pernikahan ini.
Hingga suatu hari Vania tidak mampu lagi untuk bertahan, ia memilih untuk pergi meninggalkan Gavin.
Lalu bagaimana dengan Gavin yang telah menyadari perasaan cintanya untuk Vania setelah kepergiannya?
Akankah Gavin menemukan Vania dan hidup bahagia?
Ataukah Gavin akan berakhir dengan penyesalannya?
Ikuti kisahnya di
Pada Akhirnya Aku Menyerah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERSIKAP DINGIN
Sinar matahari masuk ke kamar Vania melalui celah celah korden membuat Vania mengerjapkan matanya.
" Pagi sayang." Sapa Gavin yang baru masuk sambil membawa sepiring makanan di tangannya.
Vania memutar bola matanya malas.
" Mas suapin sayang." Ucap Gavin duduk di tepi ranjang.
" Aku bisa makan sendiri Mas! Aku mau mandi dulu!" Vania turun dari ranjang masuk ke kamar mandi.
Gavin mendekati box Gava. Ia menatap bayi mungil yang masih memejamkan mata.
" Morning sayang, bentar lagi mandi ya sama papa. Kamu mungil banget sih membuat papa semakin menyayangimu, maafkan apapa sayang! Papa telah melakukan dosa besar waktu itu, papa akan sangat menyesal jika sampai usaha papa saat itu berhasil. Papa yakin tidak akan bisa hidup lagi setelah itu karena penyesalan yang sangat mendalam.
Tanpa Gavin sadari air mata menetes begitu saja di pipinya. Mengingat perbuatannya saat itu ia menjadi sedih dan merasa bersalah.
" Maafkan papa sayang! Sekarang papa janji akan selalu menyayangimu, papa akan memanjakanmu dengan penuh kasih sayang, papa akan menuruti apapun keinginanmu jika kau sudah besar nanti, papa siap menjadi teman sekaligus body guardmu sayang. Maafkan papa!" Gavin mengelus pipi Gava.
Ia mengusap air mata yang semakin deras mengalir. Vania melihatnya menjadi tersentuh. Namun ia tidak boleh gegabah, luka yang Gavin rasakan belum sebanding dengan lukanya.
Vania menuju almari menyiapkan baju ganti untuk Gava.
" Biar aku saja sayang, kamu sarapan dulu biar nanti setelah mandi Gava bisa langsung minum ASI." Ujar Gavin.
Gavin menyiapkan air hangat untuk Gava. Dengan telaten ia membuka baju Gava satu persatu. Lalu ia memandikan nya.
" Bisa nggak Mas? Aku nggak mau sampai anakku merasakan sakit gara gara kamu." Ucap Vania dingin.
Gavin memejamkan matanya.
" Bisa sayang, kau tenang saja!" Ucap Gavin masuk ke dalam kamar mandi.
Saat Gava masuk ke bak berisi air hangat tiba tiba ia menjerit. Vania yang mendengarnya langsung menghampirinya.
" Shh sayang." Gavin menimangnya.
" Kau apakan putraku Mas?" Tanya Vania dengan nada tinggi.
" Aku nggak tahu sayang, tiba tiba Gava menangis saat aku masukkan ke bak." Sahut Gavin.
Vania mencelupkan tangannya ke bak mengukir suhu airnya.
" Astaga kau mau menyiksa putraku hah? Ini airnya kepanasan, makanya kalau nggak bisa nggak usah sok sok an mau mandiin segala deh. Lain kali nggak usah mengurus anakku, biar akusaja yang mengurusnya." Omel Vania menambahkan air dingin ke dalamnya.
" Minggir! Biar aku saja, kalau kamu yang mandiin yang ada nanti kulit putraku mengelupas semua." Vania mengambil Gava dari gendongan Gavin lalu memandikan nya.
Gavin menatapnya dengan perasaan entah.
" Beginikah rasanya tidak di hargai? Sakit... Rasanya sakit saat selalu salah dalam apapun. Maafkan aku Vania, aku telah membuatmu merasakan sakit ini selama berbulan bulan hidup bersamaku." Ujar Gavin dalam hati.
Setelah memandikan Gaba, Vania segera menyusuinya. Setelah itu ia menidurkan Gava di ranjang. Ia menatap putranya, putra yang malang karena sempat di tolak kehadirannya oleh ayahnya sendiri.
Gavin duduk di samping Vania. Ia menggenggam tangan Vania dengan erat.
" Aku minta maaf sayang, aku tidak becus mengurus anak kita, aku...
" Kau hanya tahu tentang balas dendam saja Mas." Sahut Vania menohok hati Gavin.
" Maafkan aku!" Gavin menundukkan kepala.
" Kau minta maaf dan ingin memperbaiki hubungan kita karena kau tahu kalau aku tidak bersalah, seandainya kau tidak mengetahuinya pasti kau akan melenyapkan kami berdua." Ujar Vania.
