NovelToon NovelToon
Rahim Sengketa

Rahim Sengketa

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:7.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Asri Faris

Seorang laki-laki muncul di hadapan Ajeng. Tidak amat tampan tetapi teramat mapan. Mengulurkan keinginan yang cukup mencengangkan, tepat di saat Ajeng berada di titik keputus-asaan.

"Mengandung anaknya? Tanpa menikah? Ini gila namanya!" Ayu Rahajeng

"Kamu hanya perlu mengandung anakku, melalui inseminasi, tidak harus berhubungan badan denganku. Tetap terjaga kesucianmu. Nanti lahirannya melalui caesar." Abimanyu Prayogo

Lantas bagaimana nasab anaknya kelak?

Haruskah Ajeng terima?

Gamang, berada dalam dilema, apa ini pertolongan Allah, atau justru ujian-Nya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

"Mama!" Keduanya terperanjat mendengar suara yang terdengar begitu familiar di dekatnya.

"Sejak kapan Mama di situ?" tanya Vivi jelas tamat riwayatnya.

"Siapa yang kamu maksud bohongan?" tanya Nyonya Warsa jelas curiga. Menyorot keduanya bergantian.

"Emm ... ini Mah, Vivi nggak mau ngaku kalau tadi ngebut di jalan. Mencoba berbohong, padahalkan Mama lihat," jawab Abi terpaksa berdusta.

Ibunya sangat rewel untuk hal sekrusial itu, dirinya juga bakalan repot kena sidak dan laporan berlanjut apabila tidak sesuai dengan pemikirannya.

"Maaf, Ma, tadi temenku yang bawa mobilnya. Lain kali aku lebih hati-hati lagi," sesal Vivi tertunduk dalam. Dalam benaknya jelas merasa waswas luar biasa.

"Ya sudah, aku ke dalam dulu," pamit perempuan itu ingin segera menyudahi sandiwaranya yang nyaris terbuka.

"Abi, mama sudah memperingatkan kamu jauh-jauh hari, kamu tahu mama, 'kan?" tekan Bu Warsa menatap tajam putranya.

"Iya Ma, paham. Aku masih bisa mengatasinya, Mama jangan ambil hati ya, nanti pelan-pelan aku kasih tahu," ucap pria itu menenangkan. Merasa sedikit berdosa terus-menerus menutupi kebohongan istrinya dan tentunya juga dirinya.

"Mama ke sini cuma mampir, tolong berikan makanan sehat ini untuk istrimu, pastikan dia memakannya," pesan Bu Warsa lalu pamit.

Abi meraih paper bag berisi makanan sehat yang sepertinya salad buah segar. Pria itu berencana memberikan pada Ajeng nanti sambil menjenguknya. Selepas kepulangan ibunya, Abi langsung menuyusul istrinya ke dalam.

"Ibumu sudah pulang?" tanya Vivi begitu pria itu memasuki kamarnya.

"Sudah, lain kali jaga sikapmu dan nada bicaramu di depan mama, kalau tidak ingin semua rencana yang sudah kita susun berantakan!" peringat Abi menatap istrinya serius.

"Hmm," jawab Vivi dengan gumaman. Memang seharusnya mengiyakan agar tidak berkepanjangan.

"Kamu mau ke mana lagi Mas, kan baru pulang?" tanya Vivi jelas merasa terabaikan.

"Ke rumah sakit, nggak ada yang jagain Ajeng. Kamu mau ikut?" tawar Abi dengan santai.

"Nggak, tapi nanti kamu pulang, 'kan? Semalam kamu bahkan sudah menginap di sana."

"Kemungkinan tidak, jangan khawatir, akan aku ganti waktumu nanti semalaman bersamaku. Sekarang aku perlu menjaganya, aku khawatir terjadi sesuatu dengan kandungannya."

Vivi cemberut melepas kepergian suaminya. Tidak ada perpisahan hangat, karena perempuan itu kadung merajuk yang sayangnya Abi terlalu datar dan santai menyikapi itu.

Pria dua puluh sembilan tahun itu melajukan mobilnya ke rumah sakit. Langsung menuju kawar inap di mana Ajeng dirawat. Terlihat dua pria yang diutus menjaga di depan ruangan masih stay di sana.

Keduanya memberikan laporan tentang kebenaran seorang pemuda datang hendak menemui Ajeng. Namun, jelas langsung diusir dan dicegah begitu saja. Membuat Abi tersenyum puas mendengar laporan sore itu.

