Mengkisahkan seorang wanita yang menikah dengan seorang laki-laki buta karena perjodohan, ia harus menjalani hidup berumah tangga dengan laki-laki buta yang tempramen dan menyebalkan bagi nya.
penilaian laki-laki itu tentang diri nya yang di anggap hanya menginginkan harta nya, membuat ia berkomitmen membuktikan kalau ia gadis baik-baik.
Akan kah ia bisa menaklukan hati laki-laki itu?. Yuk Simak cerita nya. semoga suka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shanti san, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22
Naira duduk di teras rumah menatap kedua sahabat nya yang sedang menyalakan kembang api, begitu juga dengan Vika dan Elang yang berdiri agak jauh dari kedua sahabat Naira juga bermain kembang api.
Pak Cipto tiba-tiba menghampiri Putri nya yang duduk di anak tangga teras rumah.
"Papa." Ucap Naira saat Ayah nya ikut duduk di samping nya.
"Apa kamu sedih mendengar Pertunangan Vika dan Elang?." Tanya Pak Cipto.
Naira menoleh dan melihat ayah nya, Apa ini yang di khawatirkan ayah nya sejak tadi makan bersama. Naira lalu tersenyum saat melihat ayah nya begitu serius.
"Pa, Naira tahu, Kalau Papa sangat menyayangi Naira, Papa pasti khawatir Naira akan sedih atau pun sakit hati saat mengetahui itu kan?, tapi jujur Pa, Sejak berakhir nya hubungan Naira dan Elang, Tak ada lagi rasa Naira untuk Elang, Karena dia bukan laki-laki yang baik, Naira malah kasihan sama Vika kalau sampai menikah dengan nya." Ucap Naira.
"Sebelum kamu menikah dengan Bagas, Sebenarnya Papa sudah lebih tahu siapa elang, Kalau Papa katalan pada kamu, kamu pasti tidak akan percaya, Saat Ayah mertua mu datang mencari Papa, Papa lansung terpikir kalau Bagas lebih baik dari elang." Tutur Pak Cipto.
Mendengar ayah nya sudah tahu, Naira sangat terkejut. tak menyangka ayah nya sudah lebih dulu mengetahui ke lakuan Elang di luar sana.
"Lalu, kenapa Papa setuju Vika dengan Elang?." Tanya Naira dengan heran.
"Yah, Mama Amira tak mau mendengarkan, Papa sudah katakan, tapi kata nya, nanti menikah juga pasti berubah, Papa tidak bisa memaksa. kamu tahu sendiri kan, meski Vika sudah Papa anggap sebagai anak sendiri, dia tetap bukan anak kandung papa, Papa hanya bisa mengingatkan, kalau tidak mau mendengar Papa bisa apa." Ujar Pak Cipto.
Naira membuang nafas berat, Ia tahu betul sikap ibu mertua nya itu, percuma jika di paksa kan.
"Bagas itu pria yang baik, meski ia buta, kamu harus selalu menghormati nya ya Naira." Ucap Pak Cipto lagi.
"Tentu Pa, Aku selalu menghormati suami Naira seperti Mama dulu menghormati Papa." Jawab Naira.
Pak Cipto tersenyum bangga pada Putri nya itu, Naira lalu memiringkan kepala nya, menyandarkan kepala di bahu ayah nya.
...•••...
Di dalam mobil perjalanan pulang Naira dan kedua sahabat nya. di penuhi dengan tawa.
"Kamu lihat ga sih wajah elang pas dengar Bagas perhatian sama kamu."Ucap Erika tertawa.
"Iya, ya, Apa lagi Ibu tiri mu itu Nai." Sambung Nana.
Naira mendengar pun ikut tertawa, sebenarnya ia merasa tidak ada yang lucu pembahasan sahabat nya tentang makan malam tadi, tapi Tawa kedua sahabat nya seolah menular begitu saja, membuat ia pun ikut tertawa di buat nya.
Saat Kedua sahabat nya sudah tertidur di tempat tidur nya, Naira masih belum mampu memejamkan mata nya, sejak kepergian Bagas, ia masih mengingat laki-laki itu.
"Aku terus memikirkan nya, Apa aku sudah jatuh cinta pada nya?, uh sial, seharus nya bukan aku duluan." Batin Naira mengutuki diri nya.
Niat awalnya ingin bisa menaklukkan hati Bagas, dan membuktikan kalau ia bukan wanita pecinta uang, tapi Kini ia merasa kalau ia sudah menanamkan sosok laki-laki itu tanpa sadar di pikiran nya, hingga ia tak lepas mengkhawatirkan Bagas yang ada di luaran sana dalam keadaan mata nya yang seperti itu.