NovelToon NovelToon
PLAY ON

PLAY ON

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Enemy to Lovers
Popularitas:36.6k
Nilai: 5
Nama Author: Tris rahmawati

Auriga tidak menyadari dia sedang terjebak dalam sebuah masalah yang akan berbuntut panjang bersama Abel, gadis 18 tahun, putri temannya yang baru saja lulus SMA.

Obsesi Abel kepada Auriga yang telah terpendam selama beberapa tahun membuat gadis itu nekat menyamar menjadi seorang wanita pemandu lagu di sebuah tempat hiburan malam. Tempat itu disewa oleh Mahendra, ayah Abel, untuk menyambut tamu-tamunya.
“Bel, kalau bokap lo tahu, gue bisa mati!” Kata Ode asisten sang ayah tengah berbisik.
“Ssst...tenang! Semuanya aman terkendali!” Abel berkata penuh percaya diri.
“Tenang-tenang gimana? Ini tempat bukan buat bocah ingusan kayak elo!”
“Dua hari lagi aku 18 tahun! Oh my God, gatel ya,Mahen!Lo ya, ganjen banget! Katanya nggak mau nikah lagi tapi ani-aninya seabrek!" Umpat Abel pada sang papa.

***
Di satu sisi lain sebuah kebahagiaan untuk Auriga saat mengetahui hubungan rumah tangga mantannya tidak baik-baik saja dan tidak bahagia dia pun kembali terhubung dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tris rahmawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5 Kamu siapa?

Dengan langkah berat dan perasaan kesal, Auriga Sean Anderson keluar dari area hotel, malam yang seharusnya berakhir dengan tenang berubah menjadi malam yang memuakkan. Di tengah dinginnya udara malam Jakarta, dia memanggil taksi, enggan menggunakan kendaraan resmi dari hotel untuk perjalanan yang tidak pernah dia rencanakan ini.

“Kenapa aku?” gumamnya kesal sambil masuk ke dalam taksi. Malam itu rencananya dia akan pulang ke rumah sang oma sekaligus melepas rindu ke tempat yang selalu membuatnya merasa tenang setiap kali menginjakkan kaki di Jakarta, Rumah besar yang sepi tempat yang dia sukai. Namun, dengan kejadian ini, tampaknya kunjungannya harus ditunda hingga besok.

Auriga memandang keluar jendela taksi, lampu kota Jakarta yang gemerlap membuat pikirannya melayang. Dua tahun ini dia sudah jarang kembali ke kota ini, jika bukan untuk urusan bisnis atau sesekali mengunjungi keluarganya. Auriga sekarang menetap di Singapura, memilih tinggal di sana karena memang dia punya pekerjaan di sana selain itu Singapura menawarkan ketenangan dan privasi yang sulit didapatkan di Jakarta.

Namun tetap kota Jakarta adalah tujuannya yang tidak bisa di lewatkan setiap hari-hari besar, Auriga tumbuh besar di sana.

 Kedua orang tuanya kini tinggal di sebuah pulau kecil di dekat perbatasan Filipina, telah menyerahkan kendali bisnis keluarga kepada anak-anaknya. Ayahnya, seorang pengusaha sukses, lebih memilih menjalani masa pensiun dengan damai bersama istrinya mengelola pulau mereka menjadi tempat wisata, seorang wanita keturunan bangsawan yang memiliki sejarah keluarga yang tragis.

Dari pihak ibunya, keluarga mereka pernah menjadi korban tragedi berdarah di pulau yang mereka miliki. Tragedi itu menghancurkan banyak anggota keluarga, termasuk kakek Auriga dari pihak ibunya yang tewas dengan cara mengenaskan. Hingga kini, cerita itu masih menjadi bayangan gelap di balik nama besar keluarga mereka.

Auriga memeriksa ponselnya di perjalanan sembari kembali mengingat wanita yang tidak dikenalnya, yang tiba-tiba menghampirinya di bar, sekarang menjadi alasan dia harus menuju rumah sakit di tengah malam. "Benar-benar menyusahkan," pikir Auriga sambil memijat pelipisnya. Namun, dia tahu, situasi ini tidak akan selesai sampai dia memastikan semuanya terkendali.

