Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Apa Salahnya?
Juwita membeku di tempat, tak langsung menanggapi Calvin. Apa yang terjadi dengan suaminya itu? Apa ada yang salah dengan penampilannya sekarang? Aneh, Juwita tampak bingung, dan sekarang keningnya berkerut amat kuat.
Para karyawan lainnya pun terlihat keheranan, dan penasaran apa yang terjadi saat ini. Sebab, untuk pertama kalinya, melihat presdir baru mereka tampak marah besar. Tak pelak beberapa karyawan khusus kaum hawa melirik satu sama lain. Kini berbagai pertanyaan merayap di otak para kaum wanita.
"Apa kamu tuli? Di mana kacamatamu?" Secepat kilat Calvin mendekat, dan kakinya lantas berhenti tepat di hadapan Juwita.
Dalam jarak yang cukup dekat, Juwita terperanjat kaget kala Calvin berdiri di hadapannya sekarang. Dengan cepat Juwita menundukkan kepala, tak berani memandang ke depan, yang saat ini sorot mata Calvin terasa sangat mengintimidasi, hingga Juwita merasa akan dikuliti hidup-hidup saat ini.
"Maaf—kan saya Pak. Kacamata saya ada di rumah," kata Juwita, sedikit terbata-bata.
Calvin mendengus dingin. "Ke ruanganku sekarang juga!"
Setelah memberi perintah, Calvin buru-buru memutar tumit, kemudian berlalu pergi dari ruangan dengan dengan cepat. Ardi berserta Lina mengekori Calvin dari belakang.
Juwita terkejut, kemudian reflek mengangkat kepala. Melihat Calvin telah menghilang di balik pintu sekarang.
'Ada apa dengan Calvin? Memangnya aku salah apa?' Juwita lantas termenung, masih bingung dengan kesalahannya barusan.
Setelah melihat Calvin sudah tidak ada lagi di ruangan, para karyawan mulai berbisik-bisik satu sama lain.
"Apa yang terjadi di antara kamu dan Pak Calvin, hah?" Salma tiba-tiba menghampiri Juwita sambil melayangkan tatapan sinis.
Juwita segera tersadar, lantas menoleh ke samping. "Tidak ada, sepertinya aku memiliki kesalahan jadi Pak Calvin memarahi aku tadi, sudah aku mau ke ruangannya sekarang." Juwita baru saja sadar bila Calvin menyuruhnya ke kantor tadi.
"Aku belum selesai, jangan pikir aku bodoh! Kalian terlihat akrab, cepat beritahu aku, ada hubungan kamu sama Pak Calvin?" tanya Salma seraya melototkan mata dengan sangat tajam.
Kemarahan Calvin yang tak beralasan pada Juwita barusan, membuat Salma mulai kepikiran sekarang. Sebab Salma sudah jatuh hati pada presdir barunya itu. Meski sudah tahu jika Calvin memiliki kekasih.
Juwita membuang napas berat."Tidak ada Salma, permisi aku harus pergi!" Juwita hendak menggeser kaki. Namun, Salma menghadang lagi.
Juwita mulai kesal lantas menatap balik Salma dengan tajam. "Salma, geser lah kakimu sekarang, jangan sampai aku melakukan sesuatu di luar kendaliku!"
Salma menyeringai tajam lalu bersedekap di depan dada. "Makin berani kamu ya sama ak—"
"Juwita, bukankah sudah kukatakan untuk ke kantor! Apa kamu ingin dipecat hah?!" Perkataan Salma terpotong ketika Calvin menyembul tiba-tiba di depan pintu ruangan dengan raut wajah merah padam.
Membuat Salma dan Juwita terlonjak. Begitu pula dengan para karyawan lainnya, terkejut dengan kehadiran Calvin. Secepat kilat kedua wanita tersebut menoleh ke sumber suara.
"Ke kantor sekarang!" lanjut Calvin lagi.
"Baik Pak, saya segera ke sana," balas Juwita lalu mulai menggerakkan kaki dan terpaksa menabrak pundak Salma, karena Salma tak kunjung menggeser kaki.
Salma makin geram, kedua tangannya terkepal erat memandang tajam punggung Juwita dan Calvin mulai menghilang dari pandangannya.
...
Sesampainya di kantor, Juwita semakin heran ketika Ardi dan Lina tidak diperbolehkan masuk ke ruangan oleh Calvin. Entah mengapa perasaan tak nyaman mulai merayap ke hatinya sekarang.
Saat ini, berjarak 2 meter, Juwita berdiri sambil menundukkan kepala, di hadapan Calvin. Juwita tengah menunggu apa yang ingin disampaikan Calvin.
Namun, satu menit telah berlalu, Calvin tak kunjung membuka suara. Membuat Juwita semakin gelisah. Dari tadi dia berusaha mencari-cari kesalahannya di dalam kepalanya. Tapi, tak juga ketemu. Juwita mulai takut bila Calvin akan memecatnya atas kesalahan yang dia sendiri tidak tahu.
"Pak, ada apa? Apa salah saya?" Juwita memberanikan diri, menatap Calvin.
Tapi, baru saja memandang ke depan. Calvin melakukan sesuatu yang membuat mata Juwita terbelalak.
"Pak!"
o ya ko' Chester bisa ke perusahaan sendiri,dia kan masih bocah... sementara kan jarak rumah ke perusahaan jauh?