"Sore, bagaimana keadaan, Kamu?" sapa Abi mendekati istrinya yang nampak bermuka muram.

"Aku ingin pulang," jawab Ajeng langsung saja. Ia merasa sudah tidak betah berada di rumah sakit.

"Oke, aku konsultasi ke dokternya dulu, baru memastikan," ujar Abi menemui dokter yang menangani istrinya.

Kondisi Ajeng sudah lepas infus, kendati demikian ia harus beristirahat selama masa pemulihan. Perempuan itu akhirnya diperbolehkan pulang dan wajib kontrol untuk tiga hari ke depan.

"Mas, aku mau pulang ke apartemen saja," pinta Ajeng saat mereka sudah di dalam mobil.

Abi tidak menyahut, ia langsung memposisikan dirinya di jok kemudi. Melajukan mobilnya sendiri dengan kecepatan sedang.

Ajeng terdiam karena merasa diabaikan. Hanya saja sedikit takut jika nanti Abi membawanya kembali ke rumahnya. Sungguh Ajeng masih trauma atas insiden kemarin.

"Mas, kita mau ke mana?" tanya perempuan itu makin galau saja sambil meneliti jalan. Rasa penasaran baru mereda setelah turun di depan sebuah hunian di perumahan yang tak begitu besar. Namun, rumah itu terlihat bersih dan nyaman.

"Ayo masuk! Kenapa bengong di situ?" tegur Abi mendapati istrinya tidak beranjak dari pijakan.

"Ini rumah siapa, Mas?" tanya Ajeng ragu melangkah masuk.

"Rumah kita, lebih tepatnya rumah singgah kamu sementara sampai nanti melahirkan. Aku akan mengunjungimu dua hari sekali, sisanya di rumahku sendiri," ujar Abi cukup jelas.

"Aku tidak butuh pendampingan, kamu tidak usah sering-sering datang ataupun membagi waktu untuk di sini dan di sana. Seperti dulu saja," sanggah Ajeng tak ingin terlibat terlalu jauh. Terlebih ia merasa tidak nyaman berada di samping suami sementaranya.

"Aku yang memberi keputusan, terima saja dengan baik, maka semuanya akan baik-baik saja. Kalaupun aku meminta kamu untuk tinggal bersamaku, tentu tidak ada yang salah juga, karena saat ini kamu dan aku terikat pernikahan," ucap Abi cukup tenang.

"Ini kamar utama, semua pakaian dan barang pribadimu sudah dipindahkan ke sini. Untuk malam ini aku juga akan menginap di sini menemanimu," ujar Abi tak mau ambil pusing dengan sikap dan gaya penolakan Ajeng.

"Tapi Mas, aku tidak mau sekamar, bahkan seranjang," tolak Ajeng blak-blakan.

"Jangan khawatir Ajeng, aku hanya ingin dekat dengan calon anakku. Jangan pula merasa GR, karena semua yang aku berikan, termasuk fasilitas rumah dan isinya karena kamu mengandung anakku. Setelah anak itu lahir, tentu semua tidak akan sama dan seperti yang sudah kita sepakati. Kamu tidak berhak atas anak itu nantinya."

Ajeng terdiam, selalu ada sisa rasa sakit di setiap penghujung kata, jika mengingat tentang status anak ini yang seperti penggadaian. Di mana setelah lahir nanti, dianggap lunas dan siap diambil pemiliknya. Sungguh Ajeng mulai merasakan kasih sayang.

"Istirahatlah lebih dulu, bukankah dokter menyarankan agar kamu banyak beristirahat!" titah Abi bernada mutlak.

"Aku mau ponselku, tolong kembalikan, Hanan akan kesulitan menghubungiku."

"Aku sudah mengabarinya, jangan khawatir."

"Aku butuh privasi, apa yang kamu lakukan padaku sudah berlebihan."

"Ini ponselmu, di dalamnya ada nomor baru, jangan coba-coba membagi kontak selain dengan Hanan. Ingat, Ajeng, empat bulan yang tersisa, sudah kupersiapkan caesar untukmu, dan semua kehidupanmu akan aku kembalikan."

Nampaknya Ajeng harus bersabar, empat bulan tidak terlalu lama bukan. Walaupun statusnya tak lagi sama, dan telah merubah kodratnya menjadi seorang ibu, semoga apa yang perempuan itu harapkan seindah harapannya.