Saat taksi mendekati rumah sakit, Auriga menghela napas panjang, mencoba menguasai emosi.

Di dalam sebuah ruangan setelah melewati serangkaian pemeriksaan, Abel akhirnya dipindahkan ke ruangan perawatan yang lebih nyaman. Namun, kegelisahan masih terus menyelimuti pikirannya. Jantungnya berdebar tak karuan, dan telapak tangannya berkeringat dingin.

Dia mendengar dari suster bahwa pihak rumah sakit, bersama pihak hotel, telah memanggil Auriga untuk datang. Hatinya dag dig dug mendengar itu. Aktingnya yang terus-menerus memanggil “Mas” dengan suara lirih ternyata benar-benar membuat situasi ini menjadi lebih rumit dari yang dia bayangkan. Auriga masuk dalam perangkap dan rencana yang sudah dia dan Ide atur

“Ini gila sih. Kenapa gue malah bikin semuanya jadi sejauh ini?” pikir Abel sambil meremas selimut di atas pangkuannya. Dia mencoba menarik napas panjang untuk menenangkan diri, tetapi pikirannya terus berlarian tanpa kendali.

Abel tahu tindakannya keterlaluan. Tapi di sisi lain, ini adalah satu-satunya cara yang dia pikir bisa membuat Auriga benar-benar terlibat dalam hidupnya, walaupun hanya untuk sementara. “Kalau gue nggak nekat, kapan lagi gue bisa dekat sama dia? Kapan lagi gue bisa merasakan rasanya diperhatikan sama orang yang biasanya cuma gue bayang-bayang ini doang. Astaga apa-apan ini.”

Pikiran itu membuat hatinya campur aduk. Abel tahu, Auriga bukan pria biasa. Dia adalah sosok yang selalu menjadi pusat perhatian, bukan hanya karena wajah tampannya, tetapi juga karena karirnya,kehidupannya, keluarganya dan banyak aspek lain. Auriga sering disebut sebagai pria yang sulit dijangkau, seseorang yang tak sulit menunjukkan ketertarikan pada wanita seperti pria lainnya, meskipun banyak yang mencoba mendekatinya.

Abel sering mendengar obrolan papanya, Mahendra, tentang Auriga. Bagaimana pria itu selalu didekati oleh wanita-wanita sukses, dari pengusaha muda hingga selebriti. Bahkan, banyak kolega Mahendra yang mencoba menjodohkan Auriga dengan putri-putri mereka yang cantik, cerdas, dan berkelas. Tapi Auriga tetap dingin, seolah tidak terpengaruh oleh itu semua.

Bahkan Mahendra sendiri, suka menjodoh-jodohkan, pernah mencoba memperkenalkan Auriga dengan wanita-wanita kalangan atas. Namun, semua usaha itu berakhir dengan kegagalan. Auriga tampaknya terlalu fokus pada kehidupannya sendiri untuk peduli pada drama romansa.

“Kalau wanita-wanita dengan segala spek sempurna aja nggak bisa ngubah hati dia, apalagi gue?” pikir Abel getir. Dia melirik bayangannya di kaca ruangan, mencoba mencari kepercayaan diri yang biasanya dia miliki. “Cuma bocil 18 tahun yang belum tahu apa-apa soal hidup. Tapi… ini nggak berarti gue nggak bisa coba kan?”

Pikiran Abel kemudian terhenti pada nama yang terus menghantuinya Sahara. Mantan kekasih Auriga yang selalu muncul dalam cerita-cerita Papa. Sahara, yang pernah bekerja di kedutaan besar, seorang wanita karir yang sukses dan berwibawa. Wanita itu adalah contoh nyata dari tipe pasangan yang mungkin diinginkan oleh pria seperti Auriga.

Namun, Abel tahu satu hal hubungan Sahara dan Auriga tidak berakhir dengan bahagia. Sahara meninggalkan Auriga, memilih pria lain. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tapi Abel merasa ini adalah alasan mengapa Auriga menjadi semakin dingin dan sulit didekati.

Malam ini, meskipun tubuhnya lemah, Abel merasakan tekad yang kuat di dalam dirinya. “Auriga mungkin nggak akan pernah masukin gue ke list perempuan-perempuan yang dia inginkan. Tapi gue akan buat dia sadar kalau gue layak kok. Meskipun cara ini gila, meskipun ini sumpah demi apa sangat buang waktu dan rasanya malu setengah mati, gue harus coba.”

