Kinara yang menjadikan Geffie sang suami sebagai panutan lantas harus di hadapkan dengan kenyataan terpahit yang menuntun dirinya membuka tabir kepalsuan yang di sembunyikan oleh suaminya selama ini.
Hati perempuan mana yang tak runtuh ketika melihat suami yang begitu penyayang dan penuh kehangatan, ternyata berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ketika rasa terjatuh karena perselingkuhan suaminya semakin menusuk hatinya, Kinara dipertemukan dengan seseorang yang mempunyai luka yang sama dengannya.
Mampukah seorang Kinara memperbaiki segalanya? akankah segala hal yang mereka lalui berakhir dengan kandas? atau malah berlabuh ke lain hati?
Ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa dia selingkuh?
Siang ini Geffie sengaja bermalas-malasan di rumah karena sedang tidak mood untuk pergi ke kantor, entah mengapa pikirannya terasa kalut, Geffie merasa salah satu sisi dalam dirinya seakan mendadak kosong dan hampa.
Geffie melangkahkan kakinya menuju ke dapur, suana rumah terasa sangat suram dan berdebu, bukan tanpa alasan hanya saja baik Geffie maupun Kinara memutuskan untuk tidak menggunakan jasa ART dalam rumah tangga mereka sehingga jika Kinara sedang melakukan perjalanan dinas ke luar kota seperti ini pasti kondisi rumah akan sangat berantakan.
Geffie mengacuhkan beberapa debu yang sudah terlihat menumpuk di berbagai perabotan rumah, ia kemudian mengambil duduk di meja makan sambil menikmati secangkir kopi yang ia buat barusan.
Suara notifikasi pesan masuk tiba tiba saja terdengar, membuat Geffie dengan ogah ogahan mengambil ponsel miliknya dan mengecek isi pesan tersebut.
"Arga? tumben dia chat, bukankah ia sedang dinas di luar kota?" tanya Geffie pada diri sendiri kala melihat pesan singkat dari sahabat sekaligus partner bisnisnya.
Geffie lantas membelalakkan matanya kala membuka isi pesan dari Arga barusan. Dalam pesannya Arga mengirimkan sebuh foto di mana Kinara dan juga Kafeel tengah berada di sebuah bazar, dengan posisi tangan Kafeel yang menyentuh bibir Kinara, begitu terlihat intens bahkan keduanya terlihat saling pandang satu sama lain di sana.
"Bukankah itu Kinara Gef? atau aku yang salah lihat? mana mungkin Kinara selingkuh kan?"
Melihat foto Kinara dengan Kafeel saja sudah membuat Geffie kesal, bukannya mendinginkan sahabatnya Arga malah menuang minyak di atas bara api yang tengah berkobar, membuat Geffie semakin kesal hingga tanpa sadar melempar cangkir kopi di tangannya.
"Apa kau ingin membalas ku Ra?" ucap Geffie dengan kesal sambil menggebrak meja kemudian bangkit dan pergi dari sana.
********
Sementara itu Kafeel dan juga Kinara baru saja sampai di rumah, tangan keduanya begitu penuh dengan barang bawaan di kanan kirinya. Terdengar tawa riang dari keduanya kala memasuki rumah.
"Bukankah tadi menyenangkan?" tanya Kafeel kemudian sambil meletakkan barang bawaan di meja kemudian mendudukkan bokongnya pada sofa ruang tamu.
Mendengar hal itu Kinara tersenyum kemudian mengambil jalan memutar dan duduk di sebelah Kafeel.
"Ya kau benar, apa kau tadi melihat wajah laki laki penjaga stand ketika kau berhasil memanah tepat pada sasaran?" tanya Kinara sambil mengingat ingat kejadian tadi.
"Memangnya kenapa?" tanya Kafeel karena memang tadi dia tidak terlalu memperhatikan.
"Mukanya langsung tegang seketika, pasti di dalam hatinya sedang menggerutu karena sebentar lagi tuan Kafeel ini akan memborong habis hadiahnya hahahaha." ucap Kinara sambil tertawa dengan lepas seakan ia sudah melupakan setiap permasalahan yang menimpanya belakangan ini.
Melihat Kinara yang tertawa lebar membuat seulas senyum muncul di bibir Kafeel, tanpa sadar tangannya bergerak naik dan mengacak acak rambut Kinara dengan gemas membuat Kinara yang terkejut lantas langsung menghentikan tawanya.
"Teruslah seperti ini, jangan biarkan setiap kesedihan menghapus sosok Kinara yang sekarang." ucap Kafeel kemudian.
Lagi lagi Kinara terdiam ucapan Kafeel seakan langsung menembus hatinya, memang akhir akhir ini Kinara jarang sekali tersenyum atau tertawa, ia bahkan lupa kapan terakhir kali dirinya merasakan bahagia seperti hari ini.
