NovelToon NovelToon
Gairah Liar Pria Beranak Satu

Gairah Liar Pria Beranak Satu

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:30.5k
Nilai: 5
Nama Author: Baby Ara

Yessi Tidak menduga ada seseorang yang diam-diam selalu memperhatikannya.

Pria yang datang di tengah malam. Pria yang berhasil membuat Yessi menyukainya dan jatuh cinta begitu dalam.

Tapi, bagaimana jika pacar dari masa lalu sang pria datang membawa gadis kecil hasil hubungan pria tersebut dengan wanita itu di saat Yessi sudah ternodai dan pria tersebut siap bertanggung jawab?

Manakah yang akan di pilih? Yessi atau Putrinya yang menginginkan keluarga utuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

"Yessi Naomi Martin!"

Merasa namanya di panggil, Yessi yang masih sibuk memikirkan kejanggalan di aparatnya. Bangkit dari duduknya lalu berjalan lesu ke depan. Bisik-bisik bernada sumbang menggelitik telinga Yessi.

Apalagi? Yessi itu terkenal paling bodoh di pelajaran matematika.

Bu Sarmi tersenyum menyambut Yessi lalu memberikan buku pada murid yang sering berdebat dengannya itu. Di balas senyum tipis oleh Yessi.

"Hari ini ibu bangga sekali sama kamu, Yessi. Selamat ya ... Jawaban kamu benar semua."

Mata sayu Yessi sontak melotot tak percaya. "A-apa Bu ... Be-benar semua?"

Bu Sarmi mengangguk dengan senyum semakin lebar. "Iya, nilai kamu seratus." Ia mengusap puncak kepala Yessi. Menunjukan rasa bangganya.

"Gitu dong. Belajar betul-betul. Lihat hasilnya, jadi pintar kan? Pulang sekolah nanti ke ruangan ibu ya. Ibu mau kasi buku paket buat kamu latihan di rumah, biar makin pintar."

Duar!

Bagai tersambar petir di siang bolong, wajah Yessi pucat pasi tak karuan mendengarnya, alih-alih senang. Mati lah ia! Soal yang semalam saja, bukan dirinya yang mengerjakan.

"Ta-tapi Bu--"

"Sudah jangan menolak. Ini demi kebaikan kamu. Sekarang, balik ke bangku kamu."

Yessi mengigit depan bukunya, Mentari melihat Yessi semakin heran. Menurutnya, Yessi terlihat berbeda hari ini. Biasanya disekolah, Yessi paling bersemangat meski beberapa pelajaran kadang di benci gadis itu.

"Kenapa lagi, Yes? Kok wajah lo di tekuk gitu? Dapat telur lagi ya?"

Yessi menyerahkan bukunya seakan tak bertenaga, Mentari segera membukanya. Tak lama, sahabatnya itu memekik heboh hingga di tegur bu Sarmi sedang menjelaskan di papan tulis.

"Maaf, bu. Ketiban cicak," jawaban Mentari membuat seisi kelas terbahak keras.

Mentari mengguncang bahu Yessi yang mengusap wajahnya kasar hingga rambut terikat ekor kuda milik Yessi bergoyang indah.

"Yes, ya ampun .. Ilham darimana lo dapat seratus gini? Ayo, ngomong sama gue. Anjir, bangga gue, cok sama lo. Dalam semalam berubah jadi jenius."

"Apa sih?! Yang ada gue pusing tahu." Yessi menepis tangan Mentari bertengger di bahunya.

Mentari terkekeh kecil. "Wajar aja sih. Soal itu kan sulit banget. Gue aja sampe minta bantuan bang Arga. Gue tahu beres aja."

"Lo mah udah ketebak." Yessi menoyor kening Mentari hingga belakang kepala gadis yang duduk merapat ke dinding itu terbentur.

"Sakit, goblok!" seru Mentari. Yessi menaikan bahunya tak perduli. Moodnya benar-benar hancur sekarang.

"Masalahnya, soal itu bukan gue yang ngerjain dan tadi, sewaktu gue di panggil bu Sarmi mau kasi gue buku paket. Lo tahu apa?"

"Apa? Sebagai hadiah?"

Yessi menurunkan kedua bahunya lesu. "Kurang lebih. Katanya, biar gue giat belajar. Sial banget, kan?"

"Pftt ...." Mentari hampir menyemburkan tawanya namun mengingat kembali kata-kata Yessi tadi, Mentari menatap sepenuhnya Yessi.

"Tunggu dulu, terus yang kerjain pr lo siapa?"