" Tidak sayang, aku mengetahui semua kebenarannya setelah aku menyadari perasaanku padamu. Setelah kepergianmu aku berusaha mencarimu, dan dalam pencarian itu aku mengetahui semuanya. Aku semakin terpuruk dan merasa bersalah padamu. Aku sangat takut membayangkan jika kau dan Gava tiada, aku tidak bisa hidup dengan baik karena mimpi mimpi buruk itu selalu menghantuiku.Tapi sekarang aku bahagia sayang, pada akhirnya aku bisa berkumpul dengan kalian berdua, walaupun aku harus menerima sikap dinginmu padaku. Aku anggap sikapmu sebagai karma yang harus aku terima akibat kesalahanku." Ujar Gavin.
" Bukankah kau bukan hanya memiliki kami? Kau memiliki Talita dan anaknya juga kan?"
Pertanyaan Vania membuat Gavin mengerutkan keningnya.
" Apa maksudmu sayang?" Tanya Gavin.
Vania menceritakan apa yang Talita bilang padanya saat ia menyuruh Vania meminum pil waktu itu. Gavin mengepalkan erat tangannya.
" Dia berbohong sayang, aku tidak ada hubungan apa apa dengannya." Ucap Gavin.
" Apa aku harus mempercayainya?" Tanya Vania.
" Aku tidak pernah berbohong padamu selama ini sayang, walaupun aku berlaku buruk kepadamu kan." Sahut Gavin.
Gavin benar, pikir Vania.
" Aku hanya memiliki kau dan Gava, tidak ada yang lainnya. Tetaplah bersamaku! Jangan pernah meninggalkan aku! Aku rela menerima sikap dinginmu selamanya kepadaku asal kau tetap berada di sampingku. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu." Gavin memcium punggung tangan Vania.
Vania menarik tangannya. Ingin sekali ia memeluk Gavin, tapi ia ingin tahu sampai mana Gavin sabar menerima sikapnya.
Tok tok
" Kakak, aku masuk ya." Teriak Sandia dari luar.
" Masuk!" Sahut Gavin.
Ceklek...
Sandi masuk ke dalam menghampiri Vania di ranjangnya.
" Yah Gava malah lagi tidur, padahal kan aku ke sini mau gendong dia." Ujar Sandia menghela nafasnya pelan.
" Keenakan Gava nya, habis tidur terus minum susu." Ujar Gavin.
Bukannya keluar Sandia malah naik ke atas ranjang mendekati Gava.
" Hai tampan, bangun donk! Ayo mainan sama aunti!" Sandia menoel noel pipi Gava.
" Gava lagi tidur Sandia, udah deh sana keluar! Ganggu orang lagi pdkt aja." Ucap Gavin.
" Dih pdkt, makanya kalau udah dekat jangan di jauh jauhin Kak. Nyesel kan sekarang." Cibir Sandia.
" Kamu ya, mau kakak hentikan uang jajanmu?" Gavin menatap Sandia.
" Eh jangan donk! Nggak berani berani lagi deh. Aku keluar." Sandia langsung beranjak keluar kamar Gavin.
Vania tersenyum melihat kelakuan mereka berdua.
" Sayang aku ke ruangan kerja dulu ya! Kalau perlu apa apa tinggal panggil aku." Ujar Gavin.
" Hmm." Gumam Vania.
Gavin berdiri menatap Vania membuat Vania mendongak. Saat Gavin menundukkan kepalanya ingin mencium kening Vania, Vania segera menundukkan kepalanya.
Lagi lagi Gavin hanya menghela nafasnya. Ia keluar kamar dengan perasaan kecewa. Vania menatap kepergian Gavin sambil tersenyum.
" Buktikan padaku kalau kau sudah benar benar berubah Mas, maafkan aku jika aku sikapku tidak berkenan di hatimu, aku hanya menjaga diriku dan anakku Mas. Aku tidak mau kau hanya bersikap manis di depan saja seperti yang dulu kamu lakukan padaku." Ujar Vania.
Slow aja ya biar nggak terkesan Vania begitu cepat memaafkan Gavin.
Kita siksa dulu si Gavin dengan penyesalannya.
Jangan lupa like koment vote dan 🌹nya
Terima kasih untuk kalian yang sudah mensuport author semoga sehat selalu...
Miss U All...
TBC....
maaf aku skip aja soalnya menurutku balasan Vania ke gavin gak sebanding sama siksaan Gavin ke Vania soalnya Vania sudah sakit fisik dan mental kalau orang normal paling sudah gila berhubung ini novel ya maha ciptaan author
tapi q coba mau mampir cerita author yang lain
Semoga sukses trus buat author jangan liat yang comen yang buruk buruk" tetep semangat bikin cerita buat para penggemar authornya semangattt /Pray//Pray//Pray/