Hari-hari Ajeng lalui, terasa begitu sulit, dan kadang tak jarang membuatnya merasa begitu hampa. Perempuan itu pun menyibukkan diri dengan menulis kisah dirinya menjadikan sebuah buku. Waktu yang cukup luang sering Ajeng gunakan untuk menulis.

Sore itu, saat Abi kembali berkunjung, Ajeng tengah sibuk memasak. Sudah hampir dua bulan ini pria itu rutin mengunjungi dirinya. Bahkan, sering menginap walau Ajeng selalu menolak berbagi ranjang.

"Masak apa? Sepertinya enak, aku belum makan siang tadi. Sore langsung ke sini, boleh berbagi," ujar pria itu sambil meneliti isi panci. Ajeng tengah membuat sup.

"Kamu mau? Makan saja, aku akan membaginya untuk tetangga baruku. Sepertinya dia seorang ibu yang tinggal sendirian," ujar Ajeng sambil memberi bubuk kaldu.

"Aku mau mandi dulu, beberapa pakaianku ada di lemarimu, bisa minta tolong kamu siapkan," pinta Abi tanpa ragu. Sejujurnya Ajeng tidak suka scene menyiapkan perlengkapan Abi layaknya istri sungguhan. Namun, nampaknya ia harus bersabar untuk sisa kurang dari dua bulan ke depan.

Usai membagi sup iga dengan tetangga, Ajeng menyibukkan diri di ruangan lain karena Abi tengah memakai kamarnya. Cukup lama keduanya sibuk masing-masing. Perempuan itu tak kunjung masuk, membuat Abi mencari-carinya keluar padahal hari sudah malam waktunya istirahat.

"Ajeng, tidur di kamar," ujar pria itu mengusap lembut bahunya. Tangannya lebih dulu menurunkan piyama yang sedikit ketarik ke atas hingga membuat pemandangan matanya terusik.

Perempuan itu tertidur di sofa, membuat Abi bingung untuk memindahkannya. Namun, tak sampai hati meninggalkan sendirian. Bagaimana kalau tiba-tiba berpindah posisi terus jatuh, Abi membayangkan saja takut sendiri.

Tak ada respon membuat Abi berinisiatif menggendongnya saja. Saat pria itu menyentuh belakang tubuhnya, tiba-tiba netra itu terjaga.

"Ngapain?" tanya Ajeng waspada.

"Pindah ke kamar, tadi mau bantu aja, jangan salah paham!" ujar Abi tak beranjak. Membuat keduanya saling diam dalam kecanggungan.

1
Sugiarti Arti
Luar biasa
Masitoh Itoh
abi mengambil kesempatan tidur sambil memeluk ajeng
Heni Nurhaeni
Luar biasa
Dewa Rana
mamanya udah tau belum kebenarannya
Dewa Rana
shock saja gak pakai therapy Thor
Dewa Rana
sepotong hati yg bertaut. apa maksudnya Thor?
Irma Saodah
Luar biasa
Anonymous
A
karyaku
hi kak transmigrasi menjadi istri mafia jangan lupa mampir y kk
Ida Sriwidodo
Lohh.. Harsa itu kan dosen di kampus Hanan di Bandung yang pernah nyamper ke rumahnya Ajeng bawa makanan buat Ruby..?
🤔🤔🤔
Yang datengnya barengan sama Abi?? 🤔🤔
Evy
Bukankah kalo masih perawan tidak dianjurkan untuk melakukan inseminasi ya..
Naura Sintia
yaampun banjang banget Derama nya kasian Abi nya dong..TPI di tunggu aja deh..semangat Thor💪💪🤩
Naura Sintia
ko kaya bahasa Viki Prasetyo ya🤭😁
Dewa Rana: betul, banyak kata2 yg gak cocok
total 1 replies
Effie
hai kakak author novelnya bagus banget, boleh mampir lah ke novel ku . hehe
Tini 89
harusnya panggil mbak jangan aku
MyFamily
melentangkan tangan = merentangkan tangan
ceritanya menarik tp bahasanya msh agak kaku antara kakak dgn adik
aryuu
ini harusnya JLEB/Chuckle/
MyFamily
Luar biasa
gita fafa
tata bahasanya agak amburadul. maaf tolong perbaiki
echa purin
/Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!