"Itu dia!" Yessi membanting pelan buku tugasnya ke atas meja. Kepalanya berdenyut pusing. "Gue gak tahu. Tiba-tiba aja tugas itu, udah beres."

Sementara di sebuah mansion megah, ketat dengan penjagaan para pria berjas hitam dan pengawasan cctv super canggih. Duduk seorang pria paruh baya di kursi kebesarannya seraya menghisap cerutu mahal. Di depannya, pria muda menekuk lutut. Menunjukan rasa hormatnya.

"Bagaimana?"

"Saya masih terus memantaunya, tuan. Sejauh ini, tidak terjadi apapun," sahut sang pria muda.

Richard menghembuskan asap cerutunya pekat ke udara. Pikirannya menerawang jauh.

"Awasi terus anak itu. Jangan sampai kecolongan," perintah Richard.

Namun tiba-tiba, suara ribut terdengar dari luar. Pintu kayu besar ruangan dimana Richard berada, terbuka paksa akibat tendangan kuat seseorang dari luar.

Bunyi pelatuk di tarik menggema setelahnya, di susul melesatnya timah panas hampir mengenai kepala Richard. Beruntung meleset, menancap di papan panahan di belakang pria paruh baya itu.

Bukannya marah, Richard tersenyum miring pada putranya diketahui sudah lama sinting tersebut.

"Ada apa , son? Datang-datang, seperti anjing liar begitu," sindir Richard.

"Shut up! Berhenti menguntit semua yang aku lakukan, sialan!"

Richard tertawa remeh. Ia berdiri mendekati putranya berwajah tanpa ekspresi tersebut.

"Menguntit? Kata-kata itu sepertinya lebih cocok padamu, son. Seorang pedofil yang menguntit gadis belia, bukan begitu?"

Pyar!

Sekali lagi, timah panas melesat menghancurkan berkeping-keping gucci langka, hadiah turun-temurun keluarga itu di sudut ruangan yang berharga miliran.

Richard ditarik mundur beberapa pengawalnya. Pistol yang moncongnya masih mengeluarkan asap itu terlempar di bawah pantofel di pakai Richard.

"Dia milikku. Akan ku bunuh siapapun yang menghalangi jalanku!" ucapnya sadis lalu melangkah tegas keluar setelah mengatakan ancamannya. Pengawal yang berjaga tidak berani menghentikannya malah menyingkir dengan kepala menunduk.

Di sekolah, Yessi tak henti mengusap kiri-kanan bagian dadanya. Yessi tidak mengerti, dirinya baru seminggu yang lalu selesai datang bulan. Tapi, kenapa payudaranya terasa begitu nyeri?

"Yes, gimana? Jadikan hari ini pergi ketaman kota yang baru di resmikan itu. Danaunya jernih banget loh. Katanya juga estetik banget buat selfie," ujar Bima mendekat ke meja Yessi, dimana gadis itu sedang mengemas alat tulisnya setelah mengambil buku paket dari bu Sarmi.

Ya, bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu dan keempatnya kemarin memang membuat janji untuk pergi kesana bersama-sama.

Yessi menggeleng. "Gue gak bisa kayaknya. Kalian aja deh. Tahu kan, bu Sarmi kasi gue tugas," kata Yessi dengan sedikit kebohongan.

Demi apapun, kedua buah melon nya rasanya mau meletus, saking sakitnya.

"Yah ... Gak seru dong kalo gak ada lo," sahut Mentari mengerucutkan bibirnya.

"Sorry ya ... Gue pulang dulu. Tar, lo sama Bimo kan?" Yessi mengeluarkan kunci mobilnya dari dalam tas.

Mentari menggeleng cepat. "Gue pulang aja lah ikut lo. Kapan-kapan aja kita kesana. Ayo, Yes!"

Mentari menarik lengan Yessi, tapi seketika Mentari terkejut. Sahabatnya itu mengerang kesakitan. Bima dan Bimo pun ikut panik.

"Yes, lo kenapa?"

"Apa yang sakit?"

"Dada lo luka?" tanya ketiganya berbarengan.

Yessi mengambil jarak dari ketiganya sembari mengatur napas agar nyerinya berkurang. "Gue gak apa-apa," sahut Yessi pelan. "Tapi, please. jangan sentuh gue dulu."

Jawaban Yessi membuat ketiganya saling pandang. Yessi berjalan pelan keluar kelas meninggalkan tiga sahabatnya. Goncangan kecil membuat rintihan keluar dari bibir Yessi.

