Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 - Dasi Pengganggu
"Kamu mau punya anak berapa?" Tanya Alex sambil memiringkan tubuhnya menatap Ayna yang berbaring di sampingnya.
Mereka saat ini berada kamar, setelah tadi Alex mengusir Jo dan Dafa yang telah menggoda istrinya itu.
"A-anak?" Rasa gugup kembali melandanya. Ayna menatap Alex. Jujur saja ia bingung dengan perasaannya saat ini.
"Kita sudah menikah sekarang. Kita akan membuat keluarga kecil yang bahagia, bersama anak-anak kita nantinya." Ucap Alex sambil tangannya meraih tangan Ayna, lalu Alex perlahan mencium punggung tangan itu cukup lama.
'Apa dia benar-benar menyukaiku?' Ayna menatap lekat pria di sampingnya itu. Tatapan mata Alex saat ini mengisyaratkan perasaannya.
"Ay, kamu mau kita punya anak berapa?" Tanya Alex kembali. Istrinya malah diam.
Ayna tampak berpikir sejenak. Ia lalu menunjukkan 4 jarinya pada Alex.
"4?" Tanya Alex memastikan.
Ayna mengangguk. "Iya. Aku ingin kita punya 4 anak. 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Kalau bisa nanti bergilir gitu, Mas. Pertama anak laki-laki dulu, terus perempuan, baru laki-laki dan yang paling bontot perempuan." Jelas Ayna yang tampak begitu bahagia menjelaskan harapannya.
Alex tersenyum melihat ekspresi antusias Ayna yang tampak begitu bahagia membahas anak. Ia juga senang wanita itu bersedia memiliki anak darinya.
"Sayang... kamu mau kalau kita buat satu sekarang?" Tanya Alex dengan wajah berharap. Rasa ingin menyentuh Ayna mulai memenuhi pikirannya.
"A-apa?" Mendengar itu Ayna merasakan tubuhnya jadi mulai gemetaran.
"I-itu, ta-tapi, i-itu.." Bibir Ayna mendadak susah digerakkan. Ia seperti tidak bisa berbicara lancar.
"Ayna-Ayna." Melihat Ayna yang mendadak pucat, Alex pun mendekap tubuh istrinya itu. Ia akan memaklumi sang istri yang masih belum merasa nyaman dengannya.
"Aku tidak akan memaksamu. Kita akan lakukan perlahan." Tangan Alex terulur mengelus kepala sang istri, sambil sesekali mengecupnya.
'Apa dia serius berniat hidup bersamaku?' batin Ayna.
###
Di pagi yang cerah Ayna bangun. Ia menatap kamar mewah itu sambil mengumpulkan ingatannya.
'Kemana dia? apa dia mandi?' Ayna melihat ke arah kamar mandi. Ia sudah mengingat jika ia sudah menikah dengan Alex dan bukan Arga.
Krek...
Pintu kamar mandi terbuka.
Glek...
Ayna tercengang melihat tubuh polos yang hanya terlilit handuk di pinggang. Pagi-pagi ia sudah disuguhkan pemandangan yang membuat jantungnya tak sehat.
"Mas, mau pergi ya?" Tanya Ayna mengalihkan pandangannya. Ia tidak mau berlama-lama memandangi tubuh Alex.
"Kamu sudah bangun? Aku mau ke kantor." Alex mendekati Ayna dan duduk di tepian tempat tidur.
"Ke kantor?" Ayna terpaksa melihat ke arah Alex yang bertelanjang dada.
Pria tampan itu mengangguk. "Aku harus cari uang yang banyak untuk keluarga kita."
Nyess...
Ucapan Alex membuat hati Ayna seakan meleleh.
"A-aku akan buat sarapan." Ayna mulai menyadari jika berdua-duaan dengan pria ini sungguh meresahkan. Ucapan Alex begitu sangat manis.
Alex menggelengkan kepala melihat Ayna yang sudah menggunakan jurus kaki seribu keluar dari kamar mereka.
Alex bangkit dan menuju lemari, untuk segera berpakaian.
"A-" Alex tidak jadi memanggil Ayna untuk memilihkan dasi karena suara deringan ponselnya. Pria itu melirik sekilas ponsel, ternyata Mona yang meneleponnya.
"Mas... ayo, sarapan!" Ucap Ayna dari depan pintu kamar.
"Sayang, pilihkan dasi untukku!"
Ayna mengangguk dan masuk kembali ke kamar. Ia melihat berbagai macam dasi polos berwarna hingga bermotif tersusun rapi. Ayna juga melirik kemeja Alex sekilas, melihat dasi mana yang cocok pada kemeja tersebut.
