"Pergilah sejauh mungkin dan lupakan bahwa kau pernah melahirkan anak untuk suamiku!"
Arumi tidak pernah menyangka bahwa saudara kembarnya sendiri tega menjebaknya. Dia dipaksa menggantikan Yuna di malam pertama pernikahan dan menjalani perannya selama satu tahun demi memberi pewaris untuk keluarga Alvaro.
Malang, setelah melahirkan seorang pewaris, dia malah diusir dan diasingkan begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lagi, Dia Berkorban!
"Ayo, Sayang!"
Arumi menoleh ke belakang setelah selesai menyerahkan lembaran tiket kepada seorang petugas. Ia melirik ke kanan dan kiri, tetapi tak ada Aika di belakang. Hanya ada dua orang penumpang yang tadi mengantri bersamanya.
"Maaf, apa kalian melihat anakku?" tanyanya. "Anak perempuan, setinggi ini." Ia meletakkan tangan di depan perut demi memberi gambaran tinggi badan Aika.
"Aku tidak melihat, maaf," jawab salah satu dari mereka.
Wanita itu kembali meneliti ke sekitar demi memastikan keberadaan putrinya. Akan tetapi Aika tak kunjung terlihat di antara beberapa penumpang yang sedang mengantri untuk naik ke pesawat.
"Aika, Sayang!" Arumi mulai panik.
Ia lantas bertanya kepada beberapa orang yang ada di sekitar. Hasilnya pun sama saja. Tidak ada yang memperhatikan kehadiran seorang anak kecil.
"Ke mana anakku?"
Dalam keadaan masih panik, Arumi berkeliling. Ia bahkan meninggalkan koper dan tak lagi peduli dengan panggilan dari petugas bandara tadi.
*
*
*
"Bagaimana?" Rafli menatap Osman yang baru saja datang dari sudut lain.
Sudah beberapa menit mereka berpencar dan mencari, namun sampai saat ini belum terlihat tanda keberadaan Arumi dan Aika. Mereka bahkan harus berkejaran dengan waktu.
"Tidak ada, Tuan," jawab Osman. "Tadi petugas di ruang tunggu bilang ada wanita bercadar yang tidak jadi naik pesawat."
"Maksudmu mereka batal berangkat?"
"Kemungkinannya seperti itu."
"Itu artinya mereka masih ada di sekitar sini."
Rafli menghembuskan napas panjang. Evan yang memeriksa di sudut lain pun baru saja menghubungi dan juga tidak menemukan tanda keberadaan Aika atau pun Arumi.
"Apa mungkin Arumi tahu kalau kita mengejarnya?"
"Saya rasa tidak. Kecuali kalau Nona Arumi melihat salah satu dari kita."
"Baiklah, kalau begitu lebih baik sekarang kita berpencar saja! Kalau kau temukan sesuatu cepat beritahu aku!"
"Baik, Tuan."
Rafli kembali berkeliling ke sekitar bandara. Ia juga memerintahkan kepada anak buahnya yang ada di luar untuk memeriksa gerbang bandara dan memastikan Arumi tidak melarikan diri lagi.
*
*
*
"Ke mana daddy-ku? Tadi kan ada di sini?" Aika berjalan menyusuri tempat luas yang dipenuhi orang-orang asing itu.
Tadi ia sempat melihat daddy-nya di antara banyak orang. Namun, saat berjalan mendekat ia malah kehilangan jejak daddy-nya.
"Daddy ke mana?"
Gadis kecil itu menoleh ke kanan dan kiri. Kakinya terus melangkah demi mencari sosok Daddy. Tetapi, tak kunjung bertemu.
Aika mulai terlihat ketakutan berada di tengah orang asing. Dia juga mulai merasa kakinya pegal. Di tengah kebimbangan, cairan bening mulai menggenangi bola matanya. Hingga seseorang datang dan memeluknya secara tiba-tiba.
"Sayang, kamu dari mana saja? Kenapa pergi tidak memberitahu?" bisik Arumi.
Wanita itu memeluk dengan sangat erat. Semua kekhawatiran yang tadi memenuhi pikirannya perlahan sirna. Padahal ia sudah sangat ketakutan jika harus kehilangan Aika untuk kedua kali. Cukuplah perpisahan selama empat tahun yang membuat Arumi kehilangan masa-masa pertumbuhan putrinya.
"Tadi aku melihat Daddy. Tapi tiba-tiba menghilang," ucapnya polos.
"Daddy?"
Aika mengangguk sambil menunjuk ke suatu arah. "Aku melihat Daddy di sana!"
"Apa kamu yakin itu daddy?"
"Iya. Daddy sama Om Osman."
Ucapan Aika pun membuat sepasang mata Arumi terbelalak. Pikirannya mulai menebak bahwa Rafli saat ini sedang mencari dirinya. Itu berarti ia harus segera melarikan diri dan membawa Aika pergi dari sana.
Tentang keberangkatan keluar kota bisa ditunda hingga keadaan aman.
"Sayang, ayo kita lihat di luar. Mungkin Daddy sudah keluar?" ajak Arumi.
Gadis kecil itu mengangguk dengan polos. Arumi langsung saja menggandeng tangannya menuju lobi. Namun, saat telah berada di ambang pintu langkah Arumi seketika terhenti, tetapi justru jantungnya seolah terpompa cepat.
Bagaimana tidak, Rafli sedang berdiri kokoh di seberang sana sambil menatap ke arah mereka.
"Kau pikir bisa pergi dariku kali ini?" ucap Rafli.
"Itu daddy!" Aika menunjuk ke arah daddy-nya. Sambil mengulas senyum langsung melepas genggaman Arumi, lalu berlari ke arah daddy-nya.
Rafli pun bernapas lega sambil berjalan ke arah Arumi. Saat hendak menyeberang jalan, sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Arumi yang menyadari bahaya sedang mengintai segera berlari.
"Rafli awas!" teriak Arumi.
Kejadian yang berlangsung sangat cepat itu membuat Rafli tak memiliki waktu untuk berpikir. Ia dapat merasakan dorongan kuat pada tubuhnya hingga terjerembab ke sisi jalan bersama Aika.
"Arumi?" lirih Rafli.
Kedua bola matanya mendadak basah oleh air mata. Melihat tubuh Arumi dihantam sebuah mobil mewah. Hingga tubuhnya tergeletak di sisi jalan dengan darah segar yang mengalir.
...****...