"Ya Tuhan ... Sakit banget," keluhnya berkaca-kaca.

Tiba-tiba, sebuah tangan merangkul hangat pundak Yessi. Tas Yessi tersampir sebelah, ia pindahkan ke lengannya.

"Makasih, Bim," ucap Yessi tersenyum. Di balas anggukan kecil Bima.

Seseorang berada di atas motor sport hitam, tepat di samping halte yang menghadap pagar sekolah Yessi. Melihat adegan romantis itu. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat.

'Pengganggu kecil,' umpatnya dalam hati.

Seorang satpam sedari tadi, memperhatikannya mendekati sang pria.

"Selamat siang, mas? Masnya cari siapa ya? Saya lihat, mas dari tadi memperhatikan gedung sekolah ini terus."

Pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya, memberikan pada satpam tersebut.

"Buat apa ini, mas?" tanya satpam itu keheranan setelah melihat jam pasir sudah berpindah di tangannya.

"Berikan pada dia," tunjuknya pada Bima acuh. Setelahnya, pria itu pergi dengan bunyi knalpot memekikan telinga. Menarik atensi Yessi dan Bima telah sampai di parkiran.

"Siapa tadi, pak?" tanya Bima pada Satpam mendekat.

"Gak tahu. Tiba-tiba nitip ini buat kamu."

Bima menerimanya dengan dahi mengkerut. Yessi pun ikut memperhatikan. Entah kenapa, Yessi merasakan itu bukan lah hal baik.

"Bim, buang aja. Jangan di simpan. Lagian dari orang gak di kenal," nasehat Yessi.

Bima tertawa, menarik salah satu pipi Yessi dengan gemas membuat Yessi protes karena pipinya sakit.

"Ciee ... Perhatian banget sih, calon pacar. Hanya jam pasir kok. Itung-itung buat kenang-kenangan walau gak di kenal. Gue simpan ya?"

"Terserah!" dengus Yessi. "Calon pacar katanya, ogah! Lo rese."

Bima tertawa lepas hingga matanya membentuk bulan sabit. Tak urung, Yessi ikut tersenyum karenanya. Bima menyimpan jam pasir itu dalam tasnya. Andai Bima tahu, benda itu pertanda petaka.

(Bima Areksa)

1
Mika chan
ayo dong uppp!!
bundha novita
Luar biasa
Hany
hadir thoor ijin nyimak 🙏😊
Rosida maghrib
blom up juga thor bolak balik liat NT
Sri Siyamsih
ya ampun Bim , ommu itu sdh gila. hati" kamu jgn karena cinta nyawa melayang msh byk gadis lain, sayagi nyawamu Bim 🤭
Sri Siyamsih
hem semakin seru, lanjut k
Sri Siyamsih
duh gimna ni nasib yesi. ah paling juga REgan pilih yessi . lanjut k
Myra Myra
kasihan bima
Sri Siyamsih
y ampun sedih denger kisah bina, gimn ortunya bima thu kl bima celaka, sedang mmnya dl susah punya baby, thor jgn kejam" dong regannya,
Siti Amyati
mendingan selesaikan satu,biar ngga ada kesalahpahaman dan tersakitii,lanjut kak
Munadhifatun Mila
/Sob/nyesek jadi Yessi
Myra Myra
kasihan yessi...baik pergi jauh dgn bima
mama fia
bagus Thor..
mbok Darmi
yeslyn licik pakai anaknya buat menjerat regan dan pastinya kerja sama dgn Sean untuk mendapatkan yesi, semua tergantung ketegasan regan bila dia tdk bisa memutuskan dan memprioritaskan yesi dijamin yesi jd rebutan bima dan sean 🤣
Munadhifatun Mila
mending mundur yessy klow cowok masih terikat dgn masa lalu akan sulit ke depannya apalagi ada anak dan mantan udah lah Yessy mending pilih bima yg terima lho apa adanya
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡
salam kenal 👋jika berkenan mampir juga😇👍
Rosida maghrib
kasian banget Yesi thor😭
Winie Na Budi
sekarang kamu sudah tau regan seperti apa kan yes,... JD mendingan kubur rapat" Rasa itu,n mungkin emang udah takdirmu kesucian mu direnggut regan,... semoga dpt yg lebih dari regan... n regan menyesal
Munadhifatun Mila
klow udah gini kamu juga yg rugi Yessi udah jelas2 bima cinta lho e malah pilih orang baru kenal
Siti Amyati
harusnya regan tegas jangan seenaknya bikin jadi rumit ,kasihan Yessi banyak ruginya,lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!