"Mas Alex, itu ponselnya berdering. Diangkat Mas, pasti penting!"
Alex dari tadi melamun memandangi Ayna. Rambut Ayna yang asal diikat itu menunjukkan leher putih yang membuat pikiran Alex berkelana. Ingin kembali menyentuh leher itu lalu kembali mengulang kenikmatan yang penuh dengan dessahan.
"Mas..." Ayna memegang lengan Alex yang matanya tidak lepas melihatnya.
"Ke-kenapa?" Alex gugup.
"I-itu ponselnya berdering!" Tunjuk Alex ke arah nakas.
"Iya.." Alex melangkah menuju meja nakas, ia melihat panggilan masuk dari Mona. Dengan cepat Alex pun menonaktifkan ponsel itu.
"Kok nggak diangkat, Mas?" Tanya Ayna sambil memegang beberapa dasi.
"Salah sambung." Alex kembali melangkah menuju Ayna.
"Yang ini gimana?" Tanya Ayna menunjukkan satu di antara banyak dasi.
"Pasangkan!" Ucap Alex mengangguk pada pilihan istrinya itu.
Ayna menjinjit, Alex lebih tinggi darinya.
"Mas, bisa menunduk sedikit." Ayna kesulitan memasang dasi Alex.
"Kenapa mesti menunduk?" Alex mengangkat tubuh Ayna segera.
"Mas!!!" Ayna repleks melingkarkan tangannya di leher pria itu. Alex menggangkat tubuhnya layaknya menggendong anak koala.
"Bi-bisa tolong turunkan aku, Mas?" Posisinya sekarang sangat tidak nyaman.
"Setelah dasinya terpasang." Pinta Alex.
Alex mengulum senyum, lagi-lagi tangan Ayna gemetaran memasangkan dasi. Bahkan istrinya itu tampak bingung seolah mendadak lupa cara memasang dasi.
'Kenapa aku jadi lupa, sih?' Ayna mulai eror karena keadaan ini.
"Santai saja!" Alex mengkedipkan sebelah matanya, hal itu malah membuat wanita itu jadi salah tingkah.
"Mas, turunkan aku!"
Alex bukan menurunkannya, ia malah melangkah menuju meja nakas. Ia mendudukkan Ayna di sana.
"Pasangkan dasiku!" Alex sengaja mendekatkan wajahnya.
"I-itu." Lagi dan lagi Ayna gugup. Jarak mereka terlalu dekat.
Ayna kembali berusaha untuk memasangkan dasi. Jika sudah terpasang maka ia akan segera kabur dari hadapan Alex.
"Sayang..." Panggil Alex.
Seketika Ayna yang tadi menunduk perlahan mengangkat kepalanya. Mata keduanya saling menatap. Alex mulai mengikis jarak di antara mereka.
Pria itu dari tadi sudah berusaha menahan diri melihat bibir seksi Ayna dan pertahanannya runtuh sekarang. Kini mulai menikmati dan meresap rasa manis. Alex mulai candu akan rasa itu. Rasa manis dari bibir itu.
Ayna yang tangannya masih berada di dasi Alex, terdiam sesaat. Wanita itu membalas gigitan-gigitan kecil dari sang suami.
Ciuman Alex yang semua lembut mulai bergelut. Lidah mereka saling menari diiringi decapan keduanya yang memenuhi kamar itu.
Mata Ayna terpejam merasakan debaran hatinya. Bahkan tangannya gemetaran saat Alex mulai menyentuh pusaka kembarnya, memberikan sentuhan-sentuhan yang membuatnya melayang. Hingga tanpa sadar tangannya menarik dasi Alex dengan kuat.
"Aduh, sayang... apa kamu mau membunuhku?" Alex terpaksa menghentikan aksinya tatkala dasi itu mulai mencekik lehernya.
"Ma-maaf, Mas." Ayna membuka mata dan melihat apa yang tidak sengaja dilakukannya. Ia hampir mencekik Alex dengan dasi. Dengan cepat Ayna mengendorkannya.
"A-aku akan menyiapkan sarapan, Mas!" Ayna mendorong dada Alex pelan dan segera turun dari nakas.
'Dasi pengganggu!' Alex melepas dasi itu lalu melemparkan ke meja nakas. Ia kesal benda kecil itu mengganggunya saja. Padahal tinggal sedikit lagi istrinya itu bersedia melayaninya lagi tanpa terpaksa.
.
.
.
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