"Terima kasih" ucap Kinara tiba tiba karena hanya kata itu yang kini muncul dalam benaknya.
"Untuk apa berterima kasih? aku melakukannya tulus karena aku..." ucap Kafeel namun terputus karena suara deringan ponsel milik Kinara membuyarkan segalanya. "Angkatlah dulu siapa tahu penting." ucap Kafeel kemudian karena ia tak sengaja melihat perubahan ekspresi dari Kinara tepat setelah deringan ponsel itu terdengar.
"Tak apa"
Ingin sekali Kinara mengacuhkannya kali ini saja karena perasaannya sama sekali belum membaik, terlebih jika ia mendengar nama Geffie pasti hatinya akan kembali merasakan sakit kala teringat apa yang telah Geffie lakukan padanya.
Beberapa menit kemudian ponselnya kembali berdering membuat Kafeel lantas menghela nafasnya panjang karena ia tahu pasti Geffie lah yang sedang menelpon.
"Angkatlah dulu, mungkin penting." ucap Kafeel lagi.
Dengan ogah ogahan akhirnya Kinara bangkit dan berjalan sedikit menjauh dari Kafeel, kemudian menggeser ikon berwarna hijau pada layar ponselnya.
"Ada apa?" tanya Kinara dengan ketus.
"Pulanglah sekarang Delisha sedang sakit, dia terus merengek memanggil nama mu." ucap Geffie dengan nada yang terdengar khawatir.
"Bagaimana mungkin? semalam masih baik baik saja, Bude bahkan tidak menelpon ku pagi ini." ucap Kinara tak percaya.
"Mungkin Bude lupa mengabari mu, pulanglah segera! tak perlu menelpon bude karena aku ada bersamanya saat ini." ucap Geffie lagi.
"Baiklah aku akan segera ke sana." ucap Kinara kemudian sambil mengakhiri sambungan teleponnya.
Setelah mengakhiri panggilan telpon Kinara melangkah ke arah Kafeel dengan raut wajah yang gelisah membuat Kafeel lantas bertanya tanya apa yang sebenarnya terjadi.
"Ada apa?" tanya Kafeel.
"Delisha sakit, aku harus segera pulang." ucap Kinara dengan raut wajah khawatir.
"Tapi mobil mu masih di bengkel." ucap Kafeel.
"Aku akan naik bus saja kalau begitu." ucap Kinara kemudian melenggang pergi menuju kamarnya hendak mengambil kopernya.
Kafeel menatap punggung Kinara dengan perasaan bersalah, niat hati ingin berduaan lebih lama bersama Kinara hingga ia menyuruh Randy untuk membawa mobil Kinara ke bengkel sekalian servis kendaraan setelan ganti ban tadi, siapa yang menduga akan ada kejadian dadakan seperti ini.
"Kafeel Kafeel egois banget sih lo." ucap Kafeel dengan kesal.
Tak berapa lama Kinara nampak menuruni anak tangga dengan membawa koper di tangannya bersiap hendak kembali ke Jakarta.
"Aku akan mengantar mu." ucap Kafeel kemudian.
"Tak perlu, perjalanan dinas mu masih lama bukan? aku tidak ingin merepotkan." ucap Kinara.
"Janganlah begitu, biar Rendy yang mengurus segalanya termasuk mobil mu yang ada di bengkel, aku minta maaf ya..." ucap Kafeel kemudian.
"Minta maaf untuk apa?" tanya Kinara dengan bingung.
"Harusnya tadi aku tidak memberikan ide untuk membawa mobil mu ke bengkel, aku tidak tahu kalau akan seperti ini kejadiannya." ucap Kafeel dengan raut wajah menyesal.
Mendengar ucapan Kafeel barusan Kinara lantas menghampirinya kemudian mengusap lengan Kafeel secara perlahan.
"Tak apa, lagi pula aku yang menyetujuinya bukan?" ucap Kinara sambil tersenyum.
Kafeel mendongak menatap ke arah Kinara kala suara lembutnya berhasil menembus masuk sampai ke dalam hatinya.
"Inilah yang membuat ku semakin menyukai mu Ra." batinnya dalam hati sambil menatap ke arah Kinara yang tengah tersenyum padanya. "Jika begitu ijinkan aku yang mengantarmu sebagai permintaan maaf dari ku." ucap Kafeel kemudian.
"Apa kamu yakin? perjalanannya lumayan lama, kamu yakin sanggup pulang pergi?" tanyanya lagi.
"Iya, plis jangan menolak." ucap Kafeel dengan nada yang memohon.
"Baiklah"
Bersambung