Siapa sangka niatnya merantau ke kota besar akan membuatnya bertemu dengan tunangan saudara kembarnya sendiri.
Dalam pandangan Adam, Emilia yang berdiri mematung seolah sedang merentangkan tangan memintanya untuk segera memeluknya.
"Aku datang untukmu, Adam."
Begitulah pendengaran Adam di saat Emilia berkata, "Tuan, apa Tuan baik-baik saja?".
Adam segera berdiri lalu mendekat ke arah Emilia. Bukan hanya berdiri bahkan ia sekarang malah memeluk Emilia dengan erat seolah melepas rasa rindu yang sangat menyiksanya.
Lalu bagaimana reaksi tunangan kembaran nya itu saat tau yang ia peluk adalah Emilia?
Bagaimana pula reaksi Emilia diperlakukan seperti itu oleh pria asing yang baru ia temui?
Ikuti terus kisah nya dalam novel "My Name is Emilia".
***
Hai semua 🤗
ini karya pertamaku di NT, dukung aku dengan baca terus kisah nya ya.
Thank you 🤗
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Masakan Emilia
Jarum jam terus berputar mengganti waktu. Hari demi hari dihabiskan Emilia dengan berdiam diri di apartemen Adam. Ia sama sekali tidak pernah keluar dari gedung apartemen itu. Adam sangat menjaga nya dengan ketat, bahkan ia rela mendatangkan dokter untuk memeriksa bekas jahitan Emilia.
Tak terasa sudah 2 minggu Emilia tinggal di apartemen Adam dan kondisi nya pun sudah sangat baik dari sebelumnya. Adam hanya tinggal 2 hari saja menemani Emilia, selebihnya Emilia ditemani oleh Bi Ratna yang menjaganya dan mengurusi semua keperluannya. Sejujurnya Emilia merasa sangat sungkan dengan perlakuan Adam. Seumur hidup baru kali ini dia dimanjakan seperti itu.
Hari itu Emilia sedang duduk menonton TV di ruang tengah. Diliriknya jam dinding sudah menunjukkan pukul 6 sore. Ia teringat Adam yang biasanya selalu mengunjungi nya setelah pulang dari kantor. Meskipun tidak menginap disana, Adam tidak pernah absen mengunjungi Emilia seperti seorang pria yang mengapel kekasihnya. Terkadang dia datang hanya untuk membawa cemilan untuk Emilia. Padahal makanan di apartemen nya tidak ada habis-habisnya karena hanya dua orang yang memakannya.
Emilia pun memutuskan untuk memasak makan malam untuk Adam. Sekaligus ada hal penting yang mau ia bicarakan dengan Adam. Kebetulan hari itu Bi Ratna ijin pulang ke rumahnya karena harus menjaga anaknya yang sedang sakit.
Sesuai prediksi nya, Adam pun tiba di apartemen sekitar pukul 7 malam. Emilia sudah selesai memasak beef steak dengan sauce mushroom, ia hanya tinggal menghidangkannya di piring saja lagi.
Mencium bau masakan yang sangat menggugah selera, Adam pun pergi ke dapur untuk melihat siapa yang memasak. Karena setaunya tadi Bi Ratna sudah mengirim pesan padanya untuk ijin pulang.
“Doorrr!”
“Aaahhhh...”
Adam berhasil membuat Emilia kaget. Melihat Emilia begitu serius memasak, Adam tidak tahan untuk tidak mengerjainya.
“Kau mau bikin jantungku copot, ya?” kata Emilia sambil mengusap-usap dadanya.
“Maaf, maaf. Habis ku lihat kau serius sekali. Sampai tidak sadar aku masuk.” Ucap Adam disela-sela tawanya. Ia tampak senang berhasil mengagetkan Emilia.
“Kau saja seperti hantu. Tiba-tiba muncul tanpa bersuara.” Kata Emilia lalu kembali mengaduk sauce mushroom buatannya.
“Tidak ada hantu yang setampan aku.”
“Ada kok. Malah ada yang lebih tampan darimu. Itu si Edward Cullen.”
“Dia vampire, bukan hantu.”
“Sama saja.”
Adam mendekat ke arah Emilia. Dilihatnya Emilia mengaduk-aduk masakan nya lalu tak lama mematikan kompornya. Emilia mengambil sedikit sauce dengan sendok kecil lalu meniupnya agar tidak begitu panas. Kemudian ia mengarahkan sendok itu ke mulut Adam agar Adam mencicipinya.
“Perfect!” seru Adam dengan mengacungkan jempol nya. Emilia tersenyum lebar, ia sangat senang masakannya terasa enak di lidah Adam.
Lalu Adam berinisiatif mengambilkan piring dan mangkuk dari dalam lemari dapur nya. Ia tak sungkan membantu Emilia menghidangkan makan malam untuk mereka.
Kini Adam dan Emilia sudah sama-sama duduk di mega makan dengan 2 porsi beef steak di hadapan mereka. Adam membuka jasnya lalu meletakkan jas nya di kursi yang ada di sebelahnya. Kemudian ia menggulung lengan kemeja nya hingga ke siku.
“Kelihatannya ini enak sekali. Aku tidak menyangka kau pintar memasak.” Kata Adam memuji Emilia.
“Coba dulu makan dengan steak nya. Aku harap kau suka.”
Adam memotong seiris daging steak yang dari tadi membuat air liurnya menetes, mencelupkan ke sauce lalu memakannya.
“Hmmmm luar biasa! Ini sangat enak!” Adam tidak ragu untuk memakan nya lagi.
“Syukurlah kalau kau suka. Habiskan ya.” Emilia sangat senang Adam menyukai masakannya.
“Tanpa disuruh juga akan ku habiskan. Steak nya sangat enak.”
Adam menghabiskan steak buatan Emilia dengan lahap. Bahkan ia tak menyisakan secuil pun di piringnya. Sauce mushroom nya juga ikut habis tak bersisa dibuatnya. Pulang kerja disuguhi makanan enak, siapa yang tidak lahap makan nya kalau begitu.
Makanan di depan nya sudah habis tak bersisa. Adam meneguk segelas air putih, lalu menyandarkan punggung nya di kursi. Perutnya sudah kembali penuh sekarang.
“Enak sekali. Terimakasih, Emilia. Aku suka steak buatan mu. Apa kau memang sering memasak?”
Emilia mengangguk. “Dulu sejak ibu mulai sakit-sakitan, aku lah yang memasak di rumah.”
“Kalau Emelda? Apa dia tidak pernah memasak?”
Emilia menggeleng. “Dia tidak pernah memasak. Memasak bukan hobinya. Dia bahkan jarang ke dapur.”
“Pantas saja. Kau tau, selama aku dengan nya, dia bahkan tidak pernah sekalipun memasak untuk ku. Malah kau yang baru aku kenal mau memasak untuk ku.”
“Sudahlah tidak baik membicarakan orang yang sudah tidak ada. Lagipula aku memasak untuk mu sebagai tanda terimakasih karena kau telah menolong ku. Kau punya segalanya, aku bingung mau membalasmu dengan apa. Jadi, aku masak ini saja untukmu.”
“Maaf kalau membuatmu tersinggung. Kau tidak perlu merasa berhutang budi padaku. Aku ikhlas menolongmu.”
“Tidak apa-apa. Anggap saja ini makan malam perpisahan kita.”
“Perpisahan?”
nana naannananaa