Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28 - Panggilan Memijat Pertama
Mila akhirnya kembali dari toilet. Abas segera menyuruh perempuan itu untuk berkenalan dengan Denis.
Dengan canggung, Mila dan Denis saling berkenalan. Karena Mila bersikap kikuk, maka Denis hanya diam.
"Begitu doang kenalannya? Nggak seru amat," komentar Abas.
"Bas, sebenarnya aku tidak pandai mengakrabkan diri dengan anak-anak. Maaf ya," bisik Mila.
"Ya sudah. Mulai sekarang kau harus belajar. Apalagi kalau kau benar-benar menyukaiku." Abas balas berbisik.
Mila tersenyum tipis dan mengangguk. Sedangkan Denis kembali bermain dengan robotnya yang sudah diperbaiki.
Setelah itu, Abas mengajak Mila dan Denis pulang. Untuk pertama kalinya mereka bertiga pulang bersama.
Abas, Mila, dan Denis tiba di rumah saat waktu sudah menunjukkan jam enam. Denis menjadi orang pertama yang mandi.
Sementara Abas memutuskan berkutat di dapur untuk menyiapkan makan malam. Tanpa diduga, tangan Mila perlahan melingkar di pinggangnya. Cewek tersebut memeluk dari belakang.
"Sebaiknya kita lakukan pas aku pulang memijat nanti ya. Lagian kan Denis belum tidur tuh," ujar Abas.
"Dih! Kepedean. Lagian siapa yang mau ngajak begituan? Oh iya, kau mau memijat orang dimana? Siapa?" tanggap Mila.
"Ada, namanya Mbak Erna. Wanita yang kemarin datang ke barbershop," ungkap Abas.
"Apa?! Jadi kau akan memijat wanita? Di rumah wanita itu?!" cecar Mila yang seketika merasa cemas.
"Iya. Kau kenapa sih? Kok kau cemas banget," balas Abas.
"Lah! Ya cemaslah! Kalau wanitanya ke enakan gimana? Terus minta jatah plus-plus sama kamu?" timpal Mila.
"Ya ampun, Mil. Aku sebagai tukang pijat tahu batasan lah. Apalagi ini kan keahlian yang diwariskan nenekku. Pikiranmu berlebihan banget. Lagian mana mungkin aku mau langsung berhubungan sama orang yang nggak aku kenal," jelas Abas panjang lebar.
Mila mendengus kasar. "Pokoknya kau harus janji padaku untuk tidak tergoda dengan wanita yang kau pijat. Mengerti? Awas saja!" omelnya sambil mengacungkan jari telunjuk.
Abas terkekeh. "Udah! Jangan ngedumel terus. Mending kau bantu aku masak," sahutnya.
Mila kali ini menggaruk kepalanya. Dia juga tampak menggigit bibir bawahnya. Lalu berucap, "Sorry, Bas. Aku masih trauma main kompor. Lagian aku nggak bisa masak. Nggak apa-apa kan?"
"Ayah! Buatkan aku omelet ya!" pinta Denis yang baru selesai mandi. Menyela obrolan di antara Abas dan Mila.
"Oke." Abas langsung menyahut. Dia segera melirik Mila. "Iya nggak apa-apa. Kau mending mandi gih!" suruhnya.
"Ya sudah." Mila tersenyum sambil beranjak. Namun dia tiba-tiba kembali dan melayangkan kecupan ke pipi Abas. Ulahnya sukses membuat mata lelaki itu terbelalak. Di akhir, Abas hanya bisa tergelak kecil.
Ketika selesai makan malam, Abas pergi ke rumah Erna. Kini dia sudah menunggangi motornya. Sementara Mila terlihat menatapnya dari depan pintu sambil melipat tangan ke depan dada.
"Ingat ya! Jangan tergoda!" seru Mila.
"Jagain Denis ya," tanggap Abas yang segera beranjak pergi dengan motornya.
Abas mengendarai motor dengan bermodalkan alamat yang telah diberikan Erna. Untungnya alamat rumah wanita itu tidak begitu jauh. Dia hanya butuh waktu sekitar lima belas menit untuk sampai di sana.
Rumah Erna terbilang mewah. Abas lantas memencet bel rumah tersebut.
Beberapa saat kemudian, pintu terbuka. Seorang asisten rumah tangga membukakan pintu untuk Abas.
Setelah memberitahukan siapa dirinya, Abas langsung disuruh masuk. Katanya Erna sudah menunggu di kamar.
Setibanya di kamar, Abas melihat Erna tampak hanya mengenakan kain jarik. Ia langsung merekahkan senyum tatkala melihat kedatangan Abas.
"Eh sudah datang. Ayo masuk, Bas. Jangan lupa tutup pintunya ya," kata Erna.
"Ditutup? Menurut saya lebih baik dibuka saja," cetus Abas dengan senyuman kecut.
ingat entar tambah parah Lo bas....,