Abel menarik napas panjang, mencoba menenangkan debaran jantungnya, Apakah rencananya akan berhasil, atau malah berakhir menjadi bencana besar? Abel hanya bisa menunggu dan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

Abel duduk bersandar di ranjang rumah sakit, tubuhnya lemah tapi pikirannya penuh gejolak. Dengan hati-hati, dia membuka ponselnya yang dia tidak sadar kenapa mati. Begitu layar menyala, notifikasi langsung membanjiri, membuatnya sedikit cemas. Puluhan pesan masuk, sebagian besar dari sang papa, Mahendra.

Dia menggigit bibirnya, enggan membaca pesan-pesan itu. Namun, satu pesan mencuri perhatiannya. Pengirimnya siapa lagi kalau bukan Ode.

Ode Cong : Gue Cuma bisa kendaliin ini semua beberapa hari. Gue akan bilang ke papa lo, lo ke Surabaya nyusul Claudia. Ini pas kan, lo lagi ngambek juga. Pokoknya manfaatin waktu ini, setelah itu lo janji cabut dari Jakarta. Gue udah susah payah daftarin lo di kampus terbaik di Aussie itu.”

Abel menatap pesan itu lama. Pesan Ode seperti tamparan keras baginya. Dia tahu, semua ini hanya sementara, sebuah ilusi yang dia ciptakan sendiri. Sebentar lagi, segalanya akan kembali ke kenyataan.

Ya, gue janji. Sekali ini aja. Janji!

Abel menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Tapi ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba, dia mendengar langkah kaki mendekat. Bukan langkah perawat, pikirnya. Langkah ini terdengar lebih berat, lebih tenang, tapi penuh otoritas.

Jantungnya semakin berdebar kencang. Suara langkah itu mendekat semakin dekat, hingga berhenti tepat di depan pintu kamarnya. Abel menahan napas, merasa seluruh tubuhnya kaku. Pintu perlahan terbuka, dan suara deheman seorang pria memecah keheningan.

Dia menoleh. Di sana, berdiri Auriga Sean Anderson. Wajahnya dingin seperti biasanya, penampilannya tetap rapi meski malam sudah larut. Setelan yang dia kenakan memancarkan kesan profesional, tapi hawanya terasa dingin tatapannya tampak menakutkan

Abel merasa tubuhnya membeku. Dia mencoba mengendalikan dirinya, tapi keberanian yang tadi dia miliki seolah menguap begitu saja. Jantungnya berpacu seperti genderang perang, dan pikirannya hanya dipenuhi satu pertanyaan,“Kenapa gue harus main-main sama makhluk seperti ini? Apa gue salah langkah?”

Auriga berdiri di ambang pintu, menatap Abel dengan tatapan tajam yang tak bisa dia artikan. Wajah pria itu begitu tampan, tapi sekaligus mengintimidasi. Pesonanya membuat hati Abel seolah meleleh, namun ketenangannya yang dingin membuat jantungnya serasa ingin meledak karena takut.

“So, udah bangun? Apa yang anda inginkan?” ucap Auriga akhirnya, suaranya rendah dan penuh tekanan.

Abel menelan ludah. Dalam hati, dia bertanya-tanya, Mau jawab apa? Harus jawab apa?

“Ka-kamu kamu siapa? Kamu mas?” Kata-kata itu keluar begitu saja tanpa bisa dia saring.

"Mas?” Auriga mengulang kata itu dengan nada dingin, sudut bibirnya sedikit tertarik membentuk senyum yang jelas mencerminkan rasa kesal. “Siapa mas? Sama seperti pernyataan kamu, kamu siapa? Kita tidak saling kenal, maka ini selesai. Hanya salah paham.”

Abel menatapnya dengan ekspresi yang dibuat sedramatis mungkin. Wajahnya sengaja dibentuk seperti orang yang kebingungan total, matanya membesar seolah mencoba mencari jawaban di kekosongan. “Tidak kenal? Tidak kenal aku? Aku siapa?” tanyanya, suaranya hampir berbisik, penuh kepura-puraan.

Abel memegang kepalanya dengan gemetar. “Aku... siapa? Aku... siapa?” gumamnya lirih, mencoba membuat Auriga semakin panik dengan aktingnya yang begitu meyakinkan.

Auriga mengerutkan alis, tubuhnya sedikit condong ke depan. “Apa-apaan ini?” pikirnya. Pertanyaan itu,“Aku siapa?”benar-benar membuatnya tidak percaya. Manusia mana yang bertanya seperti itu tentang dirinya sendiri? Ini mulai terasa konyol, bahkan absurd.

“Ini pasti lelucon,” katanya, mencoba menguasai situasi meskipun kebingungannya mulai menjadi-jadi. “Katakan ini bohong! Katakan ini hanya bercanda!”

“Bercanda?” ulang Abel dengan nada polos, wajahnya semakin dibuat tampak kosong dan linglung. “Kenapa? Kenapa bercanda? Aku... siapa?” Suaranya terdengar tulus, tapi di baliknya, dia merasa hatinya hampir meledak karena tegang. Apakah Auriga percaya atau justru akan marah besar?

Auriga memijat pelipisnya, frustrasi. “Astaga, ini gila,” gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri. Dia menatap Abel yang masih duduk di ranjang dengan ekspresi bingung yang hampir menyakitkan untuk dilihat. Wanita ini benar-benar seperti teka-teki yang dia tidak ingin pecahkan, tapi kini dia terpaksa melibatkan dirinya.

“Baiklah,” katanya akhirnya, nadanya lebih dingin dari sebelumnya. “Kalau kamu tidak tahu siapa kamu, saya juga tidak tahu siapa kamu. Kita cari tau sekarang,mana ponsel kamu yang mati itu? Saya akan berikan pada tim saya untuk melacak semuanya."

"Ponsel? Aku? enggak tau." Geleng Abel lagu kepalanya lebih polos dari sebelumnya.

1
Imas Kartini
nunggu waktu sampe auriga tau Abel adalah ana dan motif sebenarnya Abel mencintai kamu auriga
Herlinawati Ana
mau diapain Kapasnya Om wkwkwk
Herlinawati Ana
kekuatan besar didalamnya adalah Cinta....
Herlinawati Ana
nungguin bom waktu aja kpan semua trungkap dan.... semua kebingungan,kerunyaman, kerumitan hanya ada 1 Alasan dari semua itu karena rasa CINTA Abel yg amat sangat besar utkmu Auriga 😍
Laily
duhh.. akankah auriga membenci arabellah, setelh terungkap semua

next akak tris 🙏
💪💪
Yeni ning
Auriga curiganya kemana”…
Padahal masalah sepele “Cintq…
Huhuhu jadi ga sabar up kak 🥰🥰
Mom Dee 🥰 IG : damayanti6902
simple sih om Au alasan Arabella begitu, karna dia suka sama dirimu 🤣🤣
Sabarina_Dewi
om ganteng mau ngapain ya
serem
timakasi tris rahma 😘
Nanysetyarsi24 Nanyse24
aq dukung kdk tris 👍🥳
Nanysetyarsi24 Nanyse24
masuk.ke petualangan Abel 🤩
likerain_1308
duh...ikutan deg2an... gimana kalo sampe ketahuan, klo ana adl arabella...🤦‍♀️....makasih up nya mb tris 😍🙏
Ayu: krya ka tris ga pernah gagal, huhu.. sllu bikin deg2an.

semangat up nya ka tris😘
total 1 replies
siska oktaviana
ayo Om cari tau terus...
🌜melody 🌛
pastilah bel ,ga munkin auriga diam aja pasti nyari tau dia
Naaaaa
lanjuuttt kk
Abi 123
ih.... jadi mellow
Indah Wirdianingsih
abel pura2 hilang ingatan
Abi 123
makin seru kak..... gara2 obat tidur jdi bisa deket2 ma om ganteng
Indah Wirdianingsih
lanjut kak tris, om riga penasaran sama si abel
Suwastika
hayo loh bel....
km ketauan....
Ummu Jihad Elmoro
pisahin sementara mereka, Kak Tris, biar makin klepek2 merindu tuh si babang riga.